Wednesday, August 24, 2011

Morning Glory (2010)

Morning Glory merupakan sebuah film drama komedi ditahun 2010 yang disutradarai oleh Roger Michell dan diproduseri oleh J. J. Abrams bersama Bryan Burk. Film yang naskahnya ditulis oleh Aline Brosh McKenna ini dibintangi oleh Rachel McAdams, Harrison Ford, Diane Keaton, Patrick Wilson, Ty Burrell dan Jeff Goldblum, dirilis pada tanggal 10 November 2010 dan didistribusikan oleh Paramount Pictures.

Seperti kebanyakan film bergenre drama komedi, film ini memang wajib memasukkan unsur kisah asmara. Sayangnya kisah asmara yang ada di sini justru sama sekali tak berkesan. Seandainya kisah asmara itu terjadi antara McAdams dan Ford barangkali unsur romantis tadi bakal lebih menarik. Sayangnya ada perbedaan usia yang sangat jauh di antara dua orang pemeran ini.

Dari sisi cerita secara keseluruhan, film ini memang tak muluk-muluk. Film ini mencoba mengungkap apa yang terjadi di luar sorotan kamera di studio televisi. Menarik memang karena tak semua orang bisa membayangkan apa yang terjadi di sana. Tidak lebih dari itu. Tak ada konflik yang terlalu besar yang membuat penonton jadi penasaran tapi meskipun begitu, sang sutradara tetap mampu menyajikan sebuah tontonan yang menarik.

Paling tidak, beberapa joke yang dimunculkan cukup mengena sementara akting para pemerannya juga memadai terutama tiga pemeran utama yang gambarnya menghiasi poster film ini. Film ini memang tak memberikan sesuatu yang baru tapi tanpa sesuatu yang baru itu toh film ini tetap jadi sesuatu yang cukup menghibur. Kalaupun ada yang disayangkan barangkali hanyalah kisah romantis yang seharusnya terjadi antara Wilson dan McAdams justru malah terasa hampa. Chemistry yang kuat justru terbangun antara McAdams dan Ford yang sebenarnya dibatasi oleh hubungan kerja saja. --source: kapanlagi.com, Wikipedia--

Alur Cerita

Becky Fuller (Rachel McAdams), seorang produser acara televisi di Good Morning New Jersey yang baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Meski sudah berusaha bekerja sebaik mungkin, namun Becky tetap tak bisa menghindar dari PHK, begitu juga atasannya bernama Oscar (David Wolos-Fonteno), tak dapat menolongnya karena sudah keputusan dari perusahaan.

Becky kemudian mengirimkan ikhtisar di perusahaan lain dan mendapat panggilan dari sebuah saluran televisi nasional. Di tempat kerja barunya ini, Becky diberikan tanggung jawab oleh Jerry Barnes (Jeff Goldblum) sebagai produser eksekutif pada program 'DayBreak', sebuah acara berita pagi yang ratingnya sedang merosot tajam karena telah bersaing dengan program acara dari NBC, Today. Becky tahu ini adalah ujian pertamanya dan karena itu ia bertekad menaikkan rating program yang menampilkan pembawa acara yang sombong Paul McVee (Ty Burrell) bersama co-host nya Colleen Peck (Diane Keaton) tersebut.

Setelah itu, Becky harus mengganti host baru dan akhirnya memecat McVee dihari pertamanya kerja, dan para pekerja lain di DayBreak pun bertepuk tangan sependapat dengannya. Dia sekarang membutuhkan host baru untuk mendampingi Colleen, dan pilihannya tertuju pada Mike Pomeroy (Harrison Ford), seorang pembawa acara televisi legendaris yang sebenarnya enggan untuk menerimanya. Pomeroy sebenarnya sudah di bawah kontrak untuk DayBreak pada jaringan IBS, namun ia berhasil bebas sementara masih dibayar. Becky menemukan klausul dalam kontrak Pomeroy, kalau dia berkewajiban untuk menerima tawaran pekerjaan resmi ini atau dia kehilangan gajinya.

Pomeroy memastikan bahwa ia hanya akan membawakan berita yang serius dengan menggunakan klausul dalam kontraknya yang memungkinkan baginya untuk menolak tugas-tugas tertentu, termasuk dalam segmen acara memasak. Di saat Pomeroy dan Colleen sedang 'berperang', Becky mulai dekat dengan Adam Bennett (Patrick Wilson), sesama produser di televisi tempat dia bekerja, dan mereka mulai berkencan.

Usaha Becky jadi sulit karena Pomeroy ternyata tak bisa akur dengan Colleen. Saat peringkat acaranya mulai menurun, Jerry mengatakan kepada Becky bahwa jika acaranya tidak segera membaik, jaringan akan membatalkan program DayBreak. Becky kemudian meningkatkan peringkat dengan membujuk Ernie (Matt Malloy) untuk melakukan wawancara berita cuacanya dengan naik kereta luncur tercepat di A.S. bernama "Manhandler". Colleen juga mengungkapkan kepadanya atas minatnya dalam kampanye untuk meremajakan penampilannya, dan muncul di sejumlah segmen bermacam-macam untuk membantu meningkatkan peringkat acara.

Saat rapat staf, Pomeroy ada berita yang ingin ia tampilkan, dan membuat rekan-rekannya terkejut. Ketika Becky memutuskan untuk ikut bersamanya, ia menyadari bahwa ia pergi ke rumah gubernur untuk tujuan yang tidak ia harapkan. Pomeroy berakhir dengan menghadapi gubernur untuk mewawancarai atas tuduhan pemerasan, dan dia berhasil membuat gubernur ditangkap pihak berwenang saat televisi menayangkan secara live. Hal ini membuat peringkat acara DayBreak naik secara drastis.

Sunday, August 21, 2011

The Girl with the Dragon Tattoo (2009)

The Girl with the Dragon Tattoo merupakan sebuah film misteri crime thriller asal Swedia ditahun 2009 yang disutradarai oleh Niels Arden Oplev dan diproduseri oleh Søren Stærmose. Film yang naskahnya ditulis oleh Nikolaj Arcel bersama Rasmus Heisterberg ini diadaptasikan dari sebuah novel berjudul sama karya penulis/ jurnalis asal Swedia bernama Stieg Larsson. Film ini dibintangi oleh Noomi Rapace, Michael Nyqvist, Sven-Bertil Taube, Peter Haber, Marika Lagercrantz, Lena Endre, Björn Granath, Ingvar Hirdwall, Peter Andersson dan Ewa Fröling, dirilis pada tanggal 27 Februari 2009 dan didistribusikan oleh Nordisk Film.

Di tahun 2009, film ini menjadi film terlaris di Eropa di sepanjang tahun tersebut. Selain sukses secara komersial, film ini juga sempat menerima banyak penghargaan di berbagai ajang festival film Eropa. Karena kesuksesan film ini, sutradara David Fincher telah bekerjasama dengan penulis naskah Steven Zaillian untuk membuat versi Hollywood dari film ini dan dirilis pada tahun 2011.

Melihat apa yang telah Fincher lakukan terhadap Se7en (1995) atau Zodiac (2007), sepertinya wajar saja jika ia tertarik dengan The Girl with the Dragon Tattoo. Dua film ini sama-sama memiliki jalan cerita yang sama yakni mengungkap berbagai rentetan misteri pembunuhan. Di Eropa, film ini menjadi terkenal karena merupakan adaptasi dari sebuah novel laris berjudul sama karya almarhum Stieg Larsson. Film ini sendiri merupakan seri pertama dari tiga novel Larsson yang dikenal sebagai Millennium Trilogy.

Walau berasal dari Eropa, film yang diarahkan oleh sutradara Niels Arden Oplev ini sendiri sepertinya tidak akan menemukan kesulitan untuk dinikmati mereka yang terbiasa dengan film-film thriller bertema kejahatan karya Hollywood. Ini karena film ini memanfaatkan cara penceritaan Hollywood di dalam proses penceritaan filmnya. Dengan durasi 152 menit, memang, membutuhkan sedikit kesabaran untuk dapat menikmati film ini. Cerita film ini sendiri seperti mulai terasa hidup setelah film ini berjalan selama 30 menit dan baru benar-benar bergerak maju setelah mencapai kira-kira 60 menit durasi penayangannya.

Walau begitu, bukan berarti film ini akan membuat Anda merasa jenuh sebelum masa tayangnya mencapai durasi yang disebutkan diatas. Anda akan diberikan beberapa sub plot mengenai kehidupan Lisbeth, khususnya mengenai perlawananannya terhadap polisi pengawasnya yang ternyata memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan seks-nya. Penampilan Noomi Rapace sebagai Lisbeth juga merupakan sebuah hal yang sangat mengagumkan di sepanjang film ini, Lisbeth bukanlah seorang karakter yang banyak berbicara. Dengan penampilannya yang gothic, ia lebih banyak menunjukkan sikapnya melalui berbagai ekspresi tubuhnya. Dan Rapace mampu melakukan hal tersebut dengan sangat baik. Lewat Rapace, Lisbeth bukan hanya seorang wanita yang tampil dengan dandanan eksentrik untuk menutupi masa lalunya. Rapace membuat Lisbeth mampu terlihat rapuh lewat ekspresi wajahnya walaupun dengan penampilan yang sangat tangguh tersebut.

Sama dengan bukunya, versi film The Girl with the Dragon Tattoo juga menampilkan beberapa adegan yang mungkin cukup mengganggu para penontonnya. Namun, hal tersebut bukanlah akan mengurangi penilaian baik akan film ini. Berbagai adegan pengganggu tersebut justru memperkuat posisi film ini sebagai sebuah film thriller kejahatan yang berbeda dengan film-film lainnya. Film ini dengan pintarnya berhasil memadukan gaya penceritaan yang pintar dengan sisi komersial yang mungkin selama ini telah ada di film-film ber-genre sama sebelumnya. Hasilnya, tentu saja menjadi sebuah film pintar yang dapat menghibur para penontonnya.

Seks, adegan sadis, Nazi dan mengambil beberapa bagian Injil dalam penceritaannya, membuat penonton akan dapat dengan mudah melupakan durasinya. Membutuhkan sedikit kesabaran untuk dapat menikmati film ini di bagian awal, namun setelahnya, film ini akan membawa Anda pada petualangan pintar menyibak rahasia kelam sebuah keluarga dengan aksi yang memikat dari Mikael Blomkvist dan pasangannya yang eksentrik, dan menjadi pusat perhatian film ini, Lisbeth. Beberapa bagian drama memang sedikit mengurangi kenikmatan itu, namun secara keseluruhan, Anda menjadi tidak akan sabar melihat apa yang akan dilakukan David Fincher pada film yang sepertinya memang menjadi genre jagoannya ini. --source: Flick Magazine, Wikipedia--

Alur Cerita

Mikael Blomkvist (Michael Nyqvist), seorang wartawan ekonomi investigasi di Majalah Millenium yang telah dituduh menulis serangkaian artikel fitnah terhadap pengusaha Hans-Erik Wennerström (Stefan Sauk), dia pun akan dihukum tiga bulan penjara dan diharuskan membayar Wennerstrom sebesar 150 ribu kroner sebagai ganti rugi. Blomkvist yang berada dalam pengawasan rahasia oleh Lisbeth Salander (Noomi Rapace), seorang wanita berusia 24 tahun yang bermasalah, namun merupakan seorang hacker profesional dari sebuah perusahaan Milton Security. Lisbeth ditugaskan memberikan laporan yang didapatkannya kepada Dirch Frode (Ingvar Hirdwall), seorang pengacara bagi Grup Perusahaan Vanger yang berpengaruh.

Blomkvist kemudian diundang untuk dipertemukan dengan pengusaha Henrik Vanger (Sven-Bertil Taube), yang menyewa dia untuk menyelidiki hilangnya keponakannya saat remaja bernama Harriet (Julia Sporre) pada Hari Anak ditahun 1966. Henrik tidak hanya percaya bahwa Harriet telah dibunuh, dia juga mencurigai keluarga besarnya sebagai dalang pembunuhan Harriet atas dasar perebutan harta keluarga mereka.

Sementara itu, wali pengawas Lisbeth terserang struk dirumah sakit, dan dia diperkenalkan kepada penggantinya yaitu pengacara bernama Nils Bjurman (Peter Andersson) yang mengambil kendali keuangannya. Suatu malam, Lisbeth meminta uang untuk mengganti laptopnya yang rusak. Bjurman menyuruhnya melakukan seks oral padanya dalam pertukaran untuk memberikannya sebagian uang yang dia butuhkan. Setelah itu Bjurman memperkosanya, Lisbeth yang kembali dengan membawa rekaman video yang sebelumnya secara diam-diam merekamnya saat ia diperkosa, ia kemudian kembali ke apartemen Bjurman. Setelah menyiksanya, ia memeras Bjurman yang memungkinkan dirinya untuk memperoleh kembali akses keuangannya sendiri dan untuk mengakhiri pengawasannya. Kalau Bjurman tidak menuruti permintaannya, ia akan menyerahkan bukti kebejatannya pada pihak berwenang. Lisbeth kemudian mencoba hacks komputer Blomkvist sekali lagi untuk memonitornya.

Blomkvist kemudian pindah ke rumah perkebunan Vanger dan belajar bahwa tiga saudara Henrik adalah seorang Nazi. Ayah Harriet bernama Gottfried (Richard Franc), adalah seorang alkoholik yang meninggal dengan tenggelam setahun sebelum Harriet menghilang. Di dalam buku harian Harriet, Blomkvist menemukan daftar lima nama yang di tulis dengan nomer (mungkin nomor telepon), dan Inspektur Polisi Morell (Björn Granath) memberitahunya bahwa penyelidikannya tidak dapat menguraikan nomer-nomer tersebut. Menggunakan foto yang diambil selama pawai Hari Anak, Blomkvist belajar bahwa Harriet telah melihat seseorang yang mungkin adalah seseorang membunuhnya. Setelah hack komputer Blomkvist, Lisbeth menemukan dan menerjemahkan petunjuk nomer-nomer tersebut adalah angka-angka yang berhubungan dengan ayat-ayat Injil yang bicara tentang wanita yang harus dibunuh.

Setelah menemukan bahwa komputernya telah di-hack, Blomkvist diarahkan Dirch Frode ke apartemen Lisbeth, dan dia meyakinkan Lisbeth untuk membantu kasus yang ditanganinya, dan mereka segera menemukan jejak dari pembunuhan berantai ditahun 1949 di Swedia. Lisbeth menemukan dirinya menyukai Blomkvist, dan mereka akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Dalam pertemuan dengan keluarga Vanger, Blomkvist didesak untuk meninggalkan kasus keluarga mereka tersebut, dan Blomkvist memberitahu sepupu Harriet bernama Cecilia (Marika Lagercrantz), yang mengenakan kalung Harriet. Cecilia pun menegaskan bahwa dia mewarisi kalung tersebut dari adiknya, Anita (yang wajahnya mirip dengan Harriet). Blomkvist kemudian menyadari bahwa foto yang diberikan Henrik memang tidak jelas, dimana foto yang ia kira Harriet sebenarnya adalah foto Anita. Beberapa waktu kemudian saat jogging di hutan, Blomkvist ditembak oleh penembak tak dikenal, namun dia dapat lolos dengan luka serius.

Di hari berikutnya, Inspektur Morrel mengungkapkan bahwa satu set nama dari buku harian Harriet adalah sesuai dengan nama-nama wanita yang telah bekerja untuk Gottfried Vanger. Semua nama-nama wanita tersebut adalah nama Yahudi, Blomkvist dan Lisbeth pun percaya bahwa pembunuhan mereka termotivasi oleh antisemitisme. Mereka percaya Harald Vanger (Gösta Bredefeldt) adalah pelakunya, karena dua saudara Vanger lainnya sudah meninggal pada saat Harriet menghilang. Lisbeth kemudian melakukan pencarian melalui catatan bisnis Vanger untuk melacak Harald, sementara Blomkvist menyelidiki ke rumahnya. Harald kemudian menghadapi Blomkvist dengan tembakan yang nyaris mengenai kepalanya, namun kakak Harriet bernama Martin (Peter Haber) muncul dan mengajak Blomkvist ke rumahnya. Ketika Blomkvist mengungkapkan apa yang telah ia ditemukan, Martin mengobati kepalanya. Sementara itu, Lisbeth telah menemukan bahwa Martin dan ayahnya adalah orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan, dimana dia menemukan dua foto yang sama. Di foto itu, sweter biru yang dipakai Martin sama dengan yang dipakai orang yang ditakuti Harriet di fotonya. Lisbeth pun kembali ke pondok untuk menemukan Blomkvist yang sudah tak ada di rumah.

Blomkvist kemudian terbangun hanya untuk menemukan dirinya telah terikat di gudang milik Martin. Martin akhirnya mengakui kalau dia yang melakukan pembunuhan, namun dia membantah telah membunuh Harriet. Sementara ia berusaha membunuh Blomkvist, Lisbeth muncul dan menyerang Martin menggunakan tongkat golf. Sementara dia membebaskan Blomkvist, Martin melarikan diri dengan mobilnya. Lisbeth segera mengejar dengan sepeda motornya. Saat Martin menghindari truk dijalan, mobilnya keluar dari jalur dan terjadi kecelakaan parah. Ketika Lisbeth mencoba menghampirinya, Martin memohon bantuan namun Lisbeth meninggalkannya untuk mati dengan mobilnya yang terbakar. Insiden itu mengingatkan Lisbeth dengan kejadian di masa mudanya (Tehilla Blad) ketika ia memercikkan bensin di wajah ayahnya (Georgi Staykov) yang duduk di mobil, kemudian memicu sambil mengawasinya terbakar.

Blomkvist kemudian bertemu dengan Henrik dan Morell untuk menginformasikan mereka bahwa Martin bukanlah pembunuh Harriet. Saat kembali ke pondok, ia menemukan catatan dari Lisbeth yang mengungkapkan keberadaan Harriet. Blomkvist pun segera terbang ke Australia dan menemukan Harriet (Ewa Fröling) yang hidup dengan memakai nama sepupunya Anita yang sudah meninggal. Dia pun kembali ke Swedia untuk bertemu kembali dengan Henrik. Di kantornya, Harriet mengungkapkan bahwa dia yang telah membunuh ayahnya, dimana ayahnya bersama Martin telah memperkosa dirinya. Takut atas kehidupannya ketika ia melihat Martin di parade Hari Anak, ia kemudian melarikan diri dengan bantuan Anita.

Setelah itu, Blomkvist pun menjalani hukuman di penjara. Lisbeth mengunjunginya dengan membawa catatan keuangan rahasia yang mengungkapkan keterlibatan Wennerström dalam perdagangan narkoba dan pasar gelap, bukti yang lebih memberatkan Wennerström daripada bukti sebelumnya. Blomkvist kemudian menerbitkan sebuah berita baru soal Wennerström, yang membuatnya membunuh dirinya sendiri.

Wednesday, August 17, 2011

Snow White and the Seven Dwarfs (1937)

Snow White and the Seven Dwarfs merupakan sebuah film animasi ditahun 1937 yang diproduksi oleh Walt Disney dan diadaptasikan dari sebuah dongeng klasik berjudul sama karya Brothers Grimm. Film yang menampilkan suara dari para bintang diantaranya Adriana Caselotti, Lucille La Verne, Harry Stockwell, Pinto Colvig dan Roy Atwell ini dirilis pada tanggal 21 Desember 1937 dan didistribusikan oleh RKO Radio Pictures. Film ini merupakan salah satu film yang memasuki peringkat 49 daftar American Film Institute yakni daftar '100 film Amerika terbaik sepanjang masa' sejak tahun 1997. Cerita film ini diadaptasi oleh para seniman "storyboard" diantaranya Dorothy Ann Blank, Richard Creedon, Merrill De Maris, Otto Englander, Earl Hurd, Dick Rickard, Ted Sears dan Webb Smith. David Hand merupakan sutradara pengawas, sedangkan William Cottrell, Wilfred Jackson, Larry Morey, Perce Pearce, dan Ben Sharpsteen sebagai sutradara yang ditandai dalam individual film. --source: Wikipedia--

Alur Cerita

Pada suatu ketika, seorang putri cantik bernama Putri Salju (Adriana Caselotti) hidup bersama ibu tirinya, Ratu Grimhilde (Lucille La Verne), seorang Ratu yang diasumsikan telah mengambil alih kerajaan setelah kematian ayahnya. Karena kecantikan Putri Salju telah mengalahkan kecantikannya, Ratu lalu memakaikan baju lusuh padanya dan memaksanya bekerja sebagai pelayan Istana. Tiap hari Ratu yang congkak bertanya pada Cermin Ajaib (Moroni Olsen), "Cermin Ajaib di dinding, siapakah yang paling cantik dari semuanya?". Cermin menjawab, "Bagindalah yang paling cantik". Putri Salju pun selamat dari rasa iri Ratu yang kejam. Selama bertahun-tahun Cermin selalu menjawab seperti itu dan membuatnya senang.

Setelah waktunya tiba, Cermin Ajaib mengatakan kepada Ratu bahwa sekarang Putri Salju adalah yang tercantik di seluruh negeri. Cemburu, Ratu memerintahkan seorang pemburu (Stuart Buchanan) untuk membawa Putri Salju ke hutan dan membunuhnya. Untuk memastikan dia tidak gagal, Ratu menuntut pemburu membawa pulang jantung Putri Salju dalam kotak permata sebagai bukti kematiannya. Setelah pemburu bertemu, dia tak tega membunuhnya, dan memutuskan untuk tidak menyakitinya. Sambil menangis dia memohon pengampunan, yang mendesak Putri Salju untuk melarikan diri dan bersembunyi di hutan dan menyuruhnya tidak pernah kembali. Pemburu kemudian membawa jantung babi sebagai gantinya.

Di dalam hutan, sang Putri berteman dengan para makhluk hutan dan membawanya ke sebuah pondok di hutan. Melihat tujuh kursi kecil di ruang makan pondok yang kotor dan berantakan tersebut, Putri Salju mengasumsikan bahwa pondok itu adalah rumah dari tujuh anak yatim piatu. Tapi, sebenarnya pondok tersebut milik dari tujuh kurcaci yaitu: si pemimpin dari para kurcaci bernama Doc (Roy Atwell), si pemarah bernama Grumpy (Pinto Colvig), si kurcaci yang selalu tertawa bernama Happy (Otis Harlan), si tukang ngantuk bernama Sleepy (Pinto Colvig), si pemalu bernama Bashful (Scotty Mattraw), si tukang bersin bernama Sneezy (Billy Gilbert), dan si lugu bernama Dopey (Eddie Collins), yang semuanya bekerja di sebuah tambang dekat rumahnya. Saat pulang, mereka terkejut menemukan pondok mereka telah bersih dan menduga bahwa penyusup telah masuk kedalam rumah mereka. Ketujuh kurcaci kemudian menemukan Putri Salju yang tertidur tempat tidur mereka, dan dia pun terbangun untuk menemukan para kurcaci di sisi tempat tidurnya yang memperkenalkan dirinya. Ketujuh kurcaci akhirnya menyambutnya di rumah mereka setelah mengetahui Putri Salju bisa memasak dan membersihkan rumahnya. Dia memulai hidup barunya dengan memasak, membersihkan dan menjaga rumah untuk kurcaci. Sementara ketujuh kurcaci menambang untuk mencari perhiasan, malamnya mereka bersama bernyanyi, bermain musik dan menari.

Sementara itu, sang Ratu menemukan bahwa Putri Salju masih hidup ketika Cermin Ajaib mengatakan lagi bahwa Putri Salju adalah yang tercantik di negeri itu. Menggunakan sihirnya untuk menyamar sebagai wanita tua, Ratu membuat ramuan bernama "Kematian dalam Tidur" dan mencelupkan buah apel kedalam ramuan itu hingga buah apel menjadi merah segar. Ratu kemudian menjelaskan bahwa mata Putri Salju akan tertutup selamanya pada kematian dalam tidurnya jika ia memakan walau satu gigitan dari apel tersebut. Kematian dalam tidurnya hanya dapