"Donnie Darko" merupakan sebuah film psikologi thriller ditahun 2001 yang disutradarai oleh Richard Kelly dan diproduseri oleh Adam Fields bersama Nancy Juvonen, Sean McKittrick dan Drew Barrymore. Film yang naskahnya juga ditulis oleh Richard Kelly ini berkisah tentang petualangan sang tokoh utama dalam rangka mencari makna hidup dan visinya akan kedatangan hari kiamat. Film ini dibintangi oleh Jake Gyllenhaal, Jena Malone, Mary McDonnell, Holmes Osborne, Katharine Ross, James Duval, Maggie Gyllenhaal, Drew Barrymore, Patrick Swayze dan Noah Wyle, dirilis pada tanggal 26 Oktober 2001 dan didistribusikan oleh United Artists.
Film ini melakukan screening di Sundance Film Festival pada 19 Januari 2001 dan dirilis secara terbatas di Amerika Serikat (58 layar) akibat peristiwa WTC 9/11. Untuk mempromosikan filmnya, sang sutradara Richard Kelly menulis sebuah buku tentang Donnie Darko, termasuk kata pengantar yang ditulis oleh Gyllenhaal. Tidak hanya itu, dirilis pula figur dari Frank setinggi 15 cm dan 30 cm. Dengan bujet hanya $4.5 juta, film ini bahkan tidak bisa balik modal karena hanya menghasilkan keuntungan worldwide sebesar $4.1 juta. Film ini awalnya nyaris saja menjadi film yang hanya akan dirilis langsung dalam bentuk video, tapi perusahaan produksi milik Drew Barrymore yaitu Flower Films ini memutuskan untuk mengedarkannya. Meskipun gagal secara box office, film ini menerima banyak review, baik dari para kritikus maupun para penonton, hingga menjadikan film ini berpredikat cult. Bahkan, pada tahun 2004, dirilis DVD two disc special edition untuk film yang menempati peringkat ke-9 dalam daftar '50 Films to See Before You Die' ini.
Ringkasan Cerita
Pada tahun 1988, seorang remaja, Donnie Darko (Jake Gyllenhaal) terpaksa bertemu dengan seorang psikiater karena masa lalunya yang bermasalah. Pemuda ini terkadang berjalan dalam tidur dan melihat seekor kelinci yang berpenampilan layaknya setan bernama Frank (James Duval). Makhluk yang hanya bisa dilihat oleh Donnie ini mengatakan bahwa kiamat akan datang dalam waktu 28 hari, 6 jam, 42 menit, dan 12 detik. Esoknya, Donnie berkenalan dengan seorang perempuan bernama Gretchen Ross (Jena Malone). Berkat pesta Halloween yang diadakan oleh Donnie dan sang kakak: Elizabeth (Maggie Gyllenhaal), keduanya pun dekat, Donnie memutuskan untuk mengunjungi Grandma Death bersama dengan Gretchen dan dua temannya. Di tengah jalan, mereka bertengkar dengan dua orang penindas: Seth Devlin (Alex Greenwald) dan Ricky Danforth (Seth Rogen) hingga menyebabkan kematian Gretchen. Lalu, benarkah kiamat akan datang sebentar lagi? Dan, siapakah Frank?
(Sumber: Cinemags Magazine)
Friday, September 23, 2011
Friday, September 9, 2011
Over the Hedge (2006)
Over the Hedge merupakan sebuah film animasi/ aksi/ komedi keluarga ditahun 2006 yang ditulis dan disutradarai oleh Tim Johnson bersama Karey Kirkpatrick dan diproduseri oleh Bonnie Arnold. Film ini diadaptasikan dari karakter dalam komik produksi United Media berjudul sama karya Michael Fry dan T. Lewis, dan menampilkan pengisi suara dari Bruce Willis, Garry Shandling, Steve Carell, William Shatner, Wanda Sykes, Omid Djalili, Nick Nolte, Avril Lavigne, Eugene Levy, Catherine O'Hara, Allison Janney dan Thomas Haden Church, dirilis pada tanggal 19 Mei 2006 dan didistribusikan oleh Paramount Pictures.
Over the Hedge, film binatang yang memberi kita sebuah tauladan tentang arti kejujuran, persahabatan dan persaudaraan. Saat pertama dirilis, film ini sanggup bertahan selama dua minggu di posisi kedua Box Office Amerika. Dengan budget sebesar $80 juta, film ini berhasil memperoleh pendapatan sebesar $336,002,996 dalam peredarannya di seluruh dunia. Meskipun mengusung kisah yang sangat sederhana, namun film dari creator film animasi Shrek dan Madagascar ini sukses menyuguhkan sisi animasi yang sangat indah, motion dari setiap karakter di dalamnya begitu halus dan membuat film ini terasa makin hidup. --source: kapanlagi.com--
Alur Cerita
Cerita diawali dengan RJ (Bruce Willis), si Rakun yang tinggal di hutan Tucson, Arizona, merasa putus asa setelah gagal mencuri makanan dari mesin makanan di tempat biasa truk-truk mangkal. Mencoba mencari peruntungan lain, RJ bertemu si Beruang Vincent (Nick Nolte), dan memutuskan untuk mencuri makanan darinya. Dengan mengendap- ngendap RJ memasuki gua Vincent yang saat itu tengah tertidur pulas menikmati musim dinginnya sambil memeluk Pringles Potato Chips. Tampaknya Vincent telah siap menghadapi musim dingin, RJ mendapati banyak persediaan makanan di gua Vincent. Dengan rasa rakus dan pandangan liar RJ mengambil persediaan makanan Vincent. Dia mencoba mengambil Pringles Potato Chips dari pelukannya, namun Vincent terbangun dan menyebabkan persediaan makanannya yang sudah dibungkus oleh RJ hancur ditabrak oleh sebuah truk di jalan raya.
Marah, Vincent siap memangsa RJ, tapi urung dilakukannya setelah RJ berjanji mengembalikan semua makanannya. Tahu yang ditawarkan RJ menguntungkan, Vincent akhirnya bersedia dan memberi RJ waktu satu minggu sampai bulan purnama tiba atau RJ akan menjadi menu makan malamnya. Sementara itu di tempat lain, si kura-kura Verne (Garry Shandling) terbangun karena setetes salju yang jatuh menimpa wajahnya. Musim semi telah tiba, waktunya bangun dan mulai mengumpulkan makanan. Verne segera membangunkan sekelompok teman- temannya yang sudah dianggap keluarganya. Kelompok hewan-hewan ini kemudian terkejut ketika si Tupai Hammy (Steve Carell) menemukan semak besar yang memisahkan hutan dari masyarakat manusia. Verne akhirnya meminta teman-temannya mengurungkan niatnya menyeberangi pagar, meski mereka tahu pasti banyak makanan di seberang sana.
Tahu ada peluang untuk membantunya mencuri makanan, RJ yang berada tak jauh dari kelompok Verne dan mendengar percakapan mereka, dia pun mulai membujuk sekelompok hewan-hewan tersebut. Dengan keahliaannya berbicara, RJ menggambarkan betapa dunia di seberang sana hanya diisi mahkluk yang disebut manusia yang memiliki semboyan hidup untuk makan bukan makan untuk hidup. Akhirnya RJ berhasil membujuk kelompok Verne untuk melewati semak dan masuk ke dunia manusia, dunia yang menawarkan banyak makanan lezat meskipun tak sedikit bahaya yang akan mereka jumpai, namun dengan kerjasama yang solid mereka yakin bisa mengatasinya.
Pada awalnya misi berjalan suskes, RJ dan tim sukses mengumpulkan makanan dan tim semakin menyukainya dan segera menjadikannya pemimpin. Mereka tak hanya mencuri makanan, tapi juga barang- barang lain yang bisa mereka bawa. Sayang nasib baik tak selalu berpihak pada sekelompok hewan-hewan ini, saat mereka sukses mengambil kue dari dua bocah yang ada didepan rumah, mereka juga sukses menarik perhatian si pemilik rumah Gladys (Allison Janney), wanita kejam yang dikenal sangat memperhatikan kebersihan dan keamanan. Mengetahui ada binatang- binatang kecil yang dinilanya sangat mengganggu lingkungannya, Gladys memanggil Dwayne (Thomas Hayden Church), seorang pembasmi hama termasuk untuk membunuh mereka. Dwayne sendiri sangat antusias dengan perintah ini, karena dia memang sangat terobsesi menangkap binatang- binatang kecil dan senang melihat mereka tergelepar tak berdaya dalam perangkapnya. Namun kelompok akhirnya dapat lolos dengan membawa hasil curiannya.
Verne yang pada awalnya tidak setuju dengan rencana RJ, dan sedikit cemburu karena semua temannya tak lagi memperhatikannya tapi lebih mengindahkan perkataan RJ, akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang benar. Verne berniat mengembalikan semua makanan yang telah mereka curi ke pemiliknya, rencana ini diketahui RJ. Sayang tindakan RJ menghalangi Verne makin membuat segalanya bertambah buruk, mereka tak hanya membuat onar lingkungan, tapi juga harus menyelamatkan diri dari kejaran si Anjing penjaga Nugent (Brian Stepanek). Sampai pada akhirnya tak satupun makanan yang bisa dikembalikan, bahkan semua makanan rusak dan tak bisa dikonsumsi.
Insiden ini membuat Verne makin dikucilkan teman- temannya. Sementara RJ makin kalut, karena dia gagal mengumpulkan makanan buat Vincent padahal batas waktunya hampir habis. Sampai akhirnya RJ kembali membujuk kelompok untuk kembali menyerang rumah untuk mencuri makanan yang akan di gunakan Gladys pada pesta di malam hari berikutnya, karena hanya ini kesempatannya untuk mengembalikan makanan Vincent. Merasa bersalah, Verne mencoba meminta maaf pada kelompoknya dan memutuskan untuk kembali bergabung. Tepat tengah malam mereka mengirim si Sigung Stella (Wanda Sykes) untuk memikat si kucing milik Gladys bernama Tiger (Omid Djalili), sementara binatang lainnya segera masuk dapur dan mengambil semua makanan. Tepat saat mereka mendapatkan semua yang mereka butuhkan dan hampir keluar dari rumah itu, RJ melihat Pringles Chips di rak paling atas. Tahu itu yang paling disukai Vincent, RJ nekat naik dan mengambilnya, tak peduli dengan teriakan Verne dan teman-temannya yang memintanya segera pergi.
Kejadian makin menegangkan, saat RJ memecahkan botol anggur dan membangunkan Gladys, yang segera memanggil Dwayne. Dalam kekalutan ini Verne dan yang lainnya tak bisa menyelamatkan diri namun RJ berhasil kabur. Meskipun Verne dan teman- temannya tertangkap, RJ tak peduli dan tetap mengambil makanan yang mereka curi dan menuju gua Vincent. Vincent yang melihat semuanya dari atas bukit menyanjung sikap jahat RJ yang tak peduli dengan sahabat-sahabatnya. Menyadari perkataan Vincent, RJ merasa bersalah telah bersikap buruk pada teman-teman barunya. Dengan rasa penyesalan dan malu, RJ segera berbalik, mendorong gerobaknya dan menabrakkanya ke truk, memukul Dwayne dan membebaskan Verne dan teman-temannya.
Apa yang dilakukan RJ, tak bisa lagi dimaafkan, Vincent sangat marah dan segera mengejar truk yang dikemudikan tiga ekor landak kecil: Spike (Shane Baumel), Bucky (Sami Kirkpatrick) dan Quillo (Madison Davenport), anak-anak dari pasangan landak: Lou (Eugene Levy) dan Penny (Catherine O'Hara). Mobil yang dikemudikan binatang-binatang menabrak beberapa mobil polisi dan berakhir di rumah Gladys. Namun Vincent, Gladys, dan Dwayne masih terus mengejar RJ dan kelompok binatang berlari menuju pagar pembatas. Mereka terjebak di kerimbunan pagar, Gladys dan Dwayne dengan muka marah dan tangan memegang pemukul menanti mereka keluar, sementara Vincent memamerkan taring dan cakarnya. Sadar mereka dalam bahaya, RJ dan Verne meminta Hammy untuk kembali mengaktifkan jebakan, menggunakan Vincent sebagai umpan, dan melemparnya ke sisi di mana Dwayne berdiri. Tak menyadari kejadian yang begitu cepat, Dwayne dan Gladys kaget dan harus menempati kandang jebakan mereka bersama Vincent. Polisi segera menangkap mereka berdua yang didakwa karena menggunakan mesin pembasmi ilegal.
Hewan-hewan berkumpul kembali di hutan, dan Verne menjamin RJ bahwa jika ia mengatakan kepada mereka dia membutuhkan bantuan, mereka akan dengan senang hati diberikan karena itulah yang keluarga lakukan, dan kembali menyambut dia sebagai bagian dari keluarga mereka.
Over the Hedge, film binatang yang memberi kita sebuah tauladan tentang arti kejujuran, persahabatan dan persaudaraan. Saat pertama dirilis, film ini sanggup bertahan selama dua minggu di posisi kedua Box Office Amerika. Dengan budget sebesar $80 juta, film ini berhasil memperoleh pendapatan sebesar $336,002,996 dalam peredarannya di seluruh dunia. Meskipun mengusung kisah yang sangat sederhana, namun film dari creator film animasi Shrek dan Madagascar ini sukses menyuguhkan sisi animasi yang sangat indah, motion dari setiap karakter di dalamnya begitu halus dan membuat film ini terasa makin hidup. --source: kapanlagi.com--
Alur Cerita
Cerita diawali dengan RJ (Bruce Willis), si Rakun yang tinggal di hutan Tucson, Arizona, merasa putus asa setelah gagal mencuri makanan dari mesin makanan di tempat biasa truk-truk mangkal. Mencoba mencari peruntungan lain, RJ bertemu si Beruang Vincent (Nick Nolte), dan memutuskan untuk mencuri makanan darinya. Dengan mengendap- ngendap RJ memasuki gua Vincent yang saat itu tengah tertidur pulas menikmati musim dinginnya sambil memeluk Pringles Potato Chips. Tampaknya Vincent telah siap menghadapi musim dingin, RJ mendapati banyak persediaan makanan di gua Vincent. Dengan rasa rakus dan pandangan liar RJ mengambil persediaan makanan Vincent. Dia mencoba mengambil Pringles Potato Chips dari pelukannya, namun Vincent terbangun dan menyebabkan persediaan makanannya yang sudah dibungkus oleh RJ hancur ditabrak oleh sebuah truk di jalan raya.
Marah, Vincent siap memangsa RJ, tapi urung dilakukannya setelah RJ berjanji mengembalikan semua makanannya. Tahu yang ditawarkan RJ menguntungkan, Vincent akhirnya bersedia dan memberi RJ waktu satu minggu sampai bulan purnama tiba atau RJ akan menjadi menu makan malamnya. Sementara itu di tempat lain, si kura-kura Verne (Garry Shandling) terbangun karena setetes salju yang jatuh menimpa wajahnya. Musim semi telah tiba, waktunya bangun dan mulai mengumpulkan makanan. Verne segera membangunkan sekelompok teman- temannya yang sudah dianggap keluarganya. Kelompok hewan-hewan ini kemudian terkejut ketika si Tupai Hammy (Steve Carell) menemukan semak besar yang memisahkan hutan dari masyarakat manusia. Verne akhirnya meminta teman-temannya mengurungkan niatnya menyeberangi pagar, meski mereka tahu pasti banyak makanan di seberang sana.
Tahu ada peluang untuk membantunya mencuri makanan, RJ yang berada tak jauh dari kelompok Verne dan mendengar percakapan mereka, dia pun mulai membujuk sekelompok hewan-hewan tersebut. Dengan keahliaannya berbicara, RJ menggambarkan betapa dunia di seberang sana hanya diisi mahkluk yang disebut manusia yang memiliki semboyan hidup untuk makan bukan makan untuk hidup. Akhirnya RJ berhasil membujuk kelompok Verne untuk melewati semak dan masuk ke dunia manusia, dunia yang menawarkan banyak makanan lezat meskipun tak sedikit bahaya yang akan mereka jumpai, namun dengan kerjasama yang solid mereka yakin bisa mengatasinya.
Pada awalnya misi berjalan suskes, RJ dan tim sukses mengumpulkan makanan dan tim semakin menyukainya dan segera menjadikannya pemimpin. Mereka tak hanya mencuri makanan, tapi juga barang- barang lain yang bisa mereka bawa. Sayang nasib baik tak selalu berpihak pada sekelompok hewan-hewan ini, saat mereka sukses mengambil kue dari dua bocah yang ada didepan rumah, mereka juga sukses menarik perhatian si pemilik rumah Gladys (Allison Janney), wanita kejam yang dikenal sangat memperhatikan kebersihan dan keamanan. Mengetahui ada binatang- binatang kecil yang dinilanya sangat mengganggu lingkungannya, Gladys memanggil Dwayne (Thomas Hayden Church), seorang pembasmi hama termasuk untuk membunuh mereka. Dwayne sendiri sangat antusias dengan perintah ini, karena dia memang sangat terobsesi menangkap binatang- binatang kecil dan senang melihat mereka tergelepar tak berdaya dalam perangkapnya. Namun kelompok akhirnya dapat lolos dengan membawa hasil curiannya.
Verne yang pada awalnya tidak setuju dengan rencana RJ, dan sedikit cemburu karena semua temannya tak lagi memperhatikannya tapi lebih mengindahkan perkataan RJ, akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang benar. Verne berniat mengembalikan semua makanan yang telah mereka curi ke pemiliknya, rencana ini diketahui RJ. Sayang tindakan RJ menghalangi Verne makin membuat segalanya bertambah buruk, mereka tak hanya membuat onar lingkungan, tapi juga harus menyelamatkan diri dari kejaran si Anjing penjaga Nugent (Brian Stepanek). Sampai pada akhirnya tak satupun makanan yang bisa dikembalikan, bahkan semua makanan rusak dan tak bisa dikonsumsi.
Insiden ini membuat Verne makin dikucilkan teman- temannya. Sementara RJ makin kalut, karena dia gagal mengumpulkan makanan buat Vincent padahal batas waktunya hampir habis. Sampai akhirnya RJ kembali membujuk kelompok untuk kembali menyerang rumah untuk mencuri makanan yang akan di gunakan Gladys pada pesta di malam hari berikutnya, karena hanya ini kesempatannya untuk mengembalikan makanan Vincent. Merasa bersalah, Verne mencoba meminta maaf pada kelompoknya dan memutuskan untuk kembali bergabung. Tepat tengah malam mereka mengirim si Sigung Stella (Wanda Sykes) untuk memikat si kucing milik Gladys bernama Tiger (Omid Djalili), sementara binatang lainnya segera masuk dapur dan mengambil semua makanan. Tepat saat mereka mendapatkan semua yang mereka butuhkan dan hampir keluar dari rumah itu, RJ melihat Pringles Chips di rak paling atas. Tahu itu yang paling disukai Vincent, RJ nekat naik dan mengambilnya, tak peduli dengan teriakan Verne dan teman-temannya yang memintanya segera pergi.
Kejadian makin menegangkan, saat RJ memecahkan botol anggur dan membangunkan Gladys, yang segera memanggil Dwayne. Dalam kekalutan ini Verne dan yang lainnya tak bisa menyelamatkan diri namun RJ berhasil kabur. Meskipun Verne dan teman- temannya tertangkap, RJ tak peduli dan tetap mengambil makanan yang mereka curi dan menuju gua Vincent. Vincent yang melihat semuanya dari atas bukit menyanjung sikap jahat RJ yang tak peduli dengan sahabat-sahabatnya. Menyadari perkataan Vincent, RJ merasa bersalah telah bersikap buruk pada teman-teman barunya. Dengan rasa penyesalan dan malu, RJ segera berbalik, mendorong gerobaknya dan menabrakkanya ke truk, memukul Dwayne dan membebaskan Verne dan teman-temannya.
Apa yang dilakukan RJ, tak bisa lagi dimaafkan, Vincent sangat marah dan segera mengejar truk yang dikemudikan tiga ekor landak kecil: Spike (Shane Baumel), Bucky (Sami Kirkpatrick) dan Quillo (Madison Davenport), anak-anak dari pasangan landak: Lou (Eugene Levy) dan Penny (Catherine O'Hara). Mobil yang dikemudikan binatang-binatang menabrak beberapa mobil polisi dan berakhir di rumah Gladys. Namun Vincent, Gladys, dan Dwayne masih terus mengejar RJ dan kelompok binatang berlari menuju pagar pembatas. Mereka terjebak di kerimbunan pagar, Gladys dan Dwayne dengan muka marah dan tangan memegang pemukul menanti mereka keluar, sementara Vincent memamerkan taring dan cakarnya. Sadar mereka dalam bahaya, RJ dan Verne meminta Hammy untuk kembali mengaktifkan jebakan, menggunakan Vincent sebagai umpan, dan melemparnya ke sisi di mana Dwayne berdiri. Tak menyadari kejadian yang begitu cepat, Dwayne dan Gladys kaget dan harus menempati kandang jebakan mereka bersama Vincent. Polisi segera menangkap mereka berdua yang didakwa karena menggunakan mesin pembasmi ilegal.
