Ulasan Film
Sunday, September 1, 2013
Saturday, June 16, 2012
The Hurt Locker (2008)
Alur Cerita
Film dibuka dengan kutipan dari "War Is a Force That Gives Us Meaning", sebuah buku terlaris tahun 2002 karya seorang jurnalis perang bernama Chris Hedges: "The rush of battle is often a potent and lethal addiction, for war is a drug.".
Pada tahun 2004, beberapa tentara AS dari unit Penjinak Bom (EOD) yang dipimpin oleh Staf Sersan Matthew Thompson (Guy Pearce), sedang melakukan sebuah misi rotasi dari Bravo Company di Baghdad. Tim menggunakan sebuah robot militer yang dikendalikan dengan remote control untuk mencari Bom Pinggir Jalan (IED). Salah satu anggota tim, Sersan JT Sanborn (Anthony Mackie), kemudian menemukan IED yang telah disembunyikan di kantong sampah. Ketika Sanborn dan seorang Spesialist bernama Owen Eldridge (Brian Geraghty) mencoba untuk menjinakkan bom dengan menggunakan detonator, salah satu roda gerobak kecil yang digunakan untuk membawa alat pemicu ledakan tersebut lepas. Thompson pun memutuskan untuk menjinakkan bom tersebut sendirian. Setelah menempatkan detonator pada bom, dia mulai berjalan pergi, namun seorang pria yang tak di kenal telah meledakan bom dengan menggunakan sebuah ponsel, yang menewaskan Thompson sebelum dapat mencapai jarak yang aman.
Beberapa waktu kemudian, Sersan Kelas Pertama bernama William James (Jeremy Renner), seorang veteran perang yang telah teruji, tiba sebagai pimpinan baru unit EOD selama tahap awal pasca invasi Irak tahun 2004 untuk menggantikan Thompson. Namun cara yang tidak konvesional dari sikap kepemimpinan James dianggap Sanborn dan Eldridge terlalu sembrono, di mana dia tidak mau menggunakan robot militer sebelum menjinakkan bom, yang membuat ketegangan bagi tim. Seperti ketika mereka ditugaskan untuk menghancurkan beberapa bahan peledak di daerah gurun terpencil, James nekad kembali ke situs detonasi untuk mengambil sarung tangannya. Sanborn yang kesal, secara terbuka merenungkan untuk membunuhnya dengan sengaja memicu ledakan, namun ia tidak melakukan hal itu.
Mereka bertiga kemudian kembali ke marksasnya di Camp Victory yang berada di sekitar Baghdad International Airport (BIAP), di mana tim menemukan sebuah mobil mogok akibat ban bocor beserta lima orang bersenjata dengan memakai pakaian Arab. Setelah bertemu mereka dengan penuh ketegangan, kelima orang tersebut -- Chris (Barrie Rice), Jimmy (Sam Redford), Charlie (Sam Spruell), Feisal (Feisal Sadoun), beserta pemimpinnya (Ralph Fiennes) -- mengungkapkan bahwa diri mereka sebagai tentara bayaran dari Kontraktor Militer Swasta, di mana mereka telah menangkap dua orang tahanan yang diduga sebagai anggota dari 'kartu' permainan pemimpin Irak yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Departemen Pertahanan AS. Mereka semua tiba-tiba di kepung oleh kelompok dengan senjata api. Ketika para tahanan berusaha untuk kabur, pemimpin tentara bayaran tiba-tiba ingat hadiah untuk menangkap mereka "hidup atau mati", sehingga dia menembak mereka berdua. Namun para tentara bayaran kemudian terbunuh oleh penembak jitu musuh. Sanborn dan James kemudian meminjam Barrett untuk dikirim kepada tiga penyerang, sementara Eldridge membunuh penyerang keempat.
Selama serangan di gudang, James menemukan mayat seorang anak laki-laki yang telah di operasi dan ditanami dengan bom yang tidak meledak. Dia menduga anak tersebut bernama Beckham (Christopher Sayegh), seorang anak muda Irak penjual DVD palsu yang sebelumnya sempat berteman dengannya. Selama evakuasi, Letnan Kolonel John Cambridge (Christian Camargo), dari kamp psikiater dan juga teman Eldridge, tewas dalam ledakan. Eldridge menyalahkan dirinya atas kematian sang Kolonel. Ketika James meninggalkan kompleks militer untuk mencari orang yang bertanggung jawab atas kematian Beckham, dia menyusup ke rumah seorang profesor Irak bernama Navid (Nabil Koni), namun pencariannya tidak menemukan apa-apa dan akhirnya ia pergi ketika di usir oleh istri profesor (Nibras Qassem).
Dipanggil untuk menyelidiki sebuah ledakan tangki minyak yang telah memakan banyak korban, James memutuskan sendiri untuk mencari gerilyawan yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut, yang sebenarnya bukan tugas dari tim-nya. Dia menebak bahwa mereka masih berada di luar radius ledakan. Sanborn protes, namun ketika James memimpin keluar untuk melakukan menyergapan, ia dan Eldridge memutuskan untuk mengikuti, yang sebenarnya enggan untuk bergabung. Setelah mereka berpencar, Eldridge ditangkap oleh dua orang gerilya. James dan Sanborn dapat menyelamatkannya, namun juga tak sengaja menembak kaki Eldridge.
Tim James kembali dipanggil untuk misi lain di dua hari terakhir mereka bertugas, di mana seorang warga sipil Irak yang tidak bersalah telah memiliki rompi bom yang terikat di dadanya. James mencoba memotong gembok dengan alat pemotong besi untuk melepas rompi, namun gembok terlalu banyak, dan dia terpaksa meninggalkan pria tersebut terbunuh ketika bom meledak. Sanborn menjadi frustasi dan mengaku kepada James bahwa ia tidak bisa lagi meneruskan misi ini, dan ingin kembali ke rumah dan memiliki seorang putra.
Setelah rotasi Bravo Company berakhir, James kembali ke rumah untuk istrinya, Connie (Evangeline Lilly), beserta anak bayi mereka. Namun, kebosanan terhadap kehidupan sipil yang rutin dan monoton membuatnya menjadi depresi. Suatu malam, James mengaku di depan anaknya bahwa hanya ada satu hal istimewa yang dia sukai dalam hidupnya. Tak lama kemudian, dia mulai melakukan perjalanan tugasnya kembali untuk melayani unit EOD lain.
Film dibuka dengan kutipan dari "War Is a Force That Gives Us Meaning", sebuah buku terlaris tahun 2002 karya seorang jurnalis perang bernama Chris Hedges: "The rush of battle is often a potent and lethal addiction, for war is a drug.".
Pada tahun 2004, beberapa tentara AS dari unit Penjinak Bom (EOD) yang dipimpin oleh Staf Sersan Matthew Thompson (Guy Pearce), sedang melakukan sebuah misi rotasi dari Bravo Company di Baghdad. Tim menggunakan sebuah robot militer yang dikendalikan dengan remote control untuk mencari Bom Pinggir Jalan (IED). Salah satu anggota tim, Sersan JT Sanborn (Anthony Mackie), kemudian menemukan IED yang telah disembunyikan di kantong sampah. Ketika Sanborn dan seorang Spesialist bernama Owen Eldridge (Brian Geraghty) mencoba untuk menjinakkan bom dengan menggunakan detonator, salah satu roda gerobak kecil yang digunakan untuk membawa alat pemicu ledakan tersebut lepas. Thompson pun memutuskan untuk menjinakkan bom tersebut sendirian. Setelah menempatkan detonator pada bom, dia mulai berjalan pergi, namun seorang pria yang tak di kenal telah meledakan bom dengan menggunakan sebuah ponsel, yang menewaskan Thompson sebelum dapat mencapai jarak yang aman.
Beberapa waktu kemudian, Sersan Kelas Pertama bernama William James (Jeremy Renner), seorang veteran perang yang telah teruji, tiba sebagai pimpinan baru unit EOD selama tahap awal pasca invasi Irak tahun 2004 untuk menggantikan Thompson. Namun cara yang tidak konvesional dari sikap kepemimpinan James dianggap Sanborn dan Eldridge terlalu sembrono, di mana dia tidak mau menggunakan robot militer sebelum menjinakkan bom, yang membuat ketegangan bagi tim. Seperti ketika mereka ditugaskan untuk menghancurkan beberapa bahan peledak di daerah gurun terpencil, James nekad kembali ke situs detonasi untuk mengambil sarung tangannya. Sanborn yang kesal, secara terbuka merenungkan untuk membunuhnya dengan sengaja memicu ledakan, namun ia tidak melakukan hal itu.
Mereka bertiga kemudian kembali ke marksasnya di Camp Victory yang berada di sekitar Baghdad International Airport (BIAP), di mana tim menemukan sebuah mobil mogok akibat ban bocor beserta lima orang bersenjata dengan memakai pakaian Arab. Setelah bertemu mereka dengan penuh ketegangan, kelima orang tersebut -- Chris (Barrie Rice), Jimmy (Sam Redford), Charlie (Sam Spruell), Feisal (Feisal Sadoun), beserta pemimpinnya (Ralph Fiennes) -- mengungkapkan bahwa diri mereka sebagai tentara bayaran dari Kontraktor Militer Swasta, di mana mereka telah menangkap dua orang tahanan yang diduga sebagai anggota dari 'kartu' permainan pemimpin Irak yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Departemen Pertahanan AS. Mereka semua tiba-tiba di kepung oleh kelompok dengan senjata api. Ketika para tahanan berusaha untuk kabur, pemimpin tentara bayaran tiba-tiba ingat hadiah untuk menangkap mereka "hidup atau mati", sehingga dia menembak mereka berdua. Namun para tentara bayaran kemudian terbunuh oleh penembak jitu musuh. Sanborn dan James kemudian meminjam Barrett untuk dikirim kepada tiga penyerang, sementara Eldridge membunuh penyerang keempat.
Selama serangan di gudang, James menemukan mayat seorang anak laki-laki yang telah di operasi dan ditanami dengan bom yang tidak meledak. Dia menduga anak tersebut bernama Beckham (Christopher Sayegh), seorang anak muda Irak penjual DVD palsu yang sebelumnya sempat berteman dengannya. Selama evakuasi, Letnan Kolonel John Cambridge (Christian Camargo), dari kamp psikiater dan juga teman Eldridge, tewas dalam ledakan. Eldridge menyalahkan dirinya atas kematian sang Kolonel. Ketika James meninggalkan kompleks militer untuk mencari orang yang bertanggung jawab atas kematian Beckham, dia menyusup ke rumah seorang profesor Irak bernama Navid (Nabil Koni), namun pencariannya tidak menemukan apa-apa dan akhirnya ia pergi ketika di usir oleh istri profesor (Nibras Qassem).
Dipanggil untuk menyelidiki sebuah ledakan tangki minyak yang telah memakan banyak korban, James memutuskan sendiri untuk mencari gerilyawan yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut, yang sebenarnya bukan tugas dari tim-nya. Dia menebak bahwa mereka masih berada di luar radius ledakan. Sanborn protes, namun ketika James memimpin keluar untuk melakukan menyergapan, ia dan Eldridge memutuskan untuk mengikuti, yang sebenarnya enggan untuk bergabung. Setelah mereka berpencar, Eldridge ditangkap oleh dua orang gerilya. James dan Sanborn dapat menyelamatkannya, namun juga tak sengaja menembak kaki Eldridge.
Tim James kembali dipanggil untuk misi lain di dua hari terakhir mereka bertugas, di mana seorang warga sipil Irak yang tidak bersalah telah memiliki rompi bom yang terikat di dadanya. James mencoba memotong gembok dengan alat pemotong besi untuk melepas rompi, namun gembok terlalu banyak, dan dia terpaksa meninggalkan pria tersebut terbunuh ketika bom meledak. Sanborn menjadi frustasi dan mengaku kepada James bahwa ia tidak bisa lagi meneruskan misi ini, dan ingin kembali ke rumah dan memiliki seorang putra.
Setelah rotasi Bravo Company berakhir, James kembali ke rumah untuk istrinya, Connie (Evangeline Lilly), beserta anak bayi mereka. Namun, kebosanan terhadap kehidupan sipil yang rutin dan monoton membuatnya menjadi depresi. Suatu malam, James mengaku di depan anaknya bahwa hanya ada satu hal istimewa yang dia sukai dalam hidupnya. Tak lama kemudian, dia mulai melakukan perjalanan tugasnya kembali untuk melayani unit EOD lain.
Taken (2008)
Alur Cerita
Seorang agen CIA yang sangat terampil, Bryan Mills (Liam Neeson), memutuskan pensiun dari tugasnya demi untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan putri semata wayangnya, Kimmy (Maggie Grace). Dia sering tidak ada di rumah karena bepergian, yang membuatnya menjadi ayah yang jauh dan juga menyebabkan perceraiannya dengan Lenore (Famke Janssen), yang sekarang menjadi mantan istrinya. Mengetahui Kim ingin menjadi penyanyi, Bryan membelikannya sebuah alat karaoke yang mahal untuk ulang tahunnya yang ke-17, hanya untuk dikalahkan dengan hadiah seekor kuda yang diberikan oleh ayah tirinya yang kaya, Stuart (Xander Berkeley).
Mantan rekan Bryan, Sam (Leland Orser), kemudian mempekerjakannya untuk membantu menjaga keamanan konser dari diva pop favorit Kim bernama Sheerah (Holly Valance). Dan ketika di Backstage, Bryan menceritakan kepada Sheerah tentang ambisi putrinya, namun sang diva hanya menepisnya dengan mengatakan: "Bilang pada putrimu untuk memilih karier lain." Setelah konser selesai, segerombolan penggemar meledak melalui gerbang yang terbuka, Bryan menyelamatkan Sheerah dari salah seorang yang mencoba menyerangnya dengan pisau dan segera membawanya pergi ke rumahnya. Dia kemudian menawarkan untuk membantu Kim sebagai ucapan terima kasih kepada Bryan karena telah menyelamatkan hidupnya.
Di hari berikutnya ketika makan malam, Lenore meyakinkan Bryan untuk mengijinkan Kim melakukan liburan ke Paris bersama temannya, Amanda (Katie Cassidy). Bryan enggan menyetujuinya, karena dia tahu bagaimana berbahayanya berada di negara asing ketika sendirian. Namun akhirnya Lenore dapat membujuknya, di mana Bryan memberikan persyaratan kepada putrinya untuk memberinya alamat dan telepon tempat tinggalnya di Paris. Di bandara, Bryan menemukan bahwa Kim tak hanya berniat pergi ke Paris, tapi juga untuk mengikuti tur U2 di Eropa. Lenore segera mengatakan kepada Bryan bahwa dia sudah mengetahui hal itu, dan dia harus membiarkan anaknya pergi.
Setelah tiba di Paris, Kim dan Amanda bertemu dengan seorang pria muda tampan bernama Peter (Nicolas Giraud), yang menawarkan untuk mengambil gambar mereka dan berbagi taksi dengannya. Peter kemudian berhasil membujuk mereka untuk mengajaknya pergi ke pesta dan belajar di mana mereka tinggal. Setelah itu, dia diam-diam menelepon beberapa orang dan memberitahu tentang keberadaan dua gadis tersebut.
Di malam hari ketika Bryan menelepon putrinya, Kim melihat beberapa pria memasuki apartemen yang ditempatinya dan telah menculik Amanda. Bryan segera merekam panggilan tersebut dan menyuruh putrinya untuk bersembunyi di bawah tempat tidur. Kim segera diraih oleh salah satu penculik, namun dia berhasil mengatakan kepada ayahnya tentang ciri-ciri penculik sebelum dia sendiri dibawa mereka pergi. Bryan segera mengirim rekaman kepada Sam untuk dianalisis, di mana Sam mengatakan bahwa Kim dan Amanda telah diculik oleh anggota Mafia Albania, yang mengkhususkan penculikan para remaja untuk diperdagangkan sebagai pelacur. Bryan dan Lenore juga diberitahu bahwa jika Kim tidak diselamatkan dalam waktu 96 jam, dia mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi.
Bryan segera terbang ke Paris dengan menggunakan koneksi dari Stuart, dan setelah sampai di sana, dia menerobos masuk ke dalam apartemen yang ditempati putrinya. Dia kemudian menemukan sebuah refleksi dari gambar Peter yang terekam di foto yang ada di kartu memori ponsel Kim, dan segera kembali ke bandara di mana di sana dia menemukan Peter yang sedang menarik korban lain. Brian pun menyerang dan memukulinya secara brutal hingga dia sendiri diserang oleh rekan Peter. Brian dapat mengalahkan orang tersebut, namun Peter berhasil lolos. Dia segera mengejarnya dan Peter melompat dari jembatan hanya untuk terbunuh oleh sebuah truk yang sedang lewat.
Bryan kemudian mencari bantuan dari teman lamanya, Jean-Claude (Olivier Rabourdin), seorang mantan agen lapangan yang sekarang menjadi Deputi Direktur Keamanan Internal di Perancis. Jean-Claude dapat memberitahu Bryan di mana dia harus memulai mencari putrinya, namun juga memperingatkannya untuk tidak membuat kekacauan. Bryan lalu bertemu seorang penerjemah bernama Gregor (Goran Kostic) dan berbicara dengan seorang wanita pelacur di jalanan, yang hanya untuk diintimidasi oleh bosnya bernama Anton (Radivoje Bukvic). Dengan bantuan Gregor, Bryan segera menuju sebuah rumah bordil yang ada di lokasi konstruksi, dan di sana dia menemukan jaket milik putrinya pada salah satu gadis yang menjadi korban praktik prostitusi. Bryan membawa gadis bersamanya setelah berhasil menewaskan beberapa penjaga di tempat tersebut termasuk Anton.
Gadis tersebut kemudian memberitahu Bryan alamat di mana ia bertemu dengan Kim. Di alamat itulah, Bryan beraksi dengan berpura-pura menjadi seorang polisi korup yang ingin mencari suap. Setelah transaksi singkat, Bryan dapat mengidentifikasi pria yang sebelumnya pernah berbicara dengannya di telepon adalah Marko (Arben Bajraktaraj). Di tempat Marko, Bryan menemukan beberapa gadis yang di tawan termasuk Amanda, yang telah meninggal karena overdosis. Marah dengan apa yang ia lihat, Bryan segera menyiksa Marko menggunakan kursi listrik di ruang bawah tanah. Meskipun awalnya meludahi wajah Bryan, Marko akhirnya mengatakan kepadanya bahwa Kim telah dijual kepada seorang pria bernama St-Clair (GĂ©rard Watkins). Puas dengan informasi yang didapat, Bryan segera membunuhnya dan keluar meninggalkan tempat tersebut.
Bryan lalu tiba-tiba muncul untuk makan malam bersama Jean-Claude dan istrinya, Isabelle (Camille Japy), di mana ia menemukan bahwa Jean-Claude tahu hal-hal yang tidak dia katakan kepadanya. Jean-Claude mencoba untuk menembaknya, namun Bryan sebelumnya telah mengosongkan pistolnya. Bryan kemudian menembak Isabelle di bahunya, dan mengancam akan membunuhnya jika Jean-Claude tidak memberitahu keberadaan St-Clair. Setelah diberitahu, Bryan segera menuju tempat St-Clair dengan menggunakan kartu identitas Jean-Claude. Di sana dia melumpuhkan beberapa penjaga untuk menuju lantai bawah yang digunakan sebagai tempat pelelangan para gadis, dan Kim adalah gadis terakhir yang dijual. Bryan memaksa seorang penawar Arab dengan todongan senjata untuk membeli, namun dia segera tertangkap. Ketika St-Clair belajar siapa Bryan, dia segera memerintahkan anak buahnya untuk membunuhnya, namun Bryan dapat mengatasi semua itu dan berbalik menyiksa St-Clair.
Setelah dapat menyelamatkan putrinya, Bryan segera membawanya kembali di Los Angeles. Dia kemudian memberi kejutan kepada Kim, dengan membawanya mengunjungi Sheerah, untuk belajar menyanyi secara pribadi.
Seorang agen CIA yang sangat terampil, Bryan Mills (Liam Neeson), memutuskan pensiun dari tugasnya demi untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan putri semata wayangnya, Kimmy (Maggie Grace). Dia sering tidak ada di rumah karena bepergian, yang membuatnya menjadi ayah yang jauh dan juga menyebabkan perceraiannya dengan Lenore (Famke Janssen), yang sekarang menjadi mantan istrinya. Mengetahui Kim ingin menjadi penyanyi, Bryan membelikannya sebuah alat karaoke yang mahal untuk ulang tahunnya yang ke-17, hanya untuk dikalahkan dengan hadiah seekor kuda yang diberikan oleh ayah tirinya yang kaya, Stuart (Xander Berkeley).
Mantan rekan Bryan, Sam (Leland Orser), kemudian mempekerjakannya untuk membantu menjaga keamanan konser dari diva pop favorit Kim bernama Sheerah (Holly Valance). Dan ketika di Backstage, Bryan menceritakan kepada Sheerah tentang ambisi putrinya, namun sang diva hanya menepisnya dengan mengatakan: "Bilang pada putrimu untuk memilih karier lain." Setelah konser selesai, segerombolan penggemar meledak melalui gerbang yang terbuka, Bryan menyelamatkan Sheerah dari salah seorang yang mencoba menyerangnya dengan pisau dan segera membawanya pergi ke rumahnya. Dia kemudian menawarkan untuk membantu Kim sebagai ucapan terima kasih kepada Bryan karena telah menyelamatkan hidupnya.
Di hari berikutnya ketika makan malam, Lenore meyakinkan Bryan untuk mengijinkan Kim melakukan liburan ke Paris bersama temannya, Amanda (Katie Cassidy). Bryan enggan menyetujuinya, karena dia tahu bagaimana berbahayanya berada di negara asing ketika sendirian. Namun akhirnya Lenore dapat membujuknya, di mana Bryan memberikan persyaratan kepada putrinya untuk memberinya alamat dan telepon tempat tinggalnya di Paris. Di bandara, Bryan menemukan bahwa Kim tak hanya berniat pergi ke Paris, tapi juga untuk mengikuti tur U2 di Eropa. Lenore segera mengatakan kepada Bryan bahwa dia sudah mengetahui hal itu, dan dia harus membiarkan anaknya pergi.
Setelah tiba di Paris, Kim dan Amanda bertemu dengan seorang pria muda tampan bernama Peter (Nicolas Giraud), yang menawarkan untuk mengambil gambar mereka dan berbagi taksi dengannya. Peter kemudian berhasil membujuk mereka untuk mengajaknya pergi ke pesta dan belajar di mana mereka tinggal. Setelah itu, dia diam-diam menelepon beberapa orang dan memberitahu tentang keberadaan dua gadis tersebut.
Di malam hari ketika Bryan menelepon putrinya, Kim melihat beberapa pria memasuki apartemen yang ditempatinya dan telah menculik Amanda. Bryan segera merekam panggilan tersebut dan menyuruh putrinya untuk bersembunyi di bawah tempat tidur. Kim segera diraih oleh salah satu penculik, namun dia berhasil mengatakan kepada ayahnya tentang ciri-ciri penculik sebelum dia sendiri dibawa mereka pergi. Bryan segera mengirim rekaman kepada Sam untuk dianalisis, di mana Sam mengatakan bahwa Kim dan Amanda telah diculik oleh anggota Mafia Albania, yang mengkhususkan penculikan para remaja untuk diperdagangkan sebagai pelacur. Bryan dan Lenore juga diberitahu bahwa jika Kim tidak diselamatkan dalam waktu 96 jam, dia mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi.
Bryan segera terbang ke Paris dengan menggunakan koneksi dari Stuart, dan setelah sampai di sana, dia menerobos masuk ke dalam apartemen yang ditempati putrinya. Dia kemudian menemukan sebuah refleksi dari gambar Peter yang terekam di foto yang ada di kartu memori ponsel Kim, dan segera kembali ke bandara di mana di sana dia menemukan Peter yang sedang menarik korban lain. Brian pun menyerang dan memukulinya secara brutal hingga dia sendiri diserang oleh rekan Peter. Brian dapat mengalahkan orang tersebut, namun Peter berhasil lolos. Dia segera mengejarnya dan Peter melompat dari jembatan hanya untuk terbunuh oleh sebuah truk yang sedang lewat.
Bryan kemudian mencari bantuan dari teman lamanya, Jean-Claude (Olivier Rabourdin), seorang mantan agen lapangan yang sekarang menjadi Deputi Direktur Keamanan Internal di Perancis. Jean-Claude dapat memberitahu Bryan di mana dia harus memulai mencari putrinya, namun juga memperingatkannya untuk tidak membuat kekacauan. Bryan lalu bertemu seorang penerjemah bernama Gregor (Goran Kostic) dan berbicara dengan seorang wanita pelacur di jalanan, yang hanya untuk diintimidasi oleh bosnya bernama Anton (Radivoje Bukvic). Dengan bantuan Gregor, Bryan segera menuju sebuah rumah bordil yang ada di lokasi konstruksi, dan di sana dia menemukan jaket milik putrinya pada salah satu gadis yang menjadi korban praktik prostitusi. Bryan membawa gadis bersamanya setelah berhasil menewaskan beberapa penjaga di tempat tersebut termasuk Anton.
Gadis tersebut kemudian memberitahu Bryan alamat di mana ia bertemu dengan Kim. Di alamat itulah, Bryan beraksi dengan berpura-pura menjadi seorang polisi korup yang ingin mencari suap. Setelah transaksi singkat, Bryan dapat mengidentifikasi pria yang sebelumnya pernah berbicara dengannya di telepon adalah Marko (Arben Bajraktaraj). Di tempat Marko, Bryan menemukan beberapa gadis yang di tawan termasuk Amanda, yang telah meninggal karena overdosis. Marah dengan apa yang ia lihat, Bryan segera menyiksa Marko menggunakan kursi listrik di ruang bawah tanah. Meskipun awalnya meludahi wajah Bryan, Marko akhirnya mengatakan kepadanya bahwa Kim telah dijual kepada seorang pria bernama St-Clair (GĂ©rard Watkins). Puas dengan informasi yang didapat, Bryan segera membunuhnya dan keluar meninggalkan tempat tersebut.
Bryan lalu tiba-tiba muncul untuk makan malam bersama Jean-Claude dan istrinya, Isabelle (Camille Japy), di mana ia menemukan bahwa Jean-Claude tahu hal-hal yang tidak dia katakan kepadanya. Jean-Claude mencoba untuk menembaknya, namun Bryan sebelumnya telah mengosongkan pistolnya. Bryan kemudian menembak Isabelle di bahunya, dan mengancam akan membunuhnya jika Jean-Claude tidak memberitahu keberadaan St-Clair. Setelah diberitahu, Bryan segera menuju tempat St-Clair dengan menggunakan kartu identitas Jean-Claude. Di sana dia melumpuhkan beberapa penjaga untuk menuju lantai bawah yang digunakan sebagai tempat pelelangan para gadis, dan Kim adalah gadis terakhir yang dijual. Bryan memaksa seorang penawar Arab dengan todongan senjata untuk membeli, namun dia segera tertangkap. Ketika St-Clair belajar siapa Bryan, dia segera memerintahkan anak buahnya untuk membunuhnya, namun Bryan dapat mengatasi semua itu dan berbalik menyiksa St-Clair.
Setelah dapat menyelamatkan putrinya, Bryan segera membawanya kembali di Los Angeles. Dia kemudian memberi kejutan kepada Kim, dengan membawanya mengunjungi Sheerah, untuk belajar menyanyi secara pribadi.
Subscribe to:
Posts (Atom)