Saturday, June 16, 2012

The Hurt Locker (2008)

Alur Cerita

Film dibuka dengan kutipan dari "War Is a Force That Gives Us Meaning", sebuah buku terlaris tahun 2002 karya seorang jurnalis perang bernama Chris Hedges: "The rush of battle is often a potent and lethal addiction, for war is a drug.".

Pada tahun 2004, beberapa tentara AS dari unit Penjinak Bom (EOD) yang dipimpin oleh Staf Sersan Matthew Thompson (Guy Pearce), sedang melakukan sebuah misi rotasi dari Bravo Company di Baghdad. Tim menggunakan sebuah robot militer yang dikendalikan dengan remote control untuk mencari Bom Pinggir Jalan (IED). Salah satu anggota tim, Sersan JT Sanborn (Anthony Mackie), kemudian menemukan IED yang telah disembunyikan di kantong sampah. Ketika Sanborn dan seorang Spesialist bernama Owen Eldridge (Brian Geraghty) mencoba untuk menjinakkan bom dengan menggunakan detonator, salah satu roda gerobak kecil yang digunakan untuk membawa alat pemicu ledakan tersebut lepas. Thompson pun memutuskan untuk menjinakkan bom tersebut sendirian. Setelah menempatkan detonator pada bom, dia mulai berjalan pergi, namun seorang pria yang tak di kenal telah meledakan bom dengan menggunakan sebuah ponsel, yang menewaskan Thompson sebelum dapat mencapai jarak yang aman.

Beberapa waktu kemudian, Sersan Kelas Pertama bernama William James (Jeremy Renner), seorang veteran perang yang telah teruji, tiba sebagai pimpinan baru unit EOD selama tahap awal pasca invasi Irak tahun 2004 untuk menggantikan Thompson. Namun cara yang tidak konvesional dari sikap kepemimpinan James dianggap Sanborn dan Eldridge terlalu sembrono, di mana dia tidak mau menggunakan robot militer sebelum menjinakkan bom, yang membuat ketegangan bagi tim. Seperti ketika mereka ditugaskan untuk menghancurkan beberapa bahan peledak di daerah gurun terpencil, James nekad kembali ke situs detonasi untuk mengambil sarung tangannya. Sanborn yang kesal, secara terbuka merenungkan untuk membunuhnya dengan sengaja memicu ledakan, namun ia tidak melakukan hal itu.

Mereka bertiga kemudian kembali ke marksasnya di Camp Victory yang berada di sekitar Baghdad International Airport (BIAP), di mana tim menemukan sebuah mobil mogok akibat ban bocor beserta lima orang bersenjata dengan memakai pakaian Arab. Setelah bertemu mereka dengan penuh ketegangan, kelima orang tersebut -- Chris (Barrie Rice), Jimmy (Sam Redford), Charlie (Sam Spruell), Feisal (Feisal Sadoun), beserta pemimpinnya (Ralph Fiennes) -- mengungkapkan bahwa diri mereka sebagai tentara bayaran dari Kontraktor Militer Swasta, di mana mereka telah menangkap dua orang tahanan yang diduga sebagai anggota dari 'kartu' permainan pemimpin Irak yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Departemen Pertahanan AS. Mereka semua tiba-tiba di kepung oleh kelompok dengan senjata api. Ketika para tahanan berusaha untuk kabur, pemimpin tentara bayaran tiba-tiba ingat hadiah untuk menangkap mereka "hidup atau mati", sehingga dia menembak mereka berdua. Namun para tentara bayaran kemudian terbunuh oleh penembak jitu musuh. Sanborn dan James kemudian meminjam Barrett untuk dikirim kepada tiga penyerang, sementara Eldridge membunuh penyerang keempat.

Selama serangan di gudang, James menemukan mayat seorang anak laki-laki yang telah di operasi dan ditanami dengan bom yang tidak meledak. Dia menduga anak tersebut bernama Beckham (Christopher Sayegh), seorang anak muda Irak penjual DVD palsu yang sebelumnya sempat berteman dengannya. Selama evakuasi, Letnan Kolonel John Cambridge (Christian Camargo), dari kamp psikiater dan juga teman Eldridge, tewas dalam ledakan. Eldridge menyalahkan dirinya atas kematian sang Kolonel. Ketika James meninggalkan kompleks militer untuk mencari orang yang bertanggung jawab atas kematian Beckham, dia menyusup ke rumah seorang profesor Irak bernama Navid (Nabil Koni), namun pencariannya tidak menemukan apa-apa dan akhirnya ia pergi ketika di usir oleh istri profesor (Nibras Qassem).

Dipanggil untuk menyelidiki sebuah ledakan tangki minyak yang telah memakan banyak korban, James memutuskan sendiri untuk mencari gerilyawan yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut, yang sebenarnya bukan tugas dari tim-nya. Dia menebak bahwa mereka masih berada di luar radius ledakan. Sanborn protes, namun ketika James memimpin keluar untuk melakukan menyergapan, ia dan Eldridge memutuskan untuk mengikuti, yang sebenarnya enggan untuk bergabung. Setelah mereka berpencar, Eldridge ditangkap oleh dua orang gerilya. James dan Sanborn dapat menyelamatkannya, namun juga tak sengaja menembak kaki Eldridge.

Tim James kembali dipanggil untuk misi lain di dua hari terakhir mereka bertugas, di mana seorang warga sipil Irak yang tidak bersalah telah memiliki rompi bom yang terikat di dadanya. James mencoba memotong gembok dengan alat pemotong besi untuk melepas rompi, namun gembok terlalu banyak, dan dia terpaksa meninggalkan pria tersebut terbunuh ketika bom meledak. Sanborn menjadi frustasi dan mengaku kepada James bahwa ia tidak bisa lagi meneruskan misi ini, dan ingin kembali ke rumah dan memiliki seorang putra.

Setelah rotasi Bravo Company berakhir, James kembali ke rumah untuk istrinya, Connie (Evangeline Lilly), beserta anak bayi mereka. Namun, kebosanan terhadap kehidupan sipil yang rutin dan monoton membuatnya menjadi depresi. Suatu malam, James mengaku di depan anaknya bahwa hanya ada satu hal istimewa yang dia sukai dalam hidupnya. Tak lama kemudian, dia mulai melakukan perjalanan tugasnya kembali untuk melayani unit EOD lain.