Hewan-hewan berkumpul kembali di hutan, dan Verne menjamin RJ bahwa jika ia mengatakan kepada mereka dia membutuhkan bantuan, mereka akan dengan senang hati diberikan karena itulah yang keluarga lakukan, dan kembali menyambut dia sebagai bagian dari keluarga mereka.
Friday, September 2, 2011
The Way Back (2010)
The Way Back merupakan sebuah film drama/perang ditahun 2010 yang disutradarai dan diproduseri oleh Peter Weir. Film yang naskahnya juga ditulis oleh Weir bersama Keith Clarke ini diadaptasikan dari sebuah buku berjudul 'The Long Walk' karya Slawomir Rawicz, yang menceritakan tentang sekelompok tahanan yang melarikan diri dari kamp penjara Gulag di Siberia selama Perang Dunia II. Film ini dibintangi oleh Jim Sturgess, Colin Farrell, Ed Harris, Saoirse Ronan, Mark Strong, Dragoş Bucur dan Gustaf Skarsgård, dan dirilis pada tanggal 29 Desember 2010 di Amerika Serikat.
Film seperti ini memang 'menyita perhatian'. Bagaimana tidak, dengan janji dibuat berdasarkan kisah nyata saja sudah cukup menarik perhatian, apalagi film ini berkisah tentang bagaimana manusia bisa bertahan saat dihadapkan ganasnya alam. Itu pun masih ada bonus sederet bintang besar yang pastinya bakal menyajikan akting yang prima. Soal akting memang tak ada yang perlu dikomentari dari para aktor dan aktris yang bermain di film ini. Sturgess, Farrell, Harris, Ronan, dan Strong jelas bukan nama baru di dunia akting. Dan tak percuma juga nama besar yang mereka sandang itu karena nyatanya, akting mereka dalam film arahan Peter Weir ini memang bagus.
Menyaksikan film ini di layar kecil mungkin tiak akan terlalu memuaskan karena pemandangan yang diambil sebagai latar belakang memang benar-benar indah. Meskipun digambarkan betapa ganasnya alam yang harus dilewati para karakter ini namun di saat yang sama sang sutradara juga menampilkannya sebagai sebuah keindahan yang sulit digambarkan. Memang nyaris tak ada cacat pada film ini. Kalaupun ada kekurangan, barangkali adalah, dalam durasi 133 menit, deretan adegan yang disajikan sang sutradara ini mulai sedikit memunculkan rasa jenuh walaupun tak terlalu parah.
Dalam film ini, jangan bayangkan kita akan disuguhkan drama penjara layaknya di film The Shawshank Redemption (1994), kenyataannya di film ini porsi yang memotret kehidupan di kamp penjara Gulag bisa dibilang hanya sebagai pelengkap, hanya untuk memperkenalkan kita dengan satu persatu karakter para tahanan yang mencoba melarikan diri. Gulag pun disini tidak sekejam apa yang saya bayangkan diawal (mungkin karena ingin mengejar rating PG-13). Namun Gulag disini terkesan lebih bersahabat ketimbang film-film yang berbasis kamp-kamp konsentrasi milik Nazi, sang sutradara mungkin ingin melewati (tidak memasukkan) bagian-bagian kekejaman penjara, seperti perkelahian antara tahanan atau penjaga penjara yang biasanya bertindak kejam. Penjaga penjara pun disini diperlihatkan begitu soft. --source: kapanlagi.com, Flick Magazine, Wikipedia--
Alur Cerita
Pada tahun 1939, Janusz (Jim Sturgess), seorang tahanan Polandia yang diinterogasi oleh Petugas Soviet (Zahary Baharov). Janusz menolak untuk mengakui kesalahannya. Istrinya (Sally Edwards) akhirnya dibawa ke ruangan dan dipaksa untuk membuat pernyataan, dengan menangis dia menyatakan kalau suaminya kritis terhadap pemimpin rakyat Soviet dan telah menjadi mata-mata untuk kekuatan asing. Janusz kemudian dijatuhi hukuman 20 tahun penjara di kamp penjara di Gulag.
Setahun kemudian, Janusz bertemu teman sesama tahanan lainnya termasuk: Mr. Smith (Ed Harris), seorang Amerika yang penyendiri; Khabarov (Mark Strong), seorang bekas aktor; Valka (Colin Farrell), seorang penjahat dari Rusia; Tomasz (Alexandru Potocean), seorang yang mahir menggambar dan juga koki yang handal; Kazik (Sebastian Urzendowsky), seorang pemuda yang mengalami kebutaan malam; Voss (Gustaf Skarsgård), seorang pendeta asal Latvia; dan Zoran (Dragos Bucur), seorang yang pintar melawak dari Yugoslavia.
Khabarov mengatakan pada Janusz bahwa ia memiliki rencana untuk melarikan diri dari kamp. Jalan yang diusulkan Khabarov adalah arah menuju perbatasan Mongolia yang melewati Danau Baikal. Mr. Smith mengatakan pada Janusz bahwa Khabarov telah berfantasi tentang keinginannya untuk melarikan diri dalam rangka untuk meningkatkan tenaga dan semangatnya sendiri, dan menurut Smith bahwa melarikan diri adalah hal yang mustahil. Namun Janusz tetap mempertahankan tekadnya.
Suatu hari saat terjadi badai salju, Janusz memutuskan untuk memanfaatkan badai tersebut untuk melakukan rencananya melarikan diri. Smith, Valka, Zoran, Voss, Tomasz, dan Kazik akhirnya lolos bersamanya. Pada malam pertama saat mencari kayu bakar, Kazik hilang karena kebutaan malam-nya dan akhirnya dia ditemukan mati membeku. Keesokan harinya kelompok menguburnya dengan merayakan fakta bahwa ia mati sebagai orang yang merdeka.
Hal ini tidak lama setelah keberangkatan kelompok menjadi tersesat. Janusz kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mencari danau sendiri, dan dia mengatakan ke yang lainnya ia akan kembali setelah menemukan danaunya. Setelah tiga hari perjalanan melalui Padang Siberia, Janusz akhirnya melihat danau dari atas tebing, dan dia kembali ke teman-temannya, dimana ia hampir mati karena kelelahan.
Ketika mencapai Danau Baikal, mereka bertemu Irena (Saoirse Ronan), seorang gadis Polandia yang memberitahu mereka bahwa dia melarikan diri dari pertanian kolektif Rusia dan berasal dari sebuah desa di luar Warsawa, di mana orang tuanya dibunuh oleh tentara Rusia. Smith tahu bahwa apa yang dia ceritakan tidak benar, karena dia mengetahui bahwa Warsawa adalah wilayah kekuasaan Jerman, dan Rusia tidak pernah mencapai lingkungan tersebut. Namun Smith mengerti bahwa gadis itu mencoba untuk mengarang cerita dalam rangka untuk menyembunyikan pengalamannya yang lebih tragis, dan mengampuninya.
Akhirnya kelompok mencapai perbatasan Mongolia-Rusia, tapi Valka memutuskan untuk tinggal di Rusia, karena meski dia telah di penjara disana, ia masih melihat Rusia sebagai tanah airnya.
Mereka akhirnya sampai di Ulanbator, sebuah ibukota di Mongolia, namun segera mereka menjadi takut saat menyadari bahwa kota tersebut sudah dikuasai oleh komunis, dan mereka tidak akan aman di sana. Karena situasi ini, mereka memutuskan terus ke selatan menuju ke China dengan melewati Pegunungan Himalaya untuk menuju India dan melintasi panasnya Gurun Gobi.
Saat mereka menyeberangi gurun, mereka kehabisan makanan dan minuman, tetapi mereka segera menemukan sebuah sumur. Mereka pun membawa persediaan air sebanyak mungkin untuk melanjutkan perjalanan, namun serangan badai pasir telah membuat mereka kehilangan persediaan air yang di bawanya. Saat mereka menyeberangi gurun, persediaan air habis dan tubuh mereka mulai lemah serta lecet karena sengatan matahari. Irena berulang kali runtuh dan akhirnya meninggal.
Mereka berlima kemudian meneruskan perjalanan sampai akhirnya Tomasz pun meninggal kelelahan, dan Smith kehilangan semangat untuk hidup. Malam itu, sementara Zoran dan Voss melanjutkan perjalanan, Janusz tetap berada di belakang bersama Smith yang tampaknya sudah sekarat. Smith kemudian dapat bergabung kembali dengan mereka untuk melanjutkan perjalanan, dan keesokan harinya mereka menemukan sebuah sungai air kecil untuk menyelamatkan mereka dari dehidrasi.
Mereka akhirnya sampai di lereng-lereng pegunungan Himalaya, dan disaat beristirahat di atas batu, mereka ditemukan oleh seorang Sherpa (An-Zung Le) yang menuntun mereka ke sebuah biara di dekatnya. Mereka pun mendapatkan kembali kekuatannya, namun mereka diberitahu oleh para seorang bhikkhu bahwa mereka tidak dapat mencapai India dengan aman sampai musim semi datang. Smith kemudian memutuskan untuk meneruskan perjalanan sendiri ke Lhasa di mana ada misi militer Amerika yang akan memungkinkan dia untuk kembali ke Amerika Serikat.
Meskipun badai salju yang tak terduga bisa menyulitkan mereka, Janusz bersikeras untuk melanjutkan perjalanan. Segera, mereka sampai di perbatasan Nepal, di mana mereka disambut hangat oleh penduduk setempat.
Film seperti ini memang 'menyita perhatian'. Bagaimana tidak, dengan janji dibuat berdasarkan kisah nyata saja sudah cukup menarik perhatian, apalagi film ini berkisah tentang bagaimana manusia bisa bertahan saat dihadapkan ganasnya alam. Itu pun masih ada bonus sederet bintang besar yang pastinya bakal menyajikan akting yang prima. Soal akting memang tak ada yang perlu dikomentari dari para aktor dan aktris yang bermain di film ini. Sturgess, Farrell, Harris, Ronan, dan Strong jelas bukan nama baru di dunia akting. Dan tak percuma juga nama besar yang mereka sandang itu karena nyatanya, akting mereka dalam film arahan Peter Weir ini memang bagus.
Menyaksikan film ini di layar kecil mungkin tiak akan terlalu memuaskan karena pemandangan yang diambil sebagai latar belakang memang benar-benar indah. Meskipun digambarkan betapa ganasnya alam yang harus dilewati para karakter ini namun di saat yang sama sang sutradara juga menampilkannya sebagai sebuah keindahan yang sulit digambarkan. Memang nyaris tak ada cacat pada film ini. Kalaupun ada kekurangan, barangkali adalah, dalam durasi 133 menit, deretan adegan yang disajikan sang sutradara ini mulai sedikit memunculkan rasa jenuh walaupun tak terlalu parah.
Dalam film ini, jangan bayangkan kita akan disuguhkan drama penjara layaknya di film The Shawshank Redemption (1994), kenyataannya di film ini porsi yang memotret kehidupan di kamp penjara Gulag bisa dibilang hanya sebagai pelengkap, hanya untuk memperkenalkan kita dengan satu persatu karakter para tahanan yang mencoba melarikan diri. Gulag pun disini tidak sekejam apa yang saya bayangkan diawal (mungkin karena ingin mengejar rating PG-13). Namun Gulag disini terkesan lebih bersahabat ketimbang film-film yang berbasis kamp-kamp konsentrasi milik Nazi, sang sutradara mungkin ingin melewati (tidak memasukkan) bagian-bagian kekejaman penjara, seperti perkelahian antara tahanan atau penjaga penjara yang biasanya bertindak kejam. Penjaga penjara pun disini diperlihatkan begitu soft. --source: kapanlagi.com, Flick Magazine, Wikipedia--
Alur Cerita
Pada tahun 1939, Janusz (Jim Sturgess), seorang tahanan Polandia yang diinterogasi oleh Petugas Soviet (Zahary Baharov). Janusz menolak untuk mengakui kesalahannya. Istrinya (Sally Edwards) akhirnya dibawa ke ruangan dan dipaksa untuk membuat pernyataan, dengan menangis dia menyatakan kalau suaminya kritis terhadap pemimpin rakyat Soviet dan telah menjadi mata-mata untuk kekuatan asing. Janusz kemudian dijatuhi hukuman 20 tahun penjara di kamp penjara di Gulag.
Setahun kemudian, Janusz bertemu teman sesama tahanan lainnya termasuk: Mr. Smith (Ed Harris), seorang Amerika yang penyendiri; Khabarov (Mark Strong), seorang bekas aktor; Valka (Colin Farrell), seorang penjahat dari Rusia; Tomasz (Alexandru Potocean), seorang yang mahir menggambar dan juga koki yang handal; Kazik (Sebastian Urzendowsky), seorang pemuda yang mengalami kebutaan malam; Voss (Gustaf Skarsgård), seorang pendeta asal Latvia; dan Zoran (Dragos Bucur), seorang yang pintar melawak dari Yugoslavia.
Khabarov mengatakan pada Janusz bahwa ia memiliki rencana untuk melarikan diri dari kamp. Jalan yang diusulkan Khabarov adalah arah menuju perbatasan Mongolia yang melewati Danau Baikal. Mr. Smith mengatakan pada Janusz bahwa Khabarov telah berfantasi tentang keinginannya untuk melarikan diri dalam rangka untuk meningkatkan tenaga dan semangatnya sendiri, dan menurut Smith bahwa melarikan diri adalah hal yang mustahil. Namun Janusz tetap mempertahankan tekadnya.
Suatu hari saat terjadi badai salju, Janusz memutuskan untuk memanfaatkan badai tersebut untuk melakukan rencananya melarikan diri. Smith, Valka, Zoran, Voss, Tomasz, dan Kazik akhirnya lolos bersamanya. Pada malam pertama saat mencari kayu bakar, Kazik hilang karena kebutaan malam-nya dan akhirnya dia ditemukan mati membeku. Keesokan harinya kelompok menguburnya dengan merayakan fakta bahwa ia mati sebagai orang yang merdeka.
Hal ini tidak lama setelah keberangkatan kelompok menjadi tersesat. Janusz kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mencari danau sendiri, dan dia mengatakan ke yang lainnya ia akan kembali setelah menemukan danaunya. Setelah tiga hari perjalanan melalui Padang Siberia, Janusz akhirnya melihat danau dari atas tebing, dan dia kembali ke teman-temannya, dimana ia hampir mati karena kelelahan.
Ketika mencapai Danau Baikal, mereka bertemu Irena (Saoirse Ronan), seorang gadis Polandia yang memberitahu mereka bahwa dia melarikan diri dari pertanian kolektif Rusia dan berasal dari sebuah desa di luar Warsawa, di mana orang tuanya dibunuh oleh tentara Rusia. Smith tahu bahwa apa yang dia ceritakan tidak benar, karena dia mengetahui bahwa Warsawa adalah wilayah kekuasaan Jerman, dan Rusia tidak pernah mencapai lingkungan tersebut. Namun Smith mengerti bahwa gadis itu mencoba untuk mengarang cerita dalam rangka untuk menyembunyikan pengalamannya yang lebih tragis, dan mengampuninya.
Akhirnya kelompok mencapai perbatasan Mongolia-Rusia, tapi Valka memutuskan untuk tinggal di Rusia, karena meski dia telah di penjara disana, ia masih melihat Rusia sebagai tanah airnya.
Mereka akhirnya sampai di Ulanbator, sebuah ibukota di Mongolia, namun segera mereka menjadi takut saat menyadari bahwa kota tersebut sudah dikuasai oleh komunis, dan mereka tidak akan aman di sana. Karena situasi ini, mereka memutuskan terus ke selatan menuju ke China dengan melewati Pegunungan Himalaya untuk menuju India dan melintasi panasnya Gurun Gobi.
Saat mereka menyeberangi gurun, mereka kehabisan makanan dan minuman, tetapi mereka segera menemukan sebuah sumur. Mereka pun membawa persediaan air sebanyak mungkin untuk melanjutkan perjalanan, namun serangan badai pasir telah membuat mereka kehilangan persediaan air yang di bawanya. Saat mereka menyeberangi gurun, persediaan air habis dan tubuh mereka mulai lemah serta lecet karena sengatan matahari. Irena berulang kali runtuh dan akhirnya meninggal.
Mereka berlima kemudian meneruskan perjalanan sampai akhirnya Tomasz pun meninggal kelelahan, dan Smith kehilangan semangat untuk hidup. Malam itu, sementara Zoran dan Voss melanjutkan perjalanan, Janusz tetap berada di belakang bersama Smith yang tampaknya sudah sekarat. Smith kemudian dapat bergabung kembali dengan mereka untuk melanjutkan perjalanan, dan keesokan harinya mereka menemukan sebuah sungai air kecil untuk menyelamatkan mereka dari dehidrasi.
Mereka akhirnya sampai di lereng-lereng pegunungan Himalaya, dan disaat beristirahat di atas batu, mereka ditemukan oleh seorang Sherpa (An-Zung Le) yang menuntun mereka ke sebuah biara di dekatnya. Mereka pun mendapatkan kembali kekuatannya, namun mereka diberitahu oleh para seorang bhikkhu bahwa mereka tidak dapat mencapai India dengan aman sampai musim semi datang. Smith kemudian memutuskan untuk meneruskan perjalanan sendiri ke Lhasa di mana ada misi militer Amerika yang akan memungkinkan dia untuk kembali ke Amerika Serikat.
Meskipun badai salju yang tak terduga bisa menyulitkan mereka, Janusz bersikeras untuk melanjutkan perjalanan. Segera, mereka sampai di perbatasan Nepal, di mana mereka disambut hangat oleh penduduk setempat.
Wednesday, August 24, 2011
Morning Glory (2010)
Morning Glory merupakan sebuah film drama komedi ditahun 2010 yang disutradarai oleh Roger Michell dan diproduseri oleh J. J. Abrams bersama Bryan Burk. Film yang naskahnya ditulis oleh Aline Brosh McKenna ini dibintangi oleh Rachel McAdams, Harrison Ford, Diane Keaton, Patrick Wilson, Ty Burrell dan Jeff Goldblum, dirilis pada tanggal 10 November 2010 dan didistribusikan oleh Paramount Pictures.
Seperti kebanyakan film bergenre drama komedi, film ini memang wajib memasukkan unsur kisah asmara. Sayangnya kisah asmara yang ada di sini justru sama sekali tak berkesan. Seandainya kisah asmara itu terjadi antara McAdams dan Ford barangkali unsur romantis tadi bakal lebih menarik. Sayangnya ada perbedaan usia yang sangat jauh di antara dua orang pemeran ini.
Dari sisi cerita secara keseluruhan, film ini memang tak muluk-muluk. Film ini mencoba mengungkap apa yang terjadi di luar sorotan kamera di studio televisi. Menarik memang karena tak semua orang bisa membayangkan apa yang terjadi di sana. Tidak lebih dari itu. Tak ada konflik yang terlalu besar yang membuat penonton jadi penasaran tapi meskipun begitu, sang sutradara tetap mampu menyajikan sebuah tontonan yang menarik.
Paling tidak, beberapa joke yang dimunculkan cukup mengena sementara akting para pemerannya juga memadai terutama tiga pemeran utama yang gambarnya menghiasi poster film ini. Film ini memang tak memberikan sesuatu yang baru tapi tanpa sesuatu yang baru itu toh film ini tetap jadi sesuatu yang cukup menghibur. Kalaupun ada yang disayangkan barangkali hanyalah kisah romantis yang seharusnya terjadi antara Wilson dan McAdams justru malah terasa hampa. Chemistry yang kuat justru terbangun antara McAdams dan Ford yang sebenarnya dibatasi oleh hubungan kerja saja. --source: kapanlagi.com, Wikipedia--
Alur Cerita
Becky Fuller (Rachel McAdams), seorang produser acara televisi di Good Morning New Jersey yang baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Meski sudah berusaha bekerja sebaik mungkin, namun Becky tetap tak bisa menghindar dari PHK, begitu juga atasannya bernama Oscar (David Wolos-Fonteno), tak dapat menolongnya karena sudah keputusan dari perusahaan.
Becky kemudian mengirimkan ikhtisar di perusahaan lain dan mendapat panggilan dari sebuah saluran televisi nasional. Di tempat kerja barunya ini, Becky diberikan tanggung jawab oleh Jerry Barnes (Jeff Goldblum) sebagai produser eksekutif pada program 'DayBreak', sebuah acara berita pagi yang ratingnya sedang merosot tajam karena telah bersaing dengan program acara dari NBC, Today. Becky tahu ini adalah ujian pertamanya dan karena itu ia bertekad menaikkan rating program yang menampilkan pembawa acara yang sombong Paul McVee (Ty Burrell) bersama co-host nya Colleen Peck (Diane Keaton) tersebut.
Setelah itu, Becky harus mengganti host baru dan akhirnya memecat McVee dihari pertamanya kerja, dan para pekerja lain di DayBreak pun bertepuk tangan sependapat dengannya. Dia sekarang membutuhkan host baru untuk mendampingi Colleen, dan pilihannya tertuju pada Mike Pomeroy (Harrison Ford), seorang pembawa acara televisi legendaris yang sebenarnya enggan untuk menerimanya. Pomeroy sebenarnya sudah di bawah kontrak untuk DayBreak pada jaringan IBS, namun ia berhasil bebas sementara masih dibayar. Becky menemukan klausul dalam kontrak Pomeroy, kalau dia berkewajiban untuk menerima tawaran pekerjaan resmi ini atau dia kehilangan gajinya.
Pomeroy memastikan bahwa ia hanya akan membawakan berita yang serius dengan menggunakan klausul dalam kontraknya yang memungkinkan baginya untuk menolak tugas-tugas tertentu, termasuk dalam segmen acara memasak. Di saat Pomeroy dan Colleen sedang 'berperang', Becky mulai dekat dengan Adam Bennett (Patrick Wilson), sesama produser di televisi tempat dia bekerja, dan mereka mulai berkencan.
Usaha Becky jadi sulit karena Pomeroy ternyata tak bisa akur dengan Colleen. Saat peringkat acaranya mulai menurun, Jerry mengatakan kepada Becky bahwa jika acaranya tidak segera membaik, jaringan akan membatalkan program DayBreak. Becky kemudian meningkatkan peringkat dengan membujuk Ernie (Matt Malloy) untuk melakukan wawancara berita cuacanya dengan naik kereta luncur tercepat di A.S. bernama "Manhandler". Colleen juga mengungkapkan kepadanya atas minatnya dalam kampanye untuk meremajakan penampilannya, dan muncul di sejumlah segmen bermacam-macam untuk membantu meningkatkan peringkat acara.
Saat rapat staf, Pomeroy ada berita yang ingin ia tampilkan, dan membuat rekan-rekannya terkejut. Ketika Becky memutuskan untuk ikut bersamanya, ia menyadari bahwa ia pergi ke rumah gubernur untuk tujuan yang tidak ia harapkan. Pomeroy berakhir dengan menghadapi gubernur untuk mewawancarai atas tuduhan pemerasan, dan dia berhasil membuat gubernur ditangkap pihak berwenang saat televisi menayangkan secara live. Hal ini membuat peringkat acara DayBreak naik secara drastis.
Seperti kebanyakan film bergenre drama komedi, film ini memang wajib memasukkan unsur kisah asmara. Sayangnya kisah asmara yang ada di sini justru sama sekali tak berkesan. Seandainya kisah asmara itu terjadi antara McAdams dan Ford barangkali unsur romantis tadi bakal lebih menarik. Sayangnya ada perbedaan usia yang sangat jauh di antara dua orang pemeran ini.
Dari sisi cerita secara keseluruhan, film ini memang tak muluk-muluk. Film ini mencoba mengungkap apa yang terjadi di luar sorotan kamera di studio televisi. Menarik memang karena tak semua orang bisa membayangkan apa yang terjadi di sana. Tidak lebih dari itu. Tak ada konflik yang terlalu besar yang membuat penonton jadi penasaran tapi meskipun begitu, sang sutradara tetap mampu menyajikan sebuah tontonan yang menarik.
Paling tidak, beberapa joke yang dimunculkan cukup mengena sementara akting para pemerannya juga memadai terutama tiga pemeran utama yang gambarnya menghiasi poster film ini. Film ini memang tak memberikan sesuatu yang baru tapi tanpa sesuatu yang baru itu toh film ini tetap jadi sesuatu yang cukup menghibur. Kalaupun ada yang disayangkan barangkali hanyalah kisah romantis yang seharusnya terjadi antara Wilson dan McAdams justru malah terasa hampa. Chemistry yang kuat justru terbangun antara McAdams dan Ford yang sebenarnya dibatasi oleh hubungan kerja saja. --source: kapanlagi.com, Wikipedia--
Alur Cerita
Becky Fuller (Rachel McAdams), seorang produser acara televisi di Good Morning New Jersey yang baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Meski sudah berusaha bekerja sebaik mungkin, namun Becky tetap tak bisa menghindar dari PHK, begitu juga atasannya bernama Oscar (David Wolos-Fonteno), tak dapat menolongnya karena sudah keputusan dari perusahaan.
Becky kemudian mengirimkan ikhtisar di perusahaan lain dan mendapat panggilan dari sebuah saluran televisi nasional. Di tempat kerja barunya ini, Becky diberikan tanggung jawab oleh Jerry Barnes (Jeff Goldblum) sebagai produser eksekutif pada program 'DayBreak', sebuah acara berita pagi yang ratingnya sedang merosot tajam karena telah bersaing dengan program acara dari NBC, Today. Becky tahu ini adalah ujian pertamanya dan karena itu ia bertekad menaikkan rating program yang menampilkan pembawa acara yang sombong Paul McVee (Ty Burrell) bersama co-host nya Colleen Peck (Diane Keaton) tersebut.
Setelah itu, Becky harus mengganti host baru dan akhirnya memecat McVee dihari pertamanya kerja, dan para pekerja lain di DayBreak pun bertepuk tangan sependapat dengannya. Dia sekarang membutuhkan host baru untuk mendampingi Colleen, dan pilihannya tertuju pada Mike Pomeroy (Harrison Ford), seorang pembawa acara televisi legendaris yang sebenarnya enggan untuk menerimanya. Pomeroy sebenarnya sudah di bawah kontrak untuk DayBreak pada jaringan IBS, namun ia berhasil bebas sementara masih dibayar. Becky menemukan klausul dalam kontrak Pomeroy, kalau dia berkewajiban untuk menerima tawaran pekerjaan resmi ini atau dia kehilangan gajinya.
Pomeroy memastikan bahwa ia hanya akan membawakan berita yang serius dengan menggunakan klausul dalam kontraknya yang memungkinkan baginya untuk menolak tugas-tugas tertentu, termasuk dalam segmen acara memasak. Di saat Pomeroy dan Colleen sedang 'berperang', Becky mulai dekat dengan Adam Bennett (Patrick Wilson), sesama produser di televisi tempat dia bekerja, dan mereka mulai berkencan.
Usaha Becky jadi sulit karena Pomeroy ternyata tak bisa akur dengan Colleen. Saat peringkat acaranya mulai menurun, Jerry mengatakan kepada Becky bahwa jika acaranya tidak segera membaik, jaringan akan membatalkan program DayBreak. Becky kemudian meningkatkan peringkat dengan membujuk Ernie (Matt Malloy) untuk melakukan wawancara berita cuacanya dengan naik kereta luncur tercepat di A.S. bernama "Manhandler". Colleen juga mengungkapkan kepadanya atas minatnya dalam kampanye untuk meremajakan penampilannya, dan muncul di sejumlah segmen bermacam-macam untuk membantu meningkatkan peringkat acara.
Saat rapat staf, Pomeroy ada berita yang ingin ia tampilkan, dan membuat rekan-rekannya terkejut. Ketika Becky memutuskan untuk ikut bersamanya, ia menyadari bahwa ia pergi ke rumah gubernur untuk tujuan yang tidak ia harapkan. Pomeroy berakhir dengan menghadapi gubernur untuk mewawancarai atas tuduhan pemerasan, dan dia berhasil membuat gubernur ditangkap pihak berwenang saat televisi menayangkan secara live. Hal ini membuat peringkat acara DayBreak naik secara drastis.
Sunday, August 21, 2011
The Girl with the Dragon Tattoo (2009)
The Girl with the Dragon Tattoo merupakan sebuah film misteri crime thriller asal Swedia ditahun 2009 yang disutradarai oleh Niels Arden Oplev dan diproduseri oleh Søren Stærmose. Film yang naskahnya ditulis oleh Nikolaj Arcel bersama Rasmus Heisterberg ini diadaptasikan dari sebuah novel berjudul sama karya penulis/ jurnalis asal Swedia bernama Stieg Larsson. Film ini dibintangi oleh Noomi Rapace, Michael Nyqvist, Sven-Bertil Taube, Peter Haber, Marika Lagercrantz, Lena Endre, Björn Granath, Ingvar Hirdwall, Peter Andersson dan Ewa Fröling, dirilis pada tanggal 27 Februari 2009 dan didistribusikan oleh Nordisk Film.
Di tahun 2009, film ini menjadi film terlaris di Eropa di sepanjang tahun tersebut. Selain sukses secara komersial, film ini juga sempat menerima banyak penghargaan di berbagai ajang festival film Eropa. Karena kesuksesan film ini, sutradara David Fincher telah bekerjasama dengan penulis naskah Steven Zaillian untuk membuat versi Hollywood dari film ini dan dirilis pada tahun 2011.
Melihat apa yang telah Fincher lakukan terhadap Se7en (1995) atau Zodiac (2007), sepertinya wajar saja jika ia tertarik dengan The Girl with the Dragon Tattoo. Dua film ini sama-sama memiliki jalan cerita yang sama yakni mengungkap berbagai rentetan misteri pembunuhan. Di Eropa, film ini menjadi terkenal karena merupakan adaptasi dari sebuah novel laris berjudul sama karya almarhum Stieg Larsson. Film ini sendiri merupakan seri pertama dari tiga novel Larsson yang dikenal sebagai Millennium Trilogy.
Walau berasal dari Eropa, film yang diarahkan oleh sutradara Niels Arden Oplev ini sendiri sepertinya tidak akan menemukan kesulitan untuk dinikmati mereka yang terbiasa dengan film-film thriller bertema kejahatan karya Hollywood. Ini karena film ini memanfaatkan cara penceritaan Hollywood di dalam proses penceritaan filmnya. Dengan durasi 152 menit, memang, membutuhkan sedikit kesabaran untuk dapat menikmati film ini. Cerita film ini sendiri seperti mulai terasa hidup setelah film ini berjalan selama 30 menit dan baru benar-benar bergerak maju setelah mencapai kira-kira 60 menit durasi penayangannya.
Walau begitu, bukan berarti film ini akan membuat Anda merasa jenuh sebelum masa tayangnya mencapai durasi yang disebutkan diatas. Anda akan diberikan beberapa sub plot mengenai kehidupan Lisbeth, khususnya mengenai perlawananannya terhadap polisi pengawasnya yang ternyata memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan seks-nya. Penampilan Noomi Rapace sebagai Lisbeth juga merupakan sebuah hal yang sangat mengagumkan di sepanjang film ini, Lisbeth bukanlah seorang karakter yang banyak berbicara. Dengan penampilannya yang gothic, ia lebih banyak menunjukkan sikapnya melalui berbagai ekspresi tubuhnya. Dan Rapace mampu melakukan hal tersebut dengan sangat baik. Lewat Rapace, Lisbeth bukan hanya seorang wanita yang tampil dengan dandanan eksentrik untuk menutupi masa lalunya. Rapace membuat Lisbeth mampu terlihat rapuh lewat ekspresi wajahnya walaupun dengan penampilan yang sangat tangguh tersebut.
Sama dengan bukunya, versi film The Girl with the Dragon Tattoo juga menampilkan beberapa adegan yang mungkin cukup mengganggu para penontonnya. Namun, hal tersebut bukanlah akan mengurangi penilaian baik akan film ini. Berbagai adegan pengganggu tersebut justru memperkuat posisi film ini sebagai sebuah film thriller kejahatan yang berbeda dengan film-film lainnya. Film ini dengan pintarnya berhasil memadukan gaya penceritaan yang pintar dengan sisi komersial yang mungkin selama ini telah ada di film-film ber-genre sama sebelumnya. Hasilnya, tentu saja menjadi sebuah film pintar yang dapat menghibur para penontonnya.
Seks, adegan sadis, Nazi dan mengambil beberapa bagian Injil dalam penceritaannya, membuat penonton akan dapat dengan mudah melupakan durasinya. Membutuhkan sedikit kesabaran untuk dapat menikmati film ini di bagian awal, namun setelahnya, film ini akan membawa Anda pada petualangan pintar menyibak rahasia kelam sebuah keluarga dengan aksi yang memikat dari Mikael Blomkvist dan pasangannya yang eksentrik, dan menjadi pusat perhatian film ini, Lisbeth. Beberapa bagian drama memang sedikit mengurangi kenikmatan itu, namun secara keseluruhan, Anda menjadi tidak akan sabar melihat apa yang akan dilakukan David Fincher pada film yang sepertinya memang menjadi genre jagoannya ini. --source: Flick Magazine, Wikipedia--
Alur Cerita
Mikael Blomkvist (Michael Nyqvist), seorang wartawan ekonomi investigasi di Majalah Millenium yang telah dituduh menulis serangkaian artikel fitnah terhadap pengusaha Hans-Erik Wennerström (Stefan Sauk), dia pun akan dihukum tiga bulan penjara dan diharuskan membayar Wennerstrom sebesar 150 ribu kroner sebagai ganti rugi. Blomkvist yang berada dalam pengawasan rahasia oleh Lisbeth Salander (Noomi Rapace), seorang wanita berusia 24 tahun yang bermasalah, namun merupakan seorang hacker profesional dari sebuah perusahaan Milton Security. Lisbeth ditugaskan memberikan laporan yang didapatkannya kepada Dirch Frode (Ingvar Hirdwall), seorang pengacara bagi Grup Perusahaan Vanger yang berpengaruh.
Blomkvist kemudian diundang untuk dipertemukan dengan pengusaha Henrik Vanger (Sven-Bertil Taube), yang menyewa dia untuk menyelidiki hilangnya keponakannya saat remaja bernama Harriet (Julia Sporre) pada Hari Anak ditahun 1966. Henrik tidak hanya percaya bahwa Harriet telah dibunuh, dia juga mencurigai keluarga besarnya sebagai dalang pembunuhan Harriet atas dasar perebutan harta keluarga mereka.
Sementara itu, wali pengawas Lisbeth terserang struk dirumah sakit, dan dia diperkenalkan kepada penggantinya yaitu pengacara bernama Nils Bjurman (Peter Andersson) yang mengambil kendali keuangannya. Suatu malam, Lisbeth meminta uang untuk mengganti laptopnya yang rusak. Bjurman menyuruhnya melakukan seks oral padanya dalam pertukaran untuk memberikannya sebagian uang yang dia butuhkan. Setelah itu Bjurman memperkosanya, Lisbeth yang kembali dengan membawa rekaman video yang sebelumnya secara diam-diam merekamnya saat ia diperkosa, ia kemudian kembali ke apartemen Bjurman. Setelah menyiksanya, ia memeras Bjurman yang memungkinkan dirinya untuk memperoleh kembali akses keuangannya sendiri dan untuk mengakhiri pengawasannya. Kalau Bjurman tidak menuruti permintaannya, ia akan menyerahkan bukti kebejatannya pada pihak berwenang. Lisbeth kemudian mencoba hacks komputer Blomkvist sekali lagi untuk memonitornya.
Blomkvist kemudian pindah ke rumah perkebunan Vanger dan belajar bahwa tiga saudara Henrik adalah seorang Nazi. Ayah Harriet bernama Gottfried (Richard Franc), adalah seorang alkoholik yang meninggal dengan tenggelam setahun sebelum Harriet menghilang. Di dalam buku harian Harriet, Blomkvist menemukan daftar lima nama yang di tulis dengan nomer (mungkin nomor telepon), dan Inspektur Polisi Morell (Björn Granath) memberitahunya bahwa penyelidikannya tidak dapat menguraikan nomer-nomer tersebut. Menggunakan foto yang diambil selama pawai Hari Anak, Blomkvist belajar bahwa Harriet telah melihat seseorang yang mungkin adalah seseorang membunuhnya. Setelah hack komputer Blomkvist, Lisbeth menemukan dan menerjemahkan petunjuk nomer-nomer tersebut adalah angka-angka yang berhubungan dengan ayat-ayat Injil yang bicara tentang wanita yang harus dibunuh.
Setelah menemukan bahwa komputernya telah di-hack, Blomkvist diarahkan Dirch Frode ke apartemen Lisbeth, dan dia meyakinkan Lisbeth untuk membantu kasus yang ditanganinya, dan mereka segera menemukan jejak dari pembunuhan berantai ditahun 1949 di Swedia. Lisbeth menemukan dirinya menyukai Blomkvist, dan mereka akhirnya menjadi sepasang kekasih.
Dalam pertemuan dengan keluarga Vanger, Blomkvist didesak untuk meninggalkan kasus keluarga mereka tersebut, dan Blomkvist memberitahu sepupu Harriet bernama Cecilia (Marika Lagercrantz), yang mengenakan kalung Harriet. Cecilia pun menegaskan bahwa dia mewarisi kalung tersebut dari adiknya, Anita (yang wajahnya mirip dengan Harriet). Blomkvist kemudian menyadari bahwa foto yang diberikan Henrik memang tidak jelas, dimana foto yang ia kira Harriet sebenarnya adalah foto Anita. Beberapa waktu kemudian saat jogging di hutan, Blomkvist ditembak oleh penembak tak dikenal, namun dia dapat lolos dengan luka serius.
Di hari berikutnya, Inspektur Morrel mengungkapkan bahwa satu set nama dari buku harian Harriet adalah sesuai dengan nama-nama wanita yang telah bekerja untuk Gottfried Vanger. Semua nama-nama wanita tersebut adalah nama Yahudi, Blomkvist dan Lisbeth pun percaya bahwa pembunuhan mereka termotivasi oleh antisemitisme. Mereka percaya Harald Vanger (Gösta Bredefeldt) adalah pelakunya, karena dua saudara Vanger lainnya sudah meninggal pada saat Harriet menghilang. Lisbeth kemudian melakukan pencarian melalui catatan bisnis Vanger untuk melacak Harald, sementara Blomkvist menyelidiki ke rumahnya. Harald kemudian menghadapi Blomkvist dengan tembakan yang nyaris mengenai kepalanya, namun kakak Harriet bernama Martin (Peter Haber) muncul dan mengajak Blomkvist ke rumahnya. Ketika Blomkvist mengungkapkan apa yang telah ia ditemukan, Martin mengobati kepalanya. Sementara itu, Lisbeth telah menemukan bahwa Martin dan ayahnya adalah orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan, dimana dia menemukan dua foto yang sama. Di foto itu, sweter biru yang dipakai Martin sama dengan yang dipakai orang yang ditakuti Harriet di fotonya. Lisbeth pun kembali ke pondok untuk menemukan Blomkvist yang sudah tak ada di rumah.
Blomkvist kemudian terbangun hanya untuk menemukan dirinya telah terikat di gudang milik Martin. Martin akhirnya mengakui kalau dia yang melakukan pembunuhan, namun dia membantah telah membunuh Harriet. Sementara ia berusaha membunuh Blomkvist, Lisbeth muncul dan menyerang Martin menggunakan tongkat golf. Sementara dia membebaskan Blomkvist, Martin melarikan diri dengan mobilnya. Lisbeth segera mengejar dengan sepeda motornya. Saat Martin menghindari truk dijalan, mobilnya keluar dari jalur dan terjadi kecelakaan parah. Ketika Lisbeth mencoba menghampirinya, Martin memohon bantuan namun Lisbeth meninggalkannya untuk mati dengan mobilnya yang terbakar. Insiden itu mengingatkan Lisbeth dengan kejadian di masa mudanya (Tehilla Blad) ketika ia memercikkan bensin di wajah ayahnya (Georgi Staykov) yang duduk di mobil, kemudian memicu sambil mengawasinya terbakar.
Blomkvist kemudian bertemu dengan Henrik dan Morell untuk menginformasikan mereka bahwa Martin bukanlah pembunuh Harriet. Saat kembali ke pondok, ia menemukan catatan dari Lisbeth yang mengungkapkan keberadaan Harriet. Blomkvist pun segera terbang ke Australia dan menemukan Harriet (Ewa Fröling) yang hidup dengan memakai nama sepupunya Anita yang sudah meninggal. Dia pun kembali ke Swedia untuk bertemu kembali dengan Henrik. Di kantornya, Harriet mengungkapkan bahwa dia yang telah membunuh ayahnya, dimana ayahnya bersama Martin telah memperkosa dirinya. Takut atas kehidupannya ketika ia melihat Martin di parade Hari Anak, ia kemudian melarikan diri dengan bantuan Anita.
Setelah itu, Blomkvist pun menjalani hukuman di penjara. Lisbeth mengunjunginya dengan membawa catatan keuangan rahasia yang mengungkapkan keterlibatan Wennerström dalam perdagangan narkoba dan pasar gelap, bukti yang lebih memberatkan Wennerström daripada bukti sebelumnya. Blomkvist kemudian menerbitkan sebuah berita baru soal Wennerström, yang membuatnya membunuh dirinya sendiri.
Di tahun 2009, film ini menjadi film terlaris di Eropa di sepanjang tahun tersebut. Selain sukses secara komersial, film ini juga sempat menerima banyak penghargaan di berbagai ajang festival film Eropa. Karena kesuksesan film ini, sutradara David Fincher telah bekerjasama dengan penulis naskah Steven Zaillian untuk membuat versi Hollywood dari film ini dan dirilis pada tahun 2011.
Melihat apa yang telah Fincher lakukan terhadap Se7en (1995) atau Zodiac (2007), sepertinya wajar saja jika ia tertarik dengan The Girl with the Dragon Tattoo. Dua film ini sama-sama memiliki jalan cerita yang sama yakni mengungkap berbagai rentetan misteri pembunuhan. Di Eropa, film ini menjadi terkenal karena merupakan adaptasi dari sebuah novel laris berjudul sama karya almarhum Stieg Larsson. Film ini sendiri merupakan seri pertama dari tiga novel Larsson yang dikenal sebagai Millennium Trilogy.
Walau berasal dari Eropa, film yang diarahkan oleh sutradara Niels Arden Oplev ini sendiri sepertinya tidak akan menemukan kesulitan untuk dinikmati mereka yang terbiasa dengan film-film thriller bertema kejahatan karya Hollywood. Ini karena film ini memanfaatkan cara penceritaan Hollywood di dalam proses penceritaan filmnya. Dengan durasi 152 menit, memang, membutuhkan sedikit kesabaran untuk dapat menikmati film ini. Cerita film ini sendiri seperti mulai terasa hidup setelah film ini berjalan selama 30 menit dan baru benar-benar bergerak maju setelah mencapai kira-kira 60 menit durasi penayangannya.
Walau begitu, bukan berarti film ini akan membuat Anda merasa jenuh sebelum masa tayangnya mencapai durasi yang disebutkan diatas. Anda akan diberikan beberapa sub plot mengenai kehidupan Lisbeth, khususnya mengenai perlawananannya terhadap polisi pengawasnya yang ternyata memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan seks-nya. Penampilan Noomi Rapace sebagai Lisbeth juga merupakan sebuah hal yang sangat mengagumkan di sepanjang film ini, Lisbeth bukanlah seorang karakter yang banyak berbicara. Dengan penampilannya yang gothic, ia lebih banyak menunjukkan sikapnya melalui berbagai ekspresi tubuhnya. Dan Rapace mampu melakukan hal tersebut dengan sangat baik. Lewat Rapace, Lisbeth bukan hanya seorang wanita yang tampil dengan dandanan eksentrik untuk menutupi masa lalunya. Rapace membuat Lisbeth mampu terlihat rapuh lewat ekspresi wajahnya walaupun dengan penampilan yang sangat tangguh tersebut.
Sama dengan bukunya, versi film The Girl with the Dragon Tattoo juga menampilkan beberapa adegan yang mungkin cukup mengganggu para penontonnya. Namun, hal tersebut bukanlah akan mengurangi penilaian baik akan film ini. Berbagai adegan pengganggu tersebut justru memperkuat posisi film ini sebagai sebuah film thriller kejahatan yang berbeda dengan film-film lainnya. Film ini dengan pintarnya berhasil memadukan gaya penceritaan yang pintar dengan sisi komersial yang mungkin selama ini telah ada di film-film ber-genre sama sebelumnya. Hasilnya, tentu saja menjadi sebuah film pintar yang dapat menghibur para penontonnya.
Seks, adegan sadis, Nazi dan mengambil beberapa bagian Injil dalam penceritaannya, membuat penonton akan dapat dengan mudah melupakan durasinya. Membutuhkan sedikit kesabaran untuk dapat menikmati film ini di bagian awal, namun setelahnya, film ini akan membawa Anda pada petualangan pintar menyibak rahasia kelam sebuah keluarga dengan aksi yang memikat dari Mikael Blomkvist dan pasangannya yang eksentrik, dan menjadi pusat perhatian film ini, Lisbeth. Beberapa bagian drama memang sedikit mengurangi kenikmatan itu, namun secara keseluruhan, Anda menjadi tidak akan sabar melihat apa yang akan dilakukan David Fincher pada film yang sepertinya memang menjadi genre jagoannya ini. --source: Flick Magazine, Wikipedia--
Alur Cerita
Mikael Blomkvist (Michael Nyqvist), seorang wartawan ekonomi investigasi di Majalah Millenium yang telah dituduh menulis serangkaian artikel fitnah terhadap pengusaha Hans-Erik Wennerström (Stefan Sauk), dia pun akan dihukum tiga bulan penjara dan diharuskan membayar Wennerstrom sebesar 150 ribu kroner sebagai ganti rugi. Blomkvist yang berada dalam pengawasan rahasia oleh Lisbeth Salander (Noomi Rapace), seorang wanita berusia 24 tahun yang bermasalah, namun merupakan seorang hacker profesional dari sebuah perusahaan Milton Security. Lisbeth ditugaskan memberikan laporan yang didapatkannya kepada Dirch Frode (Ingvar Hirdwall), seorang pengacara bagi Grup Perusahaan Vanger yang berpengaruh.
Blomkvist kemudian diundang untuk dipertemukan dengan pengusaha Henrik Vanger (Sven-Bertil Taube), yang menyewa dia untuk menyelidiki hilangnya keponakannya saat remaja bernama Harriet (Julia Sporre) pada Hari Anak ditahun 1966. Henrik tidak hanya percaya bahwa Harriet telah dibunuh, dia juga mencurigai keluarga besarnya sebagai dalang pembunuhan Harriet atas dasar perebutan harta keluarga mereka.
Sementara itu, wali pengawas Lisbeth terserang struk dirumah sakit, dan dia diperkenalkan kepada penggantinya yaitu pengacara bernama Nils Bjurman (Peter Andersson) yang mengambil kendali keuangannya. Suatu malam, Lisbeth meminta uang untuk mengganti laptopnya yang rusak. Bjurman menyuruhnya melakukan seks oral padanya dalam pertukaran untuk memberikannya sebagian uang yang dia butuhkan. Setelah itu Bjurman memperkosanya, Lisbeth yang kembali dengan membawa rekaman video yang sebelumnya secara diam-diam merekamnya saat ia diperkosa, ia kemudian kembali ke apartemen Bjurman. Setelah menyiksanya, ia memeras Bjurman yang memungkinkan dirinya untuk memperoleh kembali akses keuangannya sendiri dan untuk mengakhiri pengawasannya. Kalau Bjurman tidak menuruti permintaannya, ia akan menyerahkan bukti kebejatannya pada pihak berwenang. Lisbeth kemudian mencoba hacks komputer Blomkvist sekali lagi untuk memonitornya.
Blomkvist kemudian pindah ke rumah perkebunan Vanger dan belajar bahwa tiga saudara Henrik adalah seorang Nazi. Ayah Harriet bernama Gottfried (Richard Franc), adalah seorang alkoholik yang meninggal dengan tenggelam setahun sebelum Harriet menghilang. Di dalam buku harian Harriet, Blomkvist menemukan daftar lima nama yang di tulis dengan nomer (mungkin nomor telepon), dan Inspektur Polisi Morell (Björn Granath) memberitahunya bahwa penyelidikannya tidak dapat menguraikan nomer-nomer tersebut. Menggunakan foto yang diambil selama pawai Hari Anak, Blomkvist belajar bahwa Harriet telah melihat seseorang yang mungkin adalah seseorang membunuhnya. Setelah hack komputer Blomkvist, Lisbeth menemukan dan menerjemahkan petunjuk nomer-nomer tersebut adalah angka-angka yang berhubungan dengan ayat-ayat Injil yang bicara tentang wanita yang harus dibunuh.
Setelah menemukan bahwa komputernya telah di-hack, Blomkvist diarahkan Dirch Frode ke apartemen Lisbeth, dan dia meyakinkan Lisbeth untuk membantu kasus yang ditanganinya, dan mereka segera menemukan jejak dari pembunuhan berantai ditahun 1949 di Swedia. Lisbeth menemukan dirinya menyukai Blomkvist, dan mereka akhirnya menjadi sepasang kekasih.
Dalam pertemuan dengan keluarga Vanger, Blomkvist didesak untuk meninggalkan kasus keluarga mereka tersebut, dan Blomkvist memberitahu sepupu Harriet bernama Cecilia (Marika Lagercrantz), yang mengenakan kalung Harriet. Cecilia pun menegaskan bahwa dia mewarisi kalung tersebut dari adiknya, Anita (yang wajahnya mirip dengan Harriet). Blomkvist kemudian menyadari bahwa foto yang diberikan Henrik memang tidak jelas, dimana foto yang ia kira Harriet sebenarnya adalah foto Anita. Beberapa waktu kemudian saat jogging di hutan, Blomkvist ditembak oleh penembak tak dikenal, namun dia dapat lolos dengan luka serius.
Di hari berikutnya, Inspektur Morrel mengungkapkan bahwa satu set nama dari buku harian Harriet adalah sesuai dengan nama-nama wanita yang telah bekerja untuk Gottfried Vanger. Semua nama-nama wanita tersebut adalah nama Yahudi, Blomkvist dan Lisbeth pun percaya bahwa pembunuhan mereka termotivasi oleh antisemitisme. Mereka percaya Harald Vanger (Gösta Bredefeldt) adalah pelakunya, karena dua saudara Vanger lainnya sudah meninggal pada saat Harriet menghilang. Lisbeth kemudian melakukan pencarian melalui catatan bisnis Vanger untuk melacak Harald, sementara Blomkvist menyelidiki ke rumahnya. Harald kemudian menghadapi Blomkvist dengan tembakan yang nyaris mengenai kepalanya, namun kakak Harriet bernama Martin (Peter Haber) muncul dan mengajak Blomkvist ke rumahnya. Ketika Blomkvist mengungkapkan apa yang telah ia ditemukan, Martin mengobati kepalanya. Sementara itu, Lisbeth telah menemukan bahwa Martin dan ayahnya adalah orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan, dimana dia menemukan dua foto yang sama. Di foto itu, sweter biru yang dipakai Martin sama dengan yang dipakai orang yang ditakuti Harriet di fotonya. Lisbeth pun kembali ke pondok untuk menemukan Blomkvist yang sudah tak ada di rumah.
Blomkvist kemudian terbangun hanya untuk menemukan dirinya telah terikat di gudang milik Martin. Martin akhirnya mengakui kalau dia yang melakukan pembunuhan, namun dia membantah telah membunuh Harriet. Sementara ia berusaha membunuh Blomkvist, Lisbeth muncul dan menyerang Martin menggunakan tongkat golf. Sementara dia membebaskan Blomkvist, Martin melarikan diri dengan mobilnya. Lisbeth segera mengejar dengan sepeda motornya. Saat Martin menghindari truk dijalan, mobilnya keluar dari jalur dan terjadi kecelakaan parah. Ketika Lisbeth mencoba menghampirinya, Martin memohon bantuan namun Lisbeth meninggalkannya untuk mati dengan mobilnya yang terbakar. Insiden itu mengingatkan Lisbeth dengan kejadian di masa mudanya (Tehilla Blad) ketika ia memercikkan bensin di wajah ayahnya (Georgi Staykov) yang duduk di mobil, kemudian memicu sambil mengawasinya terbakar.
Blomkvist kemudian bertemu dengan Henrik dan Morell untuk menginformasikan mereka bahwa Martin bukanlah pembunuh Harriet. Saat kembali ke pondok, ia menemukan catatan dari Lisbeth yang mengungkapkan keberadaan Harriet. Blomkvist pun segera terbang ke Australia dan menemukan Harriet (Ewa Fröling) yang hidup dengan memakai nama sepupunya Anita yang sudah meninggal. Dia pun kembali ke Swedia untuk bertemu kembali dengan Henrik. Di kantornya, Harriet mengungkapkan bahwa dia yang telah membunuh ayahnya, dimana ayahnya bersama Martin telah memperkosa dirinya. Takut atas kehidupannya ketika ia melihat Martin di parade Hari Anak, ia kemudian melarikan diri dengan bantuan Anita.
Setelah itu, Blomkvist pun menjalani hukuman di penjara. Lisbeth mengunjunginya dengan membawa catatan keuangan rahasia yang mengungkapkan keterlibatan Wennerström dalam perdagangan narkoba dan pasar gelap, bukti yang lebih memberatkan Wennerström daripada bukti sebelumnya. Blomkvist kemudian menerbitkan sebuah berita baru soal Wennerström, yang membuatnya membunuh dirinya sendiri.
Wednesday, August 17, 2011
Snow White and the Seven Dwarfs (1937)
Snow White and the Seven Dwarfs merupakan sebuah film animasi ditahun 1937 yang diproduksi oleh Walt Disney dan diadaptasikan dari sebuah dongeng klasik berjudul sama karya Brothers Grimm. Film yang menampilkan suara dari para bintang diantaranya Adriana Caselotti, Lucille La Verne, Harry Stockwell, Pinto Colvig dan Roy Atwell ini dirilis pada tanggal 21 Desember 1937 dan didistribusikan oleh RKO Radio Pictures. Film ini merupakan salah satu film yang memasuki peringkat 49 daftar American Film Institute yakni daftar '100 film Amerika terbaik sepanjang masa' sejak tahun 1997. Cerita film ini diadaptasi oleh para seniman "storyboard" diantaranya Dorothy Ann Blank, Richard Creedon, Merrill De Maris, Otto Englander, Earl Hurd, Dick Rickard, Ted Sears dan Webb Smith. David Hand merupakan sutradara pengawas, sedangkan William Cottrell, Wilfred Jackson, Larry Morey, Perce Pearce, dan Ben Sharpsteen sebagai sutradara yang ditandai dalam individual film. --source: Wikipedia--
Alur Cerita
Pada suatu ketika, seorang putri cantik bernama Putri Salju (Adriana Caselotti) hidup bersama ibu tirinya, Ratu Grimhilde (Lucille La Verne), seorang Ratu yang diasumsikan telah mengambil alih kerajaan setelah kematian ayahnya. Karena kecantikan Putri Salju telah mengalahkan kecantikannya, Ratu lalu memakaikan baju lusuh padanya dan memaksanya bekerja sebagai pelayan Istana. Tiap hari Ratu yang congkak bertanya pada Cermin Ajaib (Moroni Olsen), "Cermin Ajaib di dinding, siapakah yang paling cantik dari semuanya?". Cermin menjawab, "Bagindalah yang paling cantik". Putri Salju pun selamat dari rasa iri Ratu yang kejam. Selama bertahun-tahun Cermin selalu menjawab seperti itu dan membuatnya senang.
Setelah waktunya tiba, Cermin Ajaib mengatakan kepada Ratu bahwa sekarang Putri Salju adalah yang tercantik di seluruh negeri. Cemburu, Ratu memerintahkan seorang pemburu (Stuart Buchanan) untuk membawa Putri Salju ke hutan dan membunuhnya. Untuk memastikan dia tidak gagal, Ratu menuntut pemburu membawa pulang jantung Putri Salju dalam kotak permata sebagai bukti kematiannya. Setelah pemburu bertemu, dia tak tega membunuhnya, dan memutuskan untuk tidak menyakitinya. Sambil menangis dia memohon pengampunan, yang mendesak Putri Salju untuk melarikan diri dan bersembunyi di hutan dan menyuruhnya tidak pernah kembali. Pemburu kemudian membawa jantung babi sebagai gantinya.
Di dalam hutan, sang Putri berteman dengan para makhluk hutan dan membawanya ke sebuah pondok di hutan. Melihat tujuh kursi kecil di ruang makan pondok yang kotor dan berantakan tersebut, Putri Salju mengasumsikan bahwa pondok itu adalah rumah dari tujuh anak yatim piatu. Tapi, sebenarnya pondok tersebut milik dari tujuh kurcaci yaitu: si pemimpin dari para kurcaci bernama Doc (Roy Atwell), si pemarah bernama Grumpy (Pinto Colvig), si kurcaci yang selalu tertawa bernama Happy (Otis Harlan), si tukang ngantuk bernama Sleepy (Pinto Colvig), si pemalu bernama Bashful (Scotty Mattraw), si tukang bersin bernama Sneezy (Billy Gilbert), dan si lugu bernama Dopey (Eddie Collins), yang semuanya bekerja di sebuah tambang dekat rumahnya. Saat pulang, mereka terkejut menemukan pondok mereka telah bersih dan menduga bahwa penyusup telah masuk kedalam rumah mereka. Ketujuh kurcaci kemudian menemukan Putri Salju yang tertidur tempat tidur mereka, dan dia pun terbangun untuk menemukan para kurcaci di sisi tempat tidurnya yang memperkenalkan dirinya. Ketujuh kurcaci akhirnya menyambutnya di rumah mereka setelah mengetahui Putri Salju bisa memasak dan membersihkan rumahnya. Dia memulai hidup barunya dengan memasak, membersihkan dan menjaga rumah untuk kurcaci. Sementara ketujuh kurcaci menambang untuk mencari perhiasan, malamnya mereka bersama bernyanyi, bermain musik dan menari.
Sementara itu, sang Ratu menemukan bahwa Putri Salju masih hidup ketika Cermin Ajaib mengatakan lagi bahwa Putri Salju adalah yang tercantik di negeri itu. Menggunakan sihirnya untuk menyamar sebagai wanita tua, Ratu membuat ramuan bernama "Kematian dalam Tidur" dan mencelupkan buah apel kedalam ramuan itu hingga buah apel menjadi merah segar. Ratu kemudian menjelaskan bahwa mata Putri Salju akan tertutup selamanya pada kematian dalam tidurnya jika ia memakan walau satu gigitan dari apel tersebut. Kematian dalam tidurnya hanya dapat dibangkitkan dengan "ciuman cinta pertama". Ratu menyatakan hal itu tidak membahayakan rencananya, karena kurcaci tidak akan mampu untuk membangkitkannya, dan akan mengira ia sudah mati, sehingga dia akan "dikubur hidup- hidup". Ratu kemudian pergi ke pondok saat para kurcaci pergi, dan dia berhasil membujuk Putri Salju untuk menggigit apel beracun tersebut. Putri Salju akhirnya jatuh tertidur dan Ratu berseru "Sekarang saya adalah perempuan tercantik di negeri ini!". Para kurcaci yang diperingatkan oleh binatang hutan yang mengenalinya, mengejar Ratu diatas tebing. Dia mencoba untuk menjatuhkan batu besar dari tebing untuk menimpah mereka, namun sambaran petir ke tebing tempat Ratu berdiri menyebabkan runtuh. Dia pun jatuh pada kematiannya, dan tubuhnya hancur oleh batu.
Para kurcaci kembali ke pondok mereka dan menemukan Putri Salju yang tampaknya sudah meninggal. Begitu cantik meski dalam kematian, hingga para kurcaci tak tega menguburnya. Mereka membuat peti dari kaca dan emas serta tetap berjaga-jaga di sisinya. Beberapa waktu kemudian, seorang Pangeran (Harry Stockwell) yang sebelumnya pernah bertemu dan jatuh cinta dengan Putri Salju mendengar ada gadis yang tidur dalam peti kaca. Terpikat oleh kecantikannya, dia menciumnya, yang menghilangkan mantra dan membangkitkannya. Para kurcaci dan semua binatang bergembira hingga Pangeran membawa Putri Salju ke istananya yang bersinar. Dan mereka hidup berbahagia selamanya.
Alur Cerita
Pada suatu ketika, seorang putri cantik bernama Putri Salju (Adriana Caselotti) hidup bersama ibu tirinya, Ratu Grimhilde (Lucille La Verne), seorang Ratu yang diasumsikan telah mengambil alih kerajaan setelah kematian ayahnya. Karena kecantikan Putri Salju telah mengalahkan kecantikannya, Ratu lalu memakaikan baju lusuh padanya dan memaksanya bekerja sebagai pelayan Istana. Tiap hari Ratu yang congkak bertanya pada Cermin Ajaib (Moroni Olsen), "Cermin Ajaib di dinding, siapakah yang paling cantik dari semuanya?". Cermin menjawab, "Bagindalah yang paling cantik". Putri Salju pun selamat dari rasa iri Ratu yang kejam. Selama bertahun-tahun Cermin selalu menjawab seperti itu dan membuatnya senang.
Setelah waktunya tiba, Cermin Ajaib mengatakan kepada Ratu bahwa sekarang Putri Salju adalah yang tercantik di seluruh negeri. Cemburu, Ratu memerintahkan seorang pemburu (Stuart Buchanan) untuk membawa Putri Salju ke hutan dan membunuhnya. Untuk memastikan dia tidak gagal, Ratu menuntut pemburu membawa pulang jantung Putri Salju dalam kotak permata sebagai bukti kematiannya. Setelah pemburu bertemu, dia tak tega membunuhnya, dan memutuskan untuk tidak menyakitinya. Sambil menangis dia memohon pengampunan, yang mendesak Putri Salju untuk melarikan diri dan bersembunyi di hutan dan menyuruhnya tidak pernah kembali. Pemburu kemudian membawa jantung babi sebagai gantinya.
Di dalam hutan, sang Putri berteman dengan para makhluk hutan dan membawanya ke sebuah pondok di hutan. Melihat tujuh kursi kecil di ruang makan pondok yang kotor dan berantakan tersebut, Putri Salju mengasumsikan bahwa pondok itu adalah rumah dari tujuh anak yatim piatu. Tapi, sebenarnya pondok tersebut milik dari tujuh kurcaci yaitu: si pemimpin dari para kurcaci bernama Doc (Roy Atwell), si pemarah bernama Grumpy (Pinto Colvig), si kurcaci yang selalu tertawa bernama Happy (Otis Harlan), si tukang ngantuk bernama Sleepy (Pinto Colvig), si pemalu bernama Bashful (Scotty Mattraw), si tukang bersin bernama Sneezy (Billy Gilbert), dan si lugu bernama Dopey (Eddie Collins), yang semuanya bekerja di sebuah tambang dekat rumahnya. Saat pulang, mereka terkejut menemukan pondok mereka telah bersih dan menduga bahwa penyusup telah masuk kedalam rumah mereka. Ketujuh kurcaci kemudian menemukan Putri Salju yang tertidur tempat tidur mereka, dan dia pun terbangun untuk menemukan para kurcaci di sisi tempat tidurnya yang memperkenalkan dirinya. Ketujuh kurcaci akhirnya menyambutnya di rumah mereka setelah mengetahui Putri Salju bisa memasak dan membersihkan rumahnya. Dia memulai hidup barunya dengan memasak, membersihkan dan menjaga rumah untuk kurcaci. Sementara ketujuh kurcaci menambang untuk mencari perhiasan, malamnya mereka bersama bernyanyi, bermain musik dan menari.
Sementara itu, sang Ratu menemukan bahwa Putri Salju masih hidup ketika Cermin Ajaib mengatakan lagi bahwa Putri Salju adalah yang tercantik di negeri itu. Menggunakan sihirnya untuk menyamar sebagai wanita tua, Ratu membuat ramuan bernama "Kematian dalam Tidur" dan mencelupkan buah apel kedalam ramuan itu hingga buah apel menjadi merah segar. Ratu kemudian menjelaskan bahwa mata Putri Salju akan tertutup selamanya pada kematian dalam tidurnya jika ia memakan walau satu gigitan dari apel tersebut. Kematian dalam tidurnya hanya dapat dibangkitkan dengan "ciuman cinta pertama". Ratu menyatakan hal itu tidak membahayakan rencananya, karena kurcaci tidak akan mampu untuk membangkitkannya, dan akan mengira ia sudah mati, sehingga dia akan "dikubur hidup- hidup". Ratu kemudian pergi ke pondok saat para kurcaci pergi, dan dia berhasil membujuk Putri Salju untuk menggigit apel beracun tersebut. Putri Salju akhirnya jatuh tertidur dan Ratu berseru "Sekarang saya adalah perempuan tercantik di negeri ini!". Para kurcaci yang diperingatkan oleh binatang hutan yang mengenalinya, mengejar Ratu diatas tebing. Dia mencoba untuk menjatuhkan batu besar dari tebing untuk menimpah mereka, namun sambaran petir ke tebing tempat Ratu berdiri menyebabkan runtuh. Dia pun jatuh pada kematiannya, dan tubuhnya hancur oleh batu.
Para kurcaci kembali ke pondok mereka dan menemukan Putri Salju yang tampaknya sudah meninggal. Begitu cantik meski dalam kematian, hingga para kurcaci tak tega menguburnya. Mereka membuat peti dari kaca dan emas serta tetap berjaga-jaga di sisinya. Beberapa waktu kemudian, seorang Pangeran (Harry Stockwell) yang sebelumnya pernah bertemu dan jatuh cinta dengan Putri Salju mendengar ada gadis yang tidur dalam peti kaca. Terpikat oleh kecantikannya, dia menciumnya, yang menghilangkan mantra dan membangkitkannya. Para kurcaci dan semua binatang bergembira hingga Pangeran membawa Putri Salju ke istananya yang bersinar. Dan mereka hidup berbahagia selamanya.
Wednesday, August 10, 2011
After.Life (2009)
Menyaksikan film ini, sebuah film yang menjadi debut penyutradaraan dari sutradara Agnieszka Wójtowicz- Vosloo, akan memberikan dua pemikiran yang berbeda bagi penontonnya. Beberapa orang akan memandang kagum atas kemampuannya dalam mengarahkan dua bintangnya, Liam Neeson dan Christina Ricci, untuk bermain sangat bagus dan menciptakan sebuah film horror yang memiliki atmosfer gelap dan cukup mencekam. Sementara itu, sebagian lagi akan meragukan kualitas film ini dan meletakkannya sebagai sebuah film yang terlalu absurd untuk diterima akal sehat.
Wojtowicz-Vosloo, yang menulis naskah film ini bersama Paul Vosloo dan Jakub Korolczuk, mencoba mempermainkan pemikiran para penonton untuk dapat mengira bahwa karakter Anna sebenarnya masih hidup dan dijebak oleh Paul lewat beberapa detil dan petunjuk yang diberikannya di dalam jalan cerita film ini. Namun di lain pihak, penonton tidak diberikan bukti yang cukup untuk membuktikan opini mereka tentang nasib Anna. Sayangnya, cerita yang awalnya terlihat cukup menarik ini kemudian lama-kelamaan semakin terlihat tidak mampu dikembangkan dengan cukup baik. Beberapa detil yang pada awalnya telah dipaparkan di awal film, seperti hubungan Anna dengan ibunya, latar belakang Eliot yang sebenarnya, hingga alasan Eliot untuk terus 'mempertahankan' Anna, justru menghilang di tengah-tengah penceritaan film dan tidak mendapatkan penjelasan yang cukup. Ini membuat jalan cerita After.Life menjadi seperti menggantung dan mengurangi intensitas cerita yang ingin ditampilkan.
Walau Justin Long sepertinya melakukan pengulangan peran yang pernah ia lakukan sebelumnya di film Drag Me To Hell (2009), namun Liam Neeson dan Christina Ricci benar-benar menjadi nyawa utama film ini. Neeson, walaupun tidak banyak melakukan dialog, mampu memberikan tingkat 'kengerian' sendiri dari karakternya sebagai seorang pengurus rumah duka. Dingin, kaku dan menyimpan misteri yang akan membuatnya menjadi salah satu karakter yang mungkin tidak ingin Anda temui di dunia nyata.
Sementara Ricci sepertinya semakin tenggelam dengan peran-peran yang memiliki karakter gelap, seperti yang juga pernah ia tunjukkan dari awal karirnya di film The Addams Family (1991) hingga film Black Snake Moan (2006). Bahkan, seperti halnya di film terakhir, Ricci semakin nyaman untuk tampil berkeliaran tanpa busana di sepanjang film. Bukan sekedar tampil tanpa busana, karena Ricci sendiri di film ini mampu tenggelam dengan karakter Anna yang tampil kebingungan untuk membedakan dunia nyata dan dunia arwah di sepanjang film.
Cukup disayangkan memang ketika mengetahui cerita film yang dirilis pada tanggal 7 November 2009 ini yang terdengar cukup menjanjikan ternyata hanya mampu tereksekusi dengan benar hingga separuh dari durasi film. Sang sutradara kemudian terlihat kebingungan dalam memilih untuk mempertahankan alur cerita yang sedang atau meningkatkannya untuk menambah intensitas film. Wojtowicz-Vosloo kemudian memilih untuk meningkatkannya, yang dilakukan dengan banyak adegan yang justru merusak kerapian cerita yang telah terbentuk sejak awal. Walau begitu, sebagai sebuah karya pertama, After.Life cukup menjanjikan bagi seorang Wojtowicz-Vosloo, yang mampu mengarahkan dua bintang utamanya Neeson dan Ricci dengan sangat baik serta memberikan tampilan gelap yang cukup mencekam di sepanjang film.
Alur Cerita
Film dibuka saat Eliot Deacon (Liam Neeson), seorang pengurus dan pemilik rumah duka yang sedang mempersiapan proses pemakaman terhadap mayat seorang guru piano. Dia kemudian mengambil foto mayat tersebut dan layar pun memudar. Disisi lain, seorang guru sekolah menengah, Anna Taylor (Christina Ricci), yang hidupnya tidak bahagia karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya yang egois, Beatrice (Celia Weston), sedang melakukan hubungan intim dengan kekasihnya, Paul Coleman (Justin Long), dan Anna kelihatan tidak bernafsu dan juga terlihat dingin. Di sekolah tempat Anna mengajar, salah satu muridnya bernama Jack (Chandler Canterbury) memintanya ikut menghadiri acara pemakaman yang akan Anna hadiri. Jack mengatakan kalau ibunya yang telah mengabaikan untuk menjemputnya dari sekolah mungkin tidak akan keberatan jika dia ikut. Jack juga mengatakan kalau dia belum pernah berkunjung ke pemakaman, tapi Anna memberitahu kalau dia tidak bisa mengajaknya. Di tempat pemakaman, Anna kemudian bertemu dengan Eliot.
Di malam itu juga, Anna bertemu Paul untuk makan malam di sebuah restoran, dia tidak menyadari kalau Paul akan melamarnya dan memintanya untuk pindah ke Chicago dengannya untuk promosi jabatan. Namun sikap Paul membuat Anna mengasumsikan kalau dia ingin meninggalkannya. Sebelum Paul sempat menjelaskan, Anna panik karena berpikir Paul ingin memutuskan hubungan mereka. Setelah pertengkaran singkat, Anna segera meninggalkan restoran. Di dalam perjalanan Anna mengalami kecelakaan disaat dia mencoba untuk menggunakan ponsel.
Anna kemudian terbangun, dia bingung karena tidak bisa bergerak dan tidak dapat merasakan tubuhnya. Dia menemukan dirinya berada di rumah duka, dimana Eliot sedang membersihkan lukanya dan mengatakan kepadanya kalau dia telah meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan. Tentu saja Anna langsung menyangkal bahwa dirinya telah meninggal. Maksudnya, jika ia telah meninggal dunia, mengapa ia bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan Eliot. Dia pun bertambah bingung dan menjadi frustrasi, hingga Eliot menjelaskan kalau semua orang mati yang ditanganinya memang mengklaim mereka masih hidup, karena mereka merasa masih bisa "bernafas, buang air kecil, dan buang air besar." Eliot akhirnya mengatakan kepadanya bahwa bukan Anna yang masih memiliki kehidupan, namun dirinyalah yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan mereka yang sedang berada pada fase perpindahan menuju alam kematian, untuk membantu mereka menerima kematian mereka. Di rumah duka tersebut, terungkap kalau Eliot memiliki koleksi foto-foto jenazah yang ditanganinya. Eliot juga menyuntik Anna secara teratur dengan bahan kimia Eliot katakan untuk "meregangkan otot-ototnya dan menghentikan kekakuan yang terbentuk agar dia bisa menangani tubuhnya".
Paul tidak bisa sepenuhnya menerima kematian Anna, dia pun menuju rumah pemakaman. Paul kemudian bertanya kepada Eliot apakah dia bisa melihat jenazah kekasihnya untuk yang terakhir kalinya, namun Eliot tidak mengijinkannya dengan alasan ia tidak dapat menunjukkan jenazah kepada siapa pun kecuali dengan pihak keluarga. Karena Paul ingin sekali melihat jenazah Anna, dia kemudian mencoba meminta bantuan temannya di kepolisian, Tom Peterson (Jody Ebert), namun Tom juga tidak bisa melakukannya. Pada upacara pemakaman Anna yang tidak diketahui, Jack datang dan akhirnya bertemu Eliot, hingga mereka sempat berbicara beberapa saat. Ketika masih bergulat dengan konsep kematiannya, Anna mencoba untuk melarikan diri beberapa kali namun tidak berhasil, Eliot mengatakan kepadanya kalau dia harus rela melepaskan hidupnya, karena dia sekarang sudah tidak benar-benar hidup. Anna kemudian berhasil mencuri kunci Eliot, lolos, dan menemukan ruangan telepon untuk memanggil Paul meminta bantuan. Namun Paul tidak dapat mendengarnya dengan baik dan menutup ponselnya berpikir itu adalah sebuah lelucon. Anna akhirnya dapat menerima kalau dia telah meninggal dunia ketika Eliot memungkinkan dia untuk melihat dirinya di cermin. Anna ngeri telah menemukan dirinya tampak seperti mayat. Dia meninggalkan kabut di cermin dari napasnya, yang segera Eliot bersihkan sebelum Anna dapat melihatnya. Saat berada di rumah duka sebelumnya, Jack sempat melihat Anna, dan dalam adegan di rumahnya, ibu Jack ternyata ditampilkan lalai yang hanya duduk dengan penampilan yang aneh menatap televisi. Di sekolah, Jack mengatakan kepada Paul kalau ia melihat Anna berdiri di jendela saat di rumah pemakaman, yang membuat Paul marah karena dia tahu kekasihnya telah meninggal, Paul pun memukul anak itu. Setelah bertemu Eliot lagi, Jack mengatakan kepadanya kalau ia memiliki karunia yang sama: kemampuan untuk berinteraksi dengan orang yang sedang berada pada fase perpindahan menuju alam kematian. Seiring waktu, Paul menjadi semakin paranoid, dalam hatinya bertanya-tanya apakah Anna benar-benar sudah meninggal, ia pun menjadi curiga terhadap Eliot.
Selama persiapan akhir untuk pemakaman, Anna mengatakan kepada Eliot kalau ia ingin melihat dirinya untuk terakhir kalinya di cermin. Eliot memegang sebuah cermin kecil, namun saat Anna menatap dirinya sendiri di cermin, dia mengambil napas dalam-dalam dan belajar bahwa dia bisa mengeluarkan kabut pada kaca. Tiba- tiba ia prihatin bahwa Eliot telah berbohong padanya, ia mulai percaya bahwa ia hidup selama ini. Marah, Eliot segera menyuntik Anna terakhir kali dengan bahan kimia untuk membuatnya mati rasa. Hal ini terlihat bahwa Eliot sebenarnya menyuntik Anna dengan Hydronium Bromide, bahan kimia fiktif yang sebelumnya telah disebutkan, yang mampu melumpuhkan tubuh secara total dalam beberapa saat untuk meniru kematian.
Saat menggali kuburan untuk mengubur Anna, Jack datang dan Eliot menjelaskan bahwa para mayat berkeliaran tanpa tujuan dan hanya mereka berdua dapat melihatnya, dan itu adalah tanggung jawab mereka berdua untuk membantu para mayat tersebut ke dalam kubur. Hal ini tidak pernah sepenuhnya terungkap apakah ini adalah 'metafora' atau 'harfiah', namun Jack setidaknya muncul untuk mengambil itu sebagai 'harfiah'. Sebagai pedoman Jack adalah eekor ayam sakit-sakitan yang telah dirawatnya sebagai tugas sekolah, akhirnya dimasukkan ke dalam peti kotak kertas darurat dan dikubur hidup-hidup karena ayam tersebut ternyata 'tidak benar-benar hidup'.
Anna ditampilkan bangkit ketika sedang dikuburkan, dia mencoba berteriak dan membuka peti matinya untuk berjuang melawan kematian. Dengan perlahan ia pun meninggal dalam peti matinya itu. Setelah pemakaman, Paul minum hingga mabuk berat, dan mengatakan kepada Eliot kalau ia tahu Anna belum mati. Eliot kemudian menawarkan Paul untuk pergi ke kuburan dan mencari tahu sendiri apakah Anna sebenarnya sudah meninggal atau masih hidup. Paul bergegas ke kuburan dengan mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Adegan kemudian terpotong sekilas dengan layar putih sebelum Paul ditampilkan menggali kuburan Anna dan menemukannya hidup kembali. Mereka kemudian saling merangkul dan Anna memberitahu Paul kalau "dia selalu mencintainya." Ketika berpelukan, Paul mendengar suara Anna yang menjelaskan bahwa Eliot telah mempersiapkan sarung tangan dan gunting untuk mengurus tubuhnya. Paul kemudian melihat Anna menghilang dari pelukannya, dan kemudian melihat kilatan cahaya lampu di rumah duka. Ia bangun di kamar duka dimana Eliot telah mempersiapkan mengurus tubuhnya. Paul bilang dia telah melihat Anna, dan Eliot mengatakan kepadanya bahwa ia tidak pernah sampai ke pemakaman karena dia telah mengalami kecelakaan mobil yang membuatnya meninggal dunia.
Wojtowicz-Vosloo, yang menulis naskah film ini bersama Paul Vosloo dan Jakub Korolczuk, mencoba mempermainkan pemikiran para penonton untuk dapat mengira bahwa karakter Anna sebenarnya masih hidup dan dijebak oleh Paul lewat beberapa detil dan petunjuk yang diberikannya di dalam jalan cerita film ini. Namun di lain pihak, penonton tidak diberikan bukti yang cukup untuk membuktikan opini mereka tentang nasib Anna. Sayangnya, cerita yang awalnya terlihat cukup menarik ini kemudian lama-kelamaan semakin terlihat tidak mampu dikembangkan dengan cukup baik. Beberapa detil yang pada awalnya telah dipaparkan di awal film, seperti hubungan Anna dengan ibunya, latar belakang Eliot yang sebenarnya, hingga alasan Eliot untuk terus 'mempertahankan' Anna, justru menghilang di tengah-tengah penceritaan film dan tidak mendapatkan penjelasan yang cukup. Ini membuat jalan cerita After.Life menjadi seperti menggantung dan mengurangi intensitas cerita yang ingin ditampilkan.
Walau Justin Long sepertinya melakukan pengulangan peran yang pernah ia lakukan sebelumnya di film Drag Me To Hell (2009), namun Liam Neeson dan Christina Ricci benar-benar menjadi nyawa utama film ini. Neeson, walaupun tidak banyak melakukan dialog, mampu memberikan tingkat 'kengerian' sendiri dari karakternya sebagai seorang pengurus rumah duka. Dingin, kaku dan menyimpan misteri yang akan membuatnya menjadi salah satu karakter yang mungkin tidak ingin Anda temui di dunia nyata.
Sementara Ricci sepertinya semakin tenggelam dengan peran-peran yang memiliki karakter gelap, seperti yang juga pernah ia tunjukkan dari awal karirnya di film The Addams Family (1991) hingga film Black Snake Moan (2006). Bahkan, seperti halnya di film terakhir, Ricci semakin nyaman untuk tampil berkeliaran tanpa busana di sepanjang film. Bukan sekedar tampil tanpa busana, karena Ricci sendiri di film ini mampu tenggelam dengan karakter Anna yang tampil kebingungan untuk membedakan dunia nyata dan dunia arwah di sepanjang film.
Cukup disayangkan memang ketika mengetahui cerita film yang dirilis pada tanggal 7 November 2009 ini yang terdengar cukup menjanjikan ternyata hanya mampu tereksekusi dengan benar hingga separuh dari durasi film. Sang sutradara kemudian terlihat kebingungan dalam memilih untuk mempertahankan alur cerita yang sedang atau meningkatkannya untuk menambah intensitas film. Wojtowicz-Vosloo kemudian memilih untuk meningkatkannya, yang dilakukan dengan banyak adegan yang justru merusak kerapian cerita yang telah terbentuk sejak awal. Walau begitu, sebagai sebuah karya pertama, After.Life cukup menjanjikan bagi seorang Wojtowicz-Vosloo, yang mampu mengarahkan dua bintang utamanya Neeson dan Ricci dengan sangat baik serta memberikan tampilan gelap yang cukup mencekam di sepanjang film.
Alur Cerita
Film dibuka saat Eliot Deacon (Liam Neeson), seorang pengurus dan pemilik rumah duka yang sedang mempersiapan proses pemakaman terhadap mayat seorang guru piano. Dia kemudian mengambil foto mayat tersebut dan layar pun memudar. Disisi lain, seorang guru sekolah menengah, Anna Taylor (Christina Ricci), yang hidupnya tidak bahagia karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya yang egois, Beatrice (Celia Weston), sedang melakukan hubungan intim dengan kekasihnya, Paul Coleman (Justin Long), dan Anna kelihatan tidak bernafsu dan juga terlihat dingin. Di sekolah tempat Anna mengajar, salah satu muridnya bernama Jack (Chandler Canterbury) memintanya ikut menghadiri acara pemakaman yang akan Anna hadiri. Jack mengatakan kalau ibunya yang telah mengabaikan untuk menjemputnya dari sekolah mungkin tidak akan keberatan jika dia ikut. Jack juga mengatakan kalau dia belum pernah berkunjung ke pemakaman, tapi Anna memberitahu kalau dia tidak bisa mengajaknya. Di tempat pemakaman, Anna kemudian bertemu dengan Eliot.
Di malam itu juga, Anna bertemu Paul untuk makan malam di sebuah restoran, dia tidak menyadari kalau Paul akan melamarnya dan memintanya untuk pindah ke Chicago dengannya untuk promosi jabatan. Namun sikap Paul membuat Anna mengasumsikan kalau dia ingin meninggalkannya. Sebelum Paul sempat menjelaskan, Anna panik karena berpikir Paul ingin memutuskan hubungan mereka. Setelah pertengkaran singkat, Anna segera meninggalkan restoran. Di dalam perjalanan Anna mengalami kecelakaan disaat dia mencoba untuk menggunakan ponsel.
Anna kemudian terbangun, dia bingung karena tidak bisa bergerak dan tidak dapat merasakan tubuhnya. Dia menemukan dirinya berada di rumah duka, dimana Eliot sedang membersihkan lukanya dan mengatakan kepadanya kalau dia telah meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan. Tentu saja Anna langsung menyangkal bahwa dirinya telah meninggal. Maksudnya, jika ia telah meninggal dunia, mengapa ia bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan Eliot. Dia pun bertambah bingung dan menjadi frustrasi, hingga Eliot menjelaskan kalau semua orang mati yang ditanganinya memang mengklaim mereka masih hidup, karena mereka merasa masih bisa "bernafas, buang air kecil, dan buang air besar." Eliot akhirnya mengatakan kepadanya bahwa bukan Anna yang masih memiliki kehidupan, namun dirinyalah yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan mereka yang sedang berada pada fase perpindahan menuju alam kematian, untuk membantu mereka menerima kematian mereka. Di rumah duka tersebut, terungkap kalau Eliot memiliki koleksi foto-foto jenazah yang ditanganinya. Eliot juga menyuntik Anna secara teratur dengan bahan kimia Eliot katakan untuk "meregangkan otot-ototnya dan menghentikan kekakuan yang terbentuk agar dia bisa menangani tubuhnya".
Paul tidak bisa sepenuhnya menerima kematian Anna, dia pun menuju rumah pemakaman. Paul kemudian bertanya kepada Eliot apakah dia bisa melihat jenazah kekasihnya untuk yang terakhir kalinya, namun Eliot tidak mengijinkannya dengan alasan ia tidak dapat menunjukkan jenazah kepada siapa pun kecuali dengan pihak keluarga. Karena Paul ingin sekali melihat jenazah Anna, dia kemudian mencoba meminta bantuan temannya di kepolisian, Tom Peterson (Jody Ebert), namun Tom juga tidak bisa melakukannya. Pada upacara pemakaman Anna yang tidak diketahui, Jack datang dan akhirnya bertemu Eliot, hingga mereka sempat berbicara beberapa saat. Ketika masih bergulat dengan konsep kematiannya, Anna mencoba untuk melarikan diri beberapa kali namun tidak berhasil, Eliot mengatakan kepadanya kalau dia harus rela melepaskan hidupnya, karena dia sekarang sudah tidak benar-benar hidup. Anna kemudian berhasil mencuri kunci Eliot, lolos, dan menemukan ruangan telepon untuk memanggil Paul meminta bantuan. Namun Paul tidak dapat mendengarnya dengan baik dan menutup ponselnya berpikir itu adalah sebuah lelucon. Anna akhirnya dapat menerima kalau dia telah meninggal dunia ketika Eliot memungkinkan dia untuk melihat dirinya di cermin. Anna ngeri telah menemukan dirinya tampak seperti mayat. Dia meninggalkan kabut di cermin dari napasnya, yang segera Eliot bersihkan sebelum Anna dapat melihatnya. Saat berada di rumah duka sebelumnya, Jack sempat melihat Anna, dan dalam adegan di rumahnya, ibu Jack ternyata ditampilkan lalai yang hanya duduk dengan penampilan yang aneh menatap televisi. Di sekolah, Jack mengatakan kepada Paul kalau ia melihat Anna berdiri di jendela saat di rumah pemakaman, yang membuat Paul marah karena dia tahu kekasihnya telah meninggal, Paul pun memukul anak itu. Setelah bertemu Eliot lagi, Jack mengatakan kepadanya kalau ia memiliki karunia yang sama: kemampuan untuk berinteraksi dengan orang yang sedang berada pada fase perpindahan menuju alam kematian. Seiring waktu, Paul menjadi semakin paranoid, dalam hatinya bertanya-tanya apakah Anna benar-benar sudah meninggal, ia pun menjadi curiga terhadap Eliot.
Selama persiapan akhir untuk pemakaman, Anna mengatakan kepada Eliot kalau ia ingin melihat dirinya untuk terakhir kalinya di cermin. Eliot memegang sebuah cermin kecil, namun saat Anna menatap dirinya sendiri di cermin, dia mengambil napas dalam-dalam dan belajar bahwa dia bisa mengeluarkan kabut pada kaca. Tiba- tiba ia prihatin bahwa Eliot telah berbohong padanya, ia mulai percaya bahwa ia hidup selama ini. Marah, Eliot segera menyuntik Anna terakhir kali dengan bahan kimia untuk membuatnya mati rasa. Hal ini terlihat bahwa Eliot sebenarnya menyuntik Anna dengan Hydronium Bromide, bahan kimia fiktif yang sebelumnya telah disebutkan, yang mampu melumpuhkan tubuh secara total dalam beberapa saat untuk meniru kematian.
Saat menggali kuburan untuk mengubur Anna, Jack datang dan Eliot menjelaskan bahwa para mayat berkeliaran tanpa tujuan dan hanya mereka berdua dapat melihatnya, dan itu adalah tanggung jawab mereka berdua untuk membantu para mayat tersebut ke dalam kubur. Hal ini tidak pernah sepenuhnya terungkap apakah ini adalah 'metafora' atau 'harfiah', namun Jack setidaknya muncul untuk mengambil itu sebagai 'harfiah'. Sebagai pedoman Jack adalah eekor ayam sakit-sakitan yang telah dirawatnya sebagai tugas sekolah, akhirnya dimasukkan ke dalam peti kotak kertas darurat dan dikubur hidup-hidup karena ayam tersebut ternyata 'tidak benar-benar hidup'.
Anna ditampilkan bangkit ketika sedang dikuburkan, dia mencoba berteriak dan membuka peti matinya untuk berjuang melawan kematian. Dengan perlahan ia pun meninggal dalam peti matinya itu. Setelah pemakaman, Paul minum hingga mabuk berat, dan mengatakan kepada Eliot kalau ia tahu Anna belum mati. Eliot kemudian menawarkan Paul untuk pergi ke kuburan dan mencari tahu sendiri apakah Anna sebenarnya sudah meninggal atau masih hidup. Paul bergegas ke kuburan dengan mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Adegan kemudian terpotong sekilas dengan layar putih sebelum Paul ditampilkan menggali kuburan Anna dan menemukannya hidup kembali. Mereka kemudian saling merangkul dan Anna memberitahu Paul kalau "dia selalu mencintainya." Ketika berpelukan, Paul mendengar suara Anna yang menjelaskan bahwa Eliot telah mempersiapkan sarung tangan dan gunting untuk mengurus tubuhnya. Paul kemudian melihat Anna menghilang dari pelukannya, dan kemudian melihat kilatan cahaya lampu di rumah duka. Ia bangun di kamar duka dimana Eliot telah mempersiapkan mengurus tubuhnya. Paul bilang dia telah melihat Anna, dan Eliot mengatakan kepadanya bahwa ia tidak pernah sampai ke pemakaman karena dia telah mengalami kecelakaan mobil yang membuatnya meninggal dunia.
Friday, July 22, 2011
The Musketeer (2001)
The Musketeer merupakan sebuah film drama aksi petualangan ditahun 2001 yang disutradarai oleh Peter Hyams. Film yang ditulis oleh Gene Quintano ini diadaptasikan dari novel klasik berjudul The Three Musketeers karya Alexandre Dumas yang diterbitkan pada tahun 1844. Film ini diproduseri oleh Moshe Diamant dan dibintangi oleh Justin Chambers sebagai D'Artagnan, beserta bintang-bintang pendukung lainnya termasuk Catherine Deneuve, Tim Roth, Mena Suvari, Stephen Rea, Nick Moran dan Bill Treacher. Film yang dirilis pada tanggal 7 September 2001 ini didistribusikan di Amerika Serikat oleh Universal Pictures, dan di seluruh dunia oleh Miramax Films.
Diambil dari cerita gubahan Dumas, penulis legendaris yang juga menghasilkan sejumlah karya seperti The Count of Monte Cristo dan The Man in the Iron Mask (keduanya juga telah difilmkan). Untuk film ini, menghadirkan banyak adegan laga yang dicampur special-effect memukau. Sebagai daya tarik utama, ditampilkan Chambers sebagai D'Artagnan si jago pedang dan Suvari yang sebelumnya telah mencuri perhatian lewat American Pie (1999). Begitu juga sang sutradara Hyams, yang sebelumnya sukses menggarap End of Days (1999) dan The Relic (1997). Dan film ini merupakan yang ke-13 kalinya film yang diadaptasikan dari novel tersebut sejak tahun 1916 setelah The Three Musketeers (1993) yang menampilkan Charlie Sheen dan Kiefer Sutherland sebagai bintang utama.
Ringkasan Cerita
Pada abad ke-17 di Paris. Sebuah negara yang penuh pergolakan, pertikaian seolah tidak pernah berhenti yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan antar kaum bangsawannya. Satu-satunya yang bisa dipercaya adalah pasukan pengawal Raja yang diberi nama Musketeers. Salah satu yang menjadi pengagum pasukan tersebut adalah D'Artagnan (Justin Chambers), yang khusus berangkat dari desa Gascogne untuk bergabung dengan Musketeers. Tidak cuma itu, ia juga punya misi lain yang tidak kalah penting yaitu menemukan siapa pria yang telah membunuh kedua orangtuanya 14 tahun silam.
D'Artagnan bersama mentornya, Planchet (Jean-Pierre Castaldi), melakukan perjalanan menuju ke Paris, pemuda ini mengalami banyak hal menegangkan mulai dari berhadapan dengan para penjahat hingga menemukan kenyataan bahwa semua kekacauan yang terjadi adalah berkat ulah dari kepala gereja, Kardinal Richelieu (Stephen Rea), yang membentuk pasukan kardinal yang dipimpin oleh si jahat Febre (Tim Roth) untuk melindungi kekuatannya. Oleh karena itu, D'Artagnan ingin menjadi musketeer, salah satu pelindung setia Raja Louis XIII (Daniel Mesguich). Satu- satunya harapan adalah dia harus menemui Athos (Jan Gregor Kremp), Portos (Steve Speirs) dan Aramis (Nick Moran), yang disebut sebagai pentolan Musketeers. Namun setelah mendapati ketiga orang yang dicari, D'Artagnan harus menerima kenyataan bahwa mereka bertiga telah berubah menjadi sekelompok pria yang telah putus asa dan kehilangan harapan. Hal itu disebabkan dua hal, pasukan Musketeers telah dibubarkan yang diganti oleh pasukan pengaman pribadi Richelieu, dan pemimpin mereka, Kapten Treville (Michael Byrne), telah difitnah melakukan pembunuhan dan di penjara (yang sebenarnya didalangi Richelieu).
Demi membersihkan nama pasukan yang dibanggakan sekaligus menguak misteri kematian kedua orang tuanya, D'Artagnan akhirnya berhasil mendapatkan sekutu Francesca (Mena Suvari) yang ternyata adalah dayang kepercayaan sang Ratu (Catherine Deneuve). Bertekad menyelamatkan sang Ratu saat kedatangan Raja dari Inggris, Lord Buckingham (Jeremy Clyde), dari ancaman Richelieu dalam rangka untuk menabur perang antara Perancis dengan Inggris dan Spanyol, sebuah perang yang tak mungkin bisa dimenangkan oleh pihak Perancis. Francesca bergabung dengan D'Artagnan dan tiga Musketeers yang tersisa untuk menyelamatkan Perancis dari kehancuran.
Diambil dari cerita gubahan Dumas, penulis legendaris yang juga menghasilkan sejumlah karya seperti The Count of Monte Cristo dan The Man in the Iron Mask (keduanya juga telah difilmkan). Untuk film ini, menghadirkan banyak adegan laga yang dicampur special-effect memukau. Sebagai daya tarik utama, ditampilkan Chambers sebagai D'Artagnan si jago pedang dan Suvari yang sebelumnya telah mencuri perhatian lewat American Pie (1999). Begitu juga sang sutradara Hyams, yang sebelumnya sukses menggarap End of Days (1999) dan The Relic (1997). Dan film ini merupakan yang ke-13 kalinya film yang diadaptasikan dari novel tersebut sejak tahun 1916 setelah The Three Musketeers (1993) yang menampilkan Charlie Sheen dan Kiefer Sutherland sebagai bintang utama.
Ringkasan Cerita
Pada abad ke-17 di Paris. Sebuah negara yang penuh pergolakan, pertikaian seolah tidak pernah berhenti yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan antar kaum bangsawannya. Satu-satunya yang bisa dipercaya adalah pasukan pengawal Raja yang diberi nama Musketeers. Salah satu yang menjadi pengagum pasukan tersebut adalah D'Artagnan (Justin Chambers), yang khusus berangkat dari desa Gascogne untuk bergabung dengan Musketeers. Tidak cuma itu, ia juga punya misi lain yang tidak kalah penting yaitu menemukan siapa pria yang telah membunuh kedua orangtuanya 14 tahun silam.
D'Artagnan bersama mentornya, Planchet (Jean-Pierre Castaldi), melakukan perjalanan menuju ke Paris, pemuda ini mengalami banyak hal menegangkan mulai dari berhadapan dengan para penjahat hingga menemukan kenyataan bahwa semua kekacauan yang terjadi adalah berkat ulah dari kepala gereja, Kardinal Richelieu (Stephen Rea), yang membentuk pasukan kardinal yang dipimpin oleh si jahat Febre (Tim Roth) untuk melindungi kekuatannya. Oleh karena itu, D'Artagnan ingin menjadi musketeer, salah satu pelindung setia Raja Louis XIII (Daniel Mesguich). Satu- satunya harapan adalah dia harus menemui Athos (Jan Gregor Kremp), Portos (Steve Speirs) dan Aramis (Nick Moran), yang disebut sebagai pentolan Musketeers. Namun setelah mendapati ketiga orang yang dicari, D'Artagnan harus menerima kenyataan bahwa mereka bertiga telah berubah menjadi sekelompok pria yang telah putus asa dan kehilangan harapan. Hal itu disebabkan dua hal, pasukan Musketeers telah dibubarkan yang diganti oleh pasukan pengaman pribadi Richelieu, dan pemimpin mereka, Kapten Treville (Michael Byrne), telah difitnah melakukan pembunuhan dan di penjara (yang sebenarnya didalangi Richelieu).
Demi membersihkan nama pasukan yang dibanggakan sekaligus menguak misteri kematian kedua orang tuanya, D'Artagnan akhirnya berhasil mendapatkan sekutu Francesca (Mena Suvari) yang ternyata adalah dayang kepercayaan sang Ratu (Catherine Deneuve). Bertekad menyelamatkan sang Ratu saat kedatangan Raja dari Inggris, Lord Buckingham (Jeremy Clyde), dari ancaman Richelieu dalam rangka untuk menabur perang antara Perancis dengan Inggris dan Spanyol, sebuah perang yang tak mungkin bisa dimenangkan oleh pihak Perancis. Francesca bergabung dengan D'Artagnan dan tiga Musketeers yang tersisa untuk menyelamatkan Perancis dari kehancuran.
Wednesday, July 20, 2011
Hereafter (2010)
Hereafter merupakan sebuah film drama misteri ditahun 2010 yang disutradarai dan diproduseri oleh Clint Eastwood dari skenario yang ditulis oleh Peter Morgan. Film ini mengisahkan tentang tiga orang yang dihantui oleh kematian dengan cara yang berbeda; Matt Damon memerankan sebagai seorang buruh pabrik di Amerika bernama George, yang mampu berkomunikasi dengan orang mati; Cécile de France berperan sebagai seorang jurnalis Perancis bernama Marie, yang bertahan dengan pengalamannya yang hampir mati; dan Frankie McLaren berperan sebagai seorang anak sekolah dari London bernama Marcus, yang ingin berkomunikasi dengan kakaknya yang sudah meninggal. Film ini juga menampilkan pemeran pendukung lainnya termasuk Bryce Dallas Howard, Lyndsey Marshal, Jay Mohr, Thierry Neuvic, dan George McLaren. Film yang menjadikan Steven Spielberg sebagai eksekutif produser ini dirilis pada tanggal 22 Oktober dan di distribusikan oleh Warner Bros. Pictures.
Nama besar Clint Eastwood kelihatannya dapat menjadi jaminan akan kualitas sebuah film. Dan, film ini sekali lagi membuktikan hal tersebut. Duduk sebagai sutradara, Eastwood berhasil mengantarkan film ini menuai respon positif dari penonton awam, walau pendapat kalangan kritikus sedikit berbeda. Secara komersil, film berbujet $50 juta ini cukup sukses dengan meraup pendapatan sebesar $105 juta lebih dari peredarannya di seluruh dunia. Film ini juga mendapatkan nominasi Oscar untuk kategori Best Achievement in Visual Effects.
Alur Cerita
Bertugas di Thailand, jurnalis televisi asal Perancis bernama Marie (Cécile de France), sedang berbelanja hadiah untuk anak-anak dari kekasihnya, Didier (Thierry Neuvic). Saat diatas balkon, Didier telah menyaksikan kedasyatan 'musibah tsunami' yang muncul digaris pantai. Marie yang melihat air besar akan menghampirinya, dia berlari menjauh dan mencoba untuk menyelamatkan seorang gadis kecil, namun segera keduanya ditelan oleh gelombang air besar. Tenggelam tak bernyawa, ia dapat dibangkitkan kembali oleh penyelamat. Nafas Marie yang terengah-engah dan dia kembali hidup lagi setelah mengalami kejadian misterius menjelang kematiannya, di mana dia mendapatkan penglihatan sosok manusia yang menghuni sebuah alam cahaya, di antaranya terdapat bayangan hitam seorang gadis dengan ibunya yang sedang berpegangan tangan. Marie dan Didier pun segera bertemu kembali saat bencana sudah mereda, dan mereka kembali ke Paris. Bagaimanapun, semua yang dialami Marie tersebut telah mengganggu kerjanya, dan Didier (yang juga produser nya) menyuruhnya mengambil cuti untuk menulis buku yang pernah mereka bahas, agar Marie merasa lebih baik.
Cerita kemudian beralih ke San Fransisco, di mana mantan cenayang profesional bernama George (Matt Damon), yang meyakinkan dirinya untuk melawan keinginannya untuk melakukan pembacaan pikiran dari Christos (Richard Kind), klien kaya teman dari saudaranya, Billy (Jay Mohr). Sebuah mediumship yang mendapatkan koneksi dengan roh-roh orang yang sudah mati, George meninggalkan karir lamanya ini karena ia tidak mampu mengatasi dampak emosional yang didapat dari pertemuannya dengan keluarga klien yang sudah mati yang sering mengganggu dengan mengungkap rahasia keluarga masing-masing. Saat melakukan pembacaan pikiran dari Christos, George mendengar kata 'Juni', dan bertanya kepadanya apakah itu bulan Juni. Christos pada awalnya menyangkal bahwa itu berarti sesuatu, tapi secara pribadi mengungkapkannya kepada Billy bahwa 'Juni' adalah nama perawat mendiang istrinya, yang Christos cintai selama 10 tahun.
Billy menekankan George untuk kembali ke bisnis melakukan pembacaan untuk orang-orang yang baru saja kehilangan orang yang dicintainya tersebut. Ia menegaskan bahwa dia memiliki "berkah" dan wajib untuk membantu orang, namun George menjelaskan bahwa kemampuan yang dimilikinya tersebut sebagai kutukan bukan berkah, dan bahwa proses ini sangat menyakitkan baginya.
Di London, si bocah kembar, Marcus dan Jason (Frankie & George McLaren), berusaha mati-matian untuk mencegah Departemen Sosial mengambil mereka dari ibu mereka yang pecandu heroin, Jackie (Lyndsey Marshal). Setelah dapat menghindar kembali dari Pekerja Sosial (Rebekah Staton & Declan Conlon) tersebut, Jackie menyuruh Jason ke apotek untuk mengambil resep obat yang dapat memblokir efek dari heroin yang di kosumsinya. Pada perjalanan pulang, Jason diserang oleh beberapa preman jalanan, dan ketika mencoba untuk melarikan diri, ia tertabrak mobil dan mengakibatkannya meninggal. Karena tidak lagi mampu melindungi ibunya, dan nyaris tidak mampu mengatasi hidup tanpa saudaranya, Marcus terpaksa dikirim ke rumah asuh.
George mengikuti kursus memasak yang diajarkan oleh koki dari San Fransisco bernama Carlo (Steve Schirripa). Semua orang yang mengikuti kursus dipasangkan, sehingga George bermitra dengan seorang wanita muda bernama Melanie (Bryce Dallas Howard). Keduanya pun segera menjadi akrab.
Marie yang sekarang sedang menulis sebuah buku, dan dengan lebih banyak waktu untuk merenungkan pengalamannya menjelang kematiannya sebelumnya, dia melakukan perjalanan ke Swiss untuk bertemu spesialis terkenal di lapangan, Dr. Rousseau (Marthe Keller). Sebagai direktur di sebuah rumah sakit yang telah 25 tahun merawat para pasien yang sakit parah dan sebagian besar diberi vonis mati, tapi kemudian secara ajaib selamat, Rousseau menggambarkan dirinya sebagai orang yang pernah tidak percaya bahwa akhirat itu ada, dan bahwa orang-orang seperti Marie memiliki pandangan yang benar. Dia kemudian membujuk Marie untuk menulis buku tentang pengalamannya dengan harapan bahwa komunitas ilmiah akhirnya akan menerima kenyataan bahwa kehidupan setelah mati itu ada.
Putus asa tidak dapat bertemu kembali dengan saudara kembarnya, Marcus mencuri uang dari orang tua angkatnya (Niamh Cusack & George Costigan), dan pergi mencari orang untuk membantunya menghubungi Jason yang sudah mati. Namun dia hanya bertemu dengan para cenayang yang mencoba menipu dirinya dan berpura-pura dapat berkomunikasi dengan orang mati. Saat dia akan menumpang kereta bawah tanah di Charing Cross, topi Jason yang telah menjadi jimat bagi Marcus lepas dari kepalanya. Tertunda karena berusaha menemukan topinya, ia terlambat masuk kereta dan selamat dari kereta yang segera meledak di dalam terowongan (kejadian teror bom yang mengguncang London ditahun 2005).
Setelah George dan Melanie menghadiri kursus masak keduanya, mereka memutuskan untuk menempatkan keterampilan kulinernya digunakan untuk mempersiapkan makan malam mereka di tempat George. Semuanya berjalan baik sampai mereka mendengar pesan telepon yang tidak tepat waktu dari Billy, yang membuat George mengungkapkan masa lalunya sebagai seorang cenayang kepadanya. George akhirnya menjelaskan bahwa waktu kecil dia telah mengidap penyakit berupa infeksi yang berubah menjadi demam, yang akhirnya menjadi penbengkakan di otaknya. Selama operasi untuk penyelamatannya, ia menderita kerusakan otak yang membuatnya migrain dan memiliki kemampuan psikis, dan didiagnosis dokter sebagai bentuk schizophrenia. Dia akhirnya meminum obat berniat untuk menghentikan penampakannya, namun itu juga menghentikan hampir segala hal. Setelah itu George harus menjalani hidupnya dengan halusinasi-halusinasi tanpa ada cara untuk menghentikannya. Melanie yang penasaran, ia menekan George untuk membaca untuknya.
George menjelaskan keengganannya, karena ia tahu itu akan menghancurkan peluang hubungan diantara mereka. Namun Melanie mendesak dan akhirnya George pasrah. Dia mulai membaca dan menghubungi ayah Melanie yang sudah mati, dimana dalam sesi tersebut George mendapatkan semangat ayah Melanie yang ingin meminta maaf kepada Melanie atas apa yang dilakukan kepadanya sebagai seorang anak. Akibatnya, Melanie melarikan diri dari rumah dengan menangis, dan tidak muncul lagi di kursus memasak nya. Sedih, George mulai dengan minum obat, tapi malah berurusan dengan kesedihan dan kesulitan. Hanya dengan tidur dengan mendengarkan audiobook versi novel dari Charles Dickens yang dibaca oleh Derek Jacobi, dia dapat meredakan kesedihannya.
Setelah dalam pembicaraan dengan para penerbit buku sebelum perjalanannya ke Thailand tentang buku biografi François Mitterrand, Marie sekarang memberi mereka dengan naskah barunya berjudul "Akhirat: Konspirasi Kesunyian". Salah satu penerbit, Michael (Jean-Yves Berteloot) menolak naskahnya, bersikeras karena perusahaannya hanya menerbitkan buku tentang tema- tema politik. Marie pun meninggalkan kantornya.
Malamnya, saat Marie makan malam dengan Didier, dia menceritakan masalahnya saat di kantor penerbit, dia menyesal harus menulis bukunya sebagai hobi pada waktu ia sendiri, dan dia ingin kembali bekerja di acara televisi. Didier mengelak dan mengatakan bahwa mendapatkan kembali pekerjaannya tidak semudah yang Marie duga, Marie kemudian belajar bahwa Didier tidak berniat untuknya agar mendapatkan kembali pekerjaan dimana sebelumnya mendesaknya untuk mengambil cuti. Tertegun dan sakit hati, dia bertanya apakah dia berselingkuh dengan wanita yang telah menggantikan dirinya pada program berita TV. Didier tidak menjawab, dan Marie tiba-tiba meninggalkan restoran dengan sedih. Saat kembali ke apartemennya, Michael meneleponnya untuk mengatakan padanya bahwa ia tahu ada dua penerbit yang tertarik pada bukunya. Marie kemudian mengirimkan naskahnya kepada dua penerbit keesokan harinya.
George diberhentikan dari pekerjaan di pabrik, dan diyakinkan oleh Billy untuk menghidupkan kembali praktiknya sebagai cenayang. Masih yakin bahwa kemampuannya adalah kutukan, dia pergi dari San Francisco untuk membuat awal baru di tempat lain. Ia melakukan perjalanan ke London, di mana ia mengunjungi Gedung Dickens. Saat disana, dia belajar saat ia membaca pengumuman tentang 'Pidato tentang Dickens oleh Derek Jacobi' di hari yang sama yang diadakan di Pameran Buku London. Setelah mendengar pidato dari Jacobi, ia melihat salah satu presenter (Marie), yang mempromosikan bukunya yang sekarang telah diterbitkan, 'Akhirat'. George pun berminat membeli bukunya, saat Marie menyerahkan salinan bukunya yang ditandatangani kepada George, tangan mereka menyentuh dan George mendapatkan penglihatan pengalaman Marie saat menjelang kematiannya sebelumnya.
Marcus dan orang tua angkatnya juga ada di Pameran Buku London. Meminta izin mereka untuk melihat-lihat, Marcus bertemu George, seorang cenayang yang telah ia lihat di internet. Marcus tak sengaja berbicara tentang keahlian George didepan semua orang, George segera pergi dan kembali ke hotelnya. Marcus mengikutinya, berdiri di luar hotel sampai malam. Akhirnya George menyuruhnya masuk ke kamarnya dan setuju untuk melakukan pembacaan.
Melalui George, Jason memberitahu Marcus bahwa ia bahagia di akhirat. Dia menginstruksikan Marcus untuk menghentikan mengenakan topi dan mengatakan bahwa mengapa dia yang menjatuhkan topinya dari kepalanya di stasiun kereta api untuk menyelamatkan dia dari bom. Jason memberitahu Marcus ia harus berdiri sendiri "karena mereka berdua adalah satu". Marcus kemudian mengunjungi ibunya di tempat rehabilitasi. Marcus terlihat lebih baik, dan tidak lagi mengenakan topi Jason.
Marcus memberitahu George tahu di mana Marie tinggal, karena Marcus juga mengetahui kalau George menyukai Marie. George kemudian menemui Marie saat dia tidak ada ditempat dan meninggalkan surat untuknya yang mengatakan ia percaya bukunya itu kisah nyata. Dia pun memutuskan untuk bergabung dengan penggemarnya tersebut (George) untuk makan siang. Sebelum bertemu, George mendapatkan penglihatan mereka sedang berciuman pada pertemuan yang sama. Sekilas mereka terlihat bersama di akhirat, dan telah membuat mereka menghargai kehidupan. George dan Marie pun akhirnya bersama-sama.
(Sumber: Wikipedia)
Nama besar Clint Eastwood kelihatannya dapat menjadi jaminan akan kualitas sebuah film. Dan, film ini sekali lagi membuktikan hal tersebut. Duduk sebagai sutradara, Eastwood berhasil mengantarkan film ini menuai respon positif dari penonton awam, walau pendapat kalangan kritikus sedikit berbeda. Secara komersil, film berbujet $50 juta ini cukup sukses dengan meraup pendapatan sebesar $105 juta lebih dari peredarannya di seluruh dunia. Film ini juga mendapatkan nominasi Oscar untuk kategori Best Achievement in Visual Effects.
Alur Cerita
Bertugas di Thailand, jurnalis televisi asal Perancis bernama Marie (Cécile de France), sedang berbelanja hadiah untuk anak-anak dari kekasihnya, Didier (Thierry Neuvic). Saat diatas balkon, Didier telah menyaksikan kedasyatan 'musibah tsunami' yang muncul digaris pantai. Marie yang melihat air besar akan menghampirinya, dia berlari menjauh dan mencoba untuk menyelamatkan seorang gadis kecil, namun segera keduanya ditelan oleh gelombang air besar. Tenggelam tak bernyawa, ia dapat dibangkitkan kembali oleh penyelamat. Nafas Marie yang terengah-engah dan dia kembali hidup lagi setelah mengalami kejadian misterius menjelang kematiannya, di mana dia mendapatkan penglihatan sosok manusia yang menghuni sebuah alam cahaya, di antaranya terdapat bayangan hitam seorang gadis dengan ibunya yang sedang berpegangan tangan. Marie dan Didier pun segera bertemu kembali saat bencana sudah mereda, dan mereka kembali ke Paris. Bagaimanapun, semua yang dialami Marie tersebut telah mengganggu kerjanya, dan Didier (yang juga produser nya) menyuruhnya mengambil cuti untuk menulis buku yang pernah mereka bahas, agar Marie merasa lebih baik.
Cerita kemudian beralih ke San Fransisco, di mana mantan cenayang profesional bernama George (Matt Damon), yang meyakinkan dirinya untuk melawan keinginannya untuk melakukan pembacaan pikiran dari Christos (Richard Kind), klien kaya teman dari saudaranya, Billy (Jay Mohr). Sebuah mediumship yang mendapatkan koneksi dengan roh-roh orang yang sudah mati, George meninggalkan karir lamanya ini karena ia tidak mampu mengatasi dampak emosional yang didapat dari pertemuannya dengan keluarga klien yang sudah mati yang sering mengganggu dengan mengungkap rahasia keluarga masing-masing. Saat melakukan pembacaan pikiran dari Christos, George mendengar kata 'Juni', dan bertanya kepadanya apakah itu bulan Juni. Christos pada awalnya menyangkal bahwa itu berarti sesuatu, tapi secara pribadi mengungkapkannya kepada Billy bahwa 'Juni' adalah nama perawat mendiang istrinya, yang Christos cintai selama 10 tahun.
Billy menekankan George untuk kembali ke bisnis melakukan pembacaan untuk orang-orang yang baru saja kehilangan orang yang dicintainya tersebut. Ia menegaskan bahwa dia memiliki "berkah" dan wajib untuk membantu orang, namun George menjelaskan bahwa kemampuan yang dimilikinya tersebut sebagai kutukan bukan berkah, dan bahwa proses ini sangat menyakitkan baginya.
Di London, si bocah kembar, Marcus dan Jason (Frankie & George McLaren), berusaha mati-matian untuk mencegah Departemen Sosial mengambil mereka dari ibu mereka yang pecandu heroin, Jackie (Lyndsey Marshal). Setelah dapat menghindar kembali dari Pekerja Sosial (Rebekah Staton & Declan Conlon) tersebut, Jackie menyuruh Jason ke apotek untuk mengambil resep obat yang dapat memblokir efek dari heroin yang di kosumsinya. Pada perjalanan pulang, Jason diserang oleh beberapa preman jalanan, dan ketika mencoba untuk melarikan diri, ia tertabrak mobil dan mengakibatkannya meninggal. Karena tidak lagi mampu melindungi ibunya, dan nyaris tidak mampu mengatasi hidup tanpa saudaranya, Marcus terpaksa dikirim ke rumah asuh.
George mengikuti kursus memasak yang diajarkan oleh koki dari San Fransisco bernama Carlo (Steve Schirripa). Semua orang yang mengikuti kursus dipasangkan, sehingga George bermitra dengan seorang wanita muda bernama Melanie (Bryce Dallas Howard). Keduanya pun segera menjadi akrab.
Marie yang sekarang sedang menulis sebuah buku, dan dengan lebih banyak waktu untuk merenungkan pengalamannya menjelang kematiannya sebelumnya, dia melakukan perjalanan ke Swiss untuk bertemu spesialis terkenal di lapangan, Dr. Rousseau (Marthe Keller). Sebagai direktur di sebuah rumah sakit yang telah 25 tahun merawat para pasien yang sakit parah dan sebagian besar diberi vonis mati, tapi kemudian secara ajaib selamat, Rousseau menggambarkan dirinya sebagai orang yang pernah tidak percaya bahwa akhirat itu ada, dan bahwa orang-orang seperti Marie memiliki pandangan yang benar. Dia kemudian membujuk Marie untuk menulis buku tentang pengalamannya dengan harapan bahwa komunitas ilmiah akhirnya akan menerima kenyataan bahwa kehidupan setelah mati itu ada.
Putus asa tidak dapat bertemu kembali dengan saudara kembarnya, Marcus mencuri uang dari orang tua angkatnya (Niamh Cusack & George Costigan), dan pergi mencari orang untuk membantunya menghubungi Jason yang sudah mati. Namun dia hanya bertemu dengan para cenayang yang mencoba menipu dirinya dan berpura-pura dapat berkomunikasi dengan orang mati. Saat dia akan menumpang kereta bawah tanah di Charing Cross, topi Jason yang telah menjadi jimat bagi Marcus lepas dari kepalanya. Tertunda karena berusaha menemukan topinya, ia terlambat masuk kereta dan selamat dari kereta yang segera meledak di dalam terowongan (kejadian teror bom yang mengguncang London ditahun 2005).
Setelah George dan Melanie menghadiri kursus masak keduanya, mereka memutuskan untuk menempatkan keterampilan kulinernya digunakan untuk mempersiapkan makan malam mereka di tempat George. Semuanya berjalan baik sampai mereka mendengar pesan telepon yang tidak tepat waktu dari Billy, yang membuat George mengungkapkan masa lalunya sebagai seorang cenayang kepadanya. George akhirnya menjelaskan bahwa waktu kecil dia telah mengidap penyakit berupa infeksi yang berubah menjadi demam, yang akhirnya menjadi penbengkakan di otaknya. Selama operasi untuk penyelamatannya, ia menderita kerusakan otak yang membuatnya migrain dan memiliki kemampuan psikis, dan didiagnosis dokter sebagai bentuk schizophrenia. Dia akhirnya meminum obat berniat untuk menghentikan penampakannya, namun itu juga menghentikan hampir segala hal. Setelah itu George harus menjalani hidupnya dengan halusinasi-halusinasi tanpa ada cara untuk menghentikannya. Melanie yang penasaran, ia menekan George untuk membaca untuknya.
George menjelaskan keengganannya, karena ia tahu itu akan menghancurkan peluang hubungan diantara mereka. Namun Melanie mendesak dan akhirnya George pasrah. Dia mulai membaca dan menghubungi ayah Melanie yang sudah mati, dimana dalam sesi tersebut George mendapatkan semangat ayah Melanie yang ingin meminta maaf kepada Melanie atas apa yang dilakukan kepadanya sebagai seorang anak. Akibatnya, Melanie melarikan diri dari rumah dengan menangis, dan tidak muncul lagi di kursus memasak nya. Sedih, George mulai dengan minum obat, tapi malah berurusan dengan kesedihan dan kesulitan. Hanya dengan tidur dengan mendengarkan audiobook versi novel dari Charles Dickens yang dibaca oleh Derek Jacobi, dia dapat meredakan kesedihannya.
Setelah dalam pembicaraan dengan para penerbit buku sebelum perjalanannya ke Thailand tentang buku biografi François Mitterrand, Marie sekarang memberi mereka dengan naskah barunya berjudul "Akhirat: Konspirasi Kesunyian". Salah satu penerbit, Michael (Jean-Yves Berteloot) menolak naskahnya, bersikeras karena perusahaannya hanya menerbitkan buku tentang tema- tema politik. Marie pun meninggalkan kantornya.
Malamnya, saat Marie makan malam dengan Didier, dia menceritakan masalahnya saat di kantor penerbit, dia menyesal harus menulis bukunya sebagai hobi pada waktu ia sendiri, dan dia ingin kembali bekerja di acara televisi. Didier mengelak dan mengatakan bahwa mendapatkan kembali pekerjaannya tidak semudah yang Marie duga, Marie kemudian belajar bahwa Didier tidak berniat untuknya agar mendapatkan kembali pekerjaan dimana sebelumnya mendesaknya untuk mengambil cuti. Tertegun dan sakit hati, dia bertanya apakah dia berselingkuh dengan wanita yang telah menggantikan dirinya pada program berita TV. Didier tidak menjawab, dan Marie tiba-tiba meninggalkan restoran dengan sedih. Saat kembali ke apartemennya, Michael meneleponnya untuk mengatakan padanya bahwa ia tahu ada dua penerbit yang tertarik pada bukunya. Marie kemudian mengirimkan naskahnya kepada dua penerbit keesokan harinya.
George diberhentikan dari pekerjaan di pabrik, dan diyakinkan oleh Billy untuk menghidupkan kembali praktiknya sebagai cenayang. Masih yakin bahwa kemampuannya adalah kutukan, dia pergi dari San Francisco untuk membuat awal baru di tempat lain. Ia melakukan perjalanan ke London, di mana ia mengunjungi Gedung Dickens. Saat disana, dia belajar saat ia membaca pengumuman tentang 'Pidato tentang Dickens oleh Derek Jacobi' di hari yang sama yang diadakan di Pameran Buku London. Setelah mendengar pidato dari Jacobi, ia melihat salah satu presenter (Marie), yang mempromosikan bukunya yang sekarang telah diterbitkan, 'Akhirat'. George pun berminat membeli bukunya, saat Marie menyerahkan salinan bukunya yang ditandatangani kepada George, tangan mereka menyentuh dan George mendapatkan penglihatan pengalaman Marie saat menjelang kematiannya sebelumnya.
Marcus dan orang tua angkatnya juga ada di Pameran Buku London. Meminta izin mereka untuk melihat-lihat, Marcus bertemu George, seorang cenayang yang telah ia lihat di internet. Marcus tak sengaja berbicara tentang keahlian George didepan semua orang, George segera pergi dan kembali ke hotelnya. Marcus mengikutinya, berdiri di luar hotel sampai malam. Akhirnya George menyuruhnya masuk ke kamarnya dan setuju untuk melakukan pembacaan.
Melalui George, Jason memberitahu Marcus bahwa ia bahagia di akhirat. Dia menginstruksikan Marcus untuk menghentikan mengenakan topi dan mengatakan bahwa mengapa dia yang menjatuhkan topinya dari kepalanya di stasiun kereta api untuk menyelamatkan dia dari bom. Jason memberitahu Marcus ia harus berdiri sendiri "karena mereka berdua adalah satu". Marcus kemudian mengunjungi ibunya di tempat rehabilitasi. Marcus terlihat lebih baik, dan tidak lagi mengenakan topi Jason.
Marcus memberitahu George tahu di mana Marie tinggal, karena Marcus juga mengetahui kalau George menyukai Marie. George kemudian menemui Marie saat dia tidak ada ditempat dan meninggalkan surat untuknya yang mengatakan ia percaya bukunya itu kisah nyata. Dia pun memutuskan untuk bergabung dengan penggemarnya tersebut (George) untuk makan siang. Sebelum bertemu, George mendapatkan penglihatan mereka sedang berciuman pada pertemuan yang sama. Sekilas mereka terlihat bersama di akhirat, dan telah membuat mereka menghargai kehidupan. George dan Marie pun akhirnya bersama-sama.
(Sumber: Wikipedia)
Sunday, July 10, 2011
Charlie and the Chocolate Factory (2005)
Charlie and the Chocolate Factory merupakan sebuah film fantasi ditahun 2005 yang disutradarai oleh Tim Burton dan diproduseri oleh Brad Grey bersama Richard D. Zanuck. Film yang diadaptasikan dari novel dengan judul sama karya Roald Dahl ini dibintangi oleh Johnny Depp, Freddie Highmore, David Kelly, Helena Bonham Carter, Noah Taylor, Missi Pyle, James Fox, Deep Roy dan Christopher Lee. Film ini dirilis pada tanggal 15 Juli 2005 di Amerika dan pada tanggal 29 Juli 2005 di Inggris, dan didistribusikan oleh Warner Bros.
Sebenarnya cerita yang didasarkan atas novel ini sebelumnya telah difilmkan pada tahun 1971 dengan judul Willy Wonka and the Chocolate Factory. Film yang berkisah tentang moral ini dikemas menjadi kisah fantasi, misteri, serta magis yang dimiliki oleh pabrik cokelat beserta seluruh kelezatan cokelat yang ada di dalamnya. Interpretasi Burton terhadap dunia fantasi Dahl sangat kreatif dan memuaskan, sejak awal film. Meskipun penuh dengan warna, film ini tidak tepat jika disebut sebagai film anak-anak. Ada hal-hal yang hanya dapat dimengerti oleh orang dewasa. Seperti humor-humor sarkastis Wonka. Baik anak-anak maupun orang dewasa akan sama-sama menikmatinya.
Alur Cerita
Willy Wonka (Johnny Depp) telah membangun sebuah Pabrik Cokelat terbesar di dunia. Setelah beberapa pekerjanya mencuri resep rahasianya, Wonka mengeluarkan semua pekerjanya dan menutup pintu pabrik selamanya. 15 tahun setelah itu, Charlie Bucket (Freddie Highmore), seorang anak dari Inverness, Skotlandia tumbuh dari keluarga yang sangat miskin, dia tinggal bersama kedua orang tuanya (Noah Taylor dan Helena Bonham Carter). ayahnya yang hanya sebagai buruh di sebuah pabrik pasta gigi, diberhentikan karena pihak pabrik telah menggunakan tenaga kerja mesin untuk meningkatkan produksinya. Makan malam seringkali hanya berupa semangkuk sup kol, hal tersebut tetap disyukuri oleh Charlie beserta keempat kakek-neneknya dari kedua belah pihak orangtua Charlie yang selalu berbaring di tempat tidur, yaitu dua neneknya Georgina (Liz Smith) dan Josehine (Eileen Essell), beserta dua kakeknya George (David Morris) dan Joe (David Kelly). Rumah mereka pun sangat tua dan reyot, namun udara dingin yang menusuk di dalam rumah tersebut nyaris tidak terasa karena besarnya kasih sayang antara anggota keluarga Bucket.
Satu-satunya hiburan bagi Charlie adalah saat ia akan berangkat tidur, ketika ia melihat sebuah pemandangan dari jendelanya. Sebuah Pabrik Cokelat besar yang misterius milik Wonka, dimana sang kakek, Joe pernah menjadi pekerja disana. Selama hampir 15 tahun tidak terlihat seorang pun pernah keluar ataupun masuk ke pabrik itu, tidak juga seorang pekerja. Namun anehnya, produksi cokelat dalam jumlah luar biasa terus ada dan dipasarkan ke toko-toko di seluruh pelosok dunia. Hal ini, seperti pada orang-orang lain, menjadi misteri bagi Charlie. Setiap malam, ia memikirkan misteri itu hingga ia jatuh tertidur, dengan impian akan dapat masuk ke dalam pabrik tersebut, suatu waktu nanti.
Suatu hari, Wonka berencana untuk membuka kembali pintu pabriknya, ia membuat pengumuman, kontak pertamanya kepada dunia luar selama 15 tahun terakhir. Bagi lima orang anak-anak yang berhasil menemukan Tiket Emas yang terbungkus rapi di dalam bungkus cokelatnya, Wonka akan mengundang mereka untuk mengunjungi pabriknya dan membawa mereka berkeliling, memperlihatkan seluruh rahasia pabriknya, sementara salah satu dari mereka akan dapat hadiah khusus pada akhir kunjungan. Bagi Charlie, pengumuman ini adalah hal yang sangat luar biasa. Keluarganya pun sangat menginginkan Charlie dapat meraih keinginannya, namun mereka tidak dapat berbuat banyak karena mereka hanya mampu memberikan Charlie sebatang cokelat dalam setahun, sebagai hadiah ulangtahunnya....
Penjualan cokelat Wonka akhirnya meroket, dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia seperti Tokyo, Jepang, Marakesh, Maroko, dan New York, untuk mendapatkan tiket. Empat tiket pertama sudah ditemukan oleh anak-anak yang beruntung dibelahan seluruh dunia. Tiket pertama ditemukan oleh Augustus (Philip Wiegratz), anak gendut yang rakus, nakal, serakah dan tidak penurut dari Düsseldorf, Jerman. Tiket kedua ditemukan oleh Veruca (Julia Winter), anak yang sangat manja dan selalu memaksakan keinginannya dari Buckinghamshire, Inggris. Tiket ketiga ditemukan oleh Violet (AnnaSophia Robb), seorang anak yang jago bela diri dan selalu berkompetisi dalam hal apa pun (termasuk dalam mengunyah permen karet secara maraton!) dari Atlanta, Georgia. Dan tiket keempat ditemukan oleh Mike (Jordan Fry), anak yang pemarah dan selalu menyombongkan diri bahwa dirinya jauh lebih pandai daripada anak-anak lainnya dari Denver, Colorado.
Tinggal ada satu tiket lagi, di seluruh dunia. Harapan Charlie semakin meredup, apalagi dia mencoba dua kali untuk mencari tiket, namun kedua bungkus cokelat itu kosong. Setelah sengaja mendengar bahwa tiket kelima ditemukan di negara Rusia, sesuatu terjadi. Charlie menemukan uang yang tergeletak di jalan. Setelah yakin bahwa tidak ada orang yang kehilangan, ia segera membawanya ke toko terdekat untuk membeli 'Wonka Whipple-Scrumptious Fudgemallow Delight', semata karena ia sangat kelaparan dan karena rasa cokelat itu sangat nikmat. Pada saat itu juga terungkap kalau tiket yang ditemukan di Rusia itu palsu. Saat ia membuka cokelatnya, Charlie menemukannya. Tiket Emas terakhir, di hari terakhir, meskipun dua pelanggan lain menawarkan untuk membelinya dari dia. Charlie segera lari kerumah untuk memberitahu keluarga dan memutuskan untuk membawa sang kakek Joe untuk menemaninya dalam kunjungannya ke pabrik.
Keesokan harinya, Charlie dan anak-anak pemenang lainnya, beserta para pendamping mereka, disambut oleh Willy Wonka untuk bersama-sama menyaksikan semua keajaiban yang ada di dalam pabriknya: mesin-mesin buatan Wonka sendiri, teknologi yang luar biasa, dan para pekerja pabrik yang selama ini menjadi misteri: para Oompa Loompa (diperankan secara tunggal oleh Deep Roy). Tentunya, hal yang paling menarik adalah diri Wonka sendiri, sang tuan rumah yang eksentrik. Sudah bertahun-tahun Wonka tidak pernah keluar dari pabriknya, ia mencurahkan seluruh waktunya untuk membuat gula-gula terenak di seluruh dunia, yang ternyata merupakan wujud pemberontakannya terhadap sang ayah (Christopher Lee), seorang dokter gigi yang sangat membenci gula-gula.
Selama tur, satu per satu anak-anak pemenang Tiket Emas mulai menampakkan sikap asli mereka yang buruk dan tidak mematuhi perintah Wonka, yang menyebabkan mereka tidak dapat meneruskan tur mereka: Augustus disedot pipa penghisap coklat setelah ia mencoba meminum sungai cokelat dan jatuh kedalamnya, Violet yang berubah menjadi blueberry besar setelah ia mengunyah permen karet yang mengandung tiga porsi makan sekaligus yang belum sempurna, Veruca dan ayahnya didorong ke dalam saluran pembuangan sampah oleh para pekerja yang adalah para tupai setelah dia mencoba untuk mengambil seekor sebagai hewan peliharaan, dan Mike tubuhnya menyusut menjadi kecil setelah ia menggunakan Coklat Televisi yang bisa mengirim coklat pada dirinya sendiri. Para Oompa-Loompa menyanyikan sebuah lagu moralitas setelah masing-masing anak tereliminasi. Anak- anak kemudian meninggalkan pabrik, dengan karakteristik berlebihan atau cacat terkait dengan kegagalan mereka: Augustus tertutup oleh cokelat, Violet yang seluruh badannya berwarna biru dan fleksibel, Veruca dan ayahnya yang penuh dengan sampah, dan Mike menjadi kurus dan tipis.
Ketika hanya tinggal Charlie yang tertinggal, Wonka pun membuka rahasia terakhirnya, sekaligus rahasia terbesarnya, mengenai hadiah utama yang diam-diam ia persiapkan. Wonka kemudian mengundang Charlie untuk tinggal dan bekerja di pabrik dengannya, dan mengungkapkan bahwa tujuan dari Tiket Emas dan satu-satunya syarat adalah Charlie harus meninggalkan keluarganya di rumah, karena Wonka percaya keluarga adalah halangan untuk kebebasan untuk mencapai keinginannya. Karena keluarganya adalah hal yang paling penting dalam hidupnya, Charlie menolak tawaran Wonka. Charlie dan keluarganya akhirnya hidup bahagia dengan apa adanya seperti sebelumnya. Sementara Wonka tertekan, ia kembali untuk mencari nasihat dan Charlie membantu dia menyatukan kembali dia dengan ayahnya yang telah lama ditinggalkan. Charlie akhirnya mewarisi pabrik coklat, sementara Wonka telah kembali dengan keluarganya.
(Sumber: Wikipedia)
Sebenarnya cerita yang didasarkan atas novel ini sebelumnya telah difilmkan pada tahun 1971 dengan judul Willy Wonka and the Chocolate Factory. Film yang berkisah tentang moral ini dikemas menjadi kisah fantasi, misteri, serta magis yang dimiliki oleh pabrik cokelat beserta seluruh kelezatan cokelat yang ada di dalamnya. Interpretasi Burton terhadap dunia fantasi Dahl sangat kreatif dan memuaskan, sejak awal film. Meskipun penuh dengan warna, film ini tidak tepat jika disebut sebagai film anak-anak. Ada hal-hal yang hanya dapat dimengerti oleh orang dewasa. Seperti humor-humor sarkastis Wonka. Baik anak-anak maupun orang dewasa akan sama-sama menikmatinya.
Alur Cerita
Willy Wonka (Johnny Depp) telah membangun sebuah Pabrik Cokelat terbesar di dunia. Setelah beberapa pekerjanya mencuri resep rahasianya, Wonka mengeluarkan semua pekerjanya dan menutup pintu pabrik selamanya. 15 tahun setelah itu, Charlie Bucket (Freddie Highmore), seorang anak dari Inverness, Skotlandia tumbuh dari keluarga yang sangat miskin, dia tinggal bersama kedua orang tuanya (Noah Taylor dan Helena Bonham Carter). ayahnya yang hanya sebagai buruh di sebuah pabrik pasta gigi, diberhentikan karena pihak pabrik telah menggunakan tenaga kerja mesin untuk meningkatkan produksinya. Makan malam seringkali hanya berupa semangkuk sup kol, hal tersebut tetap disyukuri oleh Charlie beserta keempat kakek-neneknya dari kedua belah pihak orangtua Charlie yang selalu berbaring di tempat tidur, yaitu dua neneknya Georgina (Liz Smith) dan Josehine (Eileen Essell), beserta dua kakeknya George (David Morris) dan Joe (David Kelly). Rumah mereka pun sangat tua dan reyot, namun udara dingin yang menusuk di dalam rumah tersebut nyaris tidak terasa karena besarnya kasih sayang antara anggota keluarga Bucket.
Satu-satunya hiburan bagi Charlie adalah saat ia akan berangkat tidur, ketika ia melihat sebuah pemandangan dari jendelanya. Sebuah Pabrik Cokelat besar yang misterius milik Wonka, dimana sang kakek, Joe pernah menjadi pekerja disana. Selama hampir 15 tahun tidak terlihat seorang pun pernah keluar ataupun masuk ke pabrik itu, tidak juga seorang pekerja. Namun anehnya, produksi cokelat dalam jumlah luar biasa terus ada dan dipasarkan ke toko-toko di seluruh pelosok dunia. Hal ini, seperti pada orang-orang lain, menjadi misteri bagi Charlie. Setiap malam, ia memikirkan misteri itu hingga ia jatuh tertidur, dengan impian akan dapat masuk ke dalam pabrik tersebut, suatu waktu nanti.
Suatu hari, Wonka berencana untuk membuka kembali pintu pabriknya, ia membuat pengumuman, kontak pertamanya kepada dunia luar selama 15 tahun terakhir. Bagi lima orang anak-anak yang berhasil menemukan Tiket Emas yang terbungkus rapi di dalam bungkus cokelatnya, Wonka akan mengundang mereka untuk mengunjungi pabriknya dan membawa mereka berkeliling, memperlihatkan seluruh rahasia pabriknya, sementara salah satu dari mereka akan dapat hadiah khusus pada akhir kunjungan. Bagi Charlie, pengumuman ini adalah hal yang sangat luar biasa. Keluarganya pun sangat menginginkan Charlie dapat meraih keinginannya, namun mereka tidak dapat berbuat banyak karena mereka hanya mampu memberikan Charlie sebatang cokelat dalam setahun, sebagai hadiah ulangtahunnya....
Penjualan cokelat Wonka akhirnya meroket, dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia seperti Tokyo, Jepang, Marakesh, Maroko, dan New York, untuk mendapatkan tiket. Empat tiket pertama sudah ditemukan oleh anak-anak yang beruntung dibelahan seluruh dunia. Tiket pertama ditemukan oleh Augustus (Philip Wiegratz), anak gendut yang rakus, nakal, serakah dan tidak penurut dari Düsseldorf, Jerman. Tiket kedua ditemukan oleh Veruca (Julia Winter), anak yang sangat manja dan selalu memaksakan keinginannya dari Buckinghamshire, Inggris. Tiket ketiga ditemukan oleh Violet (AnnaSophia Robb), seorang anak yang jago bela diri dan selalu berkompetisi dalam hal apa pun (termasuk dalam mengunyah permen karet secara maraton!) dari Atlanta, Georgia. Dan tiket keempat ditemukan oleh Mike (Jordan Fry), anak yang pemarah dan selalu menyombongkan diri bahwa dirinya jauh lebih pandai daripada anak-anak lainnya dari Denver, Colorado.
Tinggal ada satu tiket lagi, di seluruh dunia. Harapan Charlie semakin meredup, apalagi dia mencoba dua kali untuk mencari tiket, namun kedua bungkus cokelat itu kosong. Setelah sengaja mendengar bahwa tiket kelima ditemukan di negara Rusia, sesuatu terjadi. Charlie menemukan uang yang tergeletak di jalan. Setelah yakin bahwa tidak ada orang yang kehilangan, ia segera membawanya ke toko terdekat untuk membeli 'Wonka Whipple-Scrumptious Fudgemallow Delight', semata karena ia sangat kelaparan dan karena rasa cokelat itu sangat nikmat. Pada saat itu juga terungkap kalau tiket yang ditemukan di Rusia itu palsu. Saat ia membuka cokelatnya, Charlie menemukannya. Tiket Emas terakhir, di hari terakhir, meskipun dua pelanggan lain menawarkan untuk membelinya dari dia. Charlie segera lari kerumah untuk memberitahu keluarga dan memutuskan untuk membawa sang kakek Joe untuk menemaninya dalam kunjungannya ke pabrik.
Keesokan harinya, Charlie dan anak-anak pemenang lainnya, beserta para pendamping mereka, disambut oleh Willy Wonka untuk bersama-sama menyaksikan semua keajaiban yang ada di dalam pabriknya: mesin-mesin buatan Wonka sendiri, teknologi yang luar biasa, dan para pekerja pabrik yang selama ini menjadi misteri: para Oompa Loompa (diperankan secara tunggal oleh Deep Roy). Tentunya, hal yang paling menarik adalah diri Wonka sendiri, sang tuan rumah yang eksentrik. Sudah bertahun-tahun Wonka tidak pernah keluar dari pabriknya, ia mencurahkan seluruh waktunya untuk membuat gula-gula terenak di seluruh dunia, yang ternyata merupakan wujud pemberontakannya terhadap sang ayah (Christopher Lee), seorang dokter gigi yang sangat membenci gula-gula.
Selama tur, satu per satu anak-anak pemenang Tiket Emas mulai menampakkan sikap asli mereka yang buruk dan tidak mematuhi perintah Wonka, yang menyebabkan mereka tidak dapat meneruskan tur mereka: Augustus disedot pipa penghisap coklat setelah ia mencoba meminum sungai cokelat dan jatuh kedalamnya, Violet yang berubah menjadi blueberry besar setelah ia mengunyah permen karet yang mengandung tiga porsi makan sekaligus yang belum sempurna, Veruca dan ayahnya didorong ke dalam saluran pembuangan sampah oleh para pekerja yang adalah para tupai setelah dia mencoba untuk mengambil seekor sebagai hewan peliharaan, dan Mike tubuhnya menyusut menjadi kecil setelah ia menggunakan Coklat Televisi yang bisa mengirim coklat pada dirinya sendiri. Para Oompa-Loompa menyanyikan sebuah lagu moralitas setelah masing-masing anak tereliminasi. Anak- anak kemudian meninggalkan pabrik, dengan karakteristik berlebihan atau cacat terkait dengan kegagalan mereka: Augustus tertutup oleh cokelat, Violet yang seluruh badannya berwarna biru dan fleksibel, Veruca dan ayahnya yang penuh dengan sampah, dan Mike menjadi kurus dan tipis.
Ketika hanya tinggal Charlie yang tertinggal, Wonka pun membuka rahasia terakhirnya, sekaligus rahasia terbesarnya, mengenai hadiah utama yang diam-diam ia persiapkan. Wonka kemudian mengundang Charlie untuk tinggal dan bekerja di pabrik dengannya, dan mengungkapkan bahwa tujuan dari Tiket Emas dan satu-satunya syarat adalah Charlie harus meninggalkan keluarganya di rumah, karena Wonka percaya keluarga adalah halangan untuk kebebasan untuk mencapai keinginannya. Karena keluarganya adalah hal yang paling penting dalam hidupnya, Charlie menolak tawaran Wonka. Charlie dan keluarganya akhirnya hidup bahagia dengan apa adanya seperti sebelumnya. Sementara Wonka tertekan, ia kembali untuk mencari nasihat dan Charlie membantu dia menyatukan kembali dia dengan ayahnya yang telah lama ditinggalkan. Charlie akhirnya mewarisi pabrik coklat, sementara Wonka telah kembali dengan keluarganya.
(Sumber: Wikipedia)
Subscribe to:
Posts (Atom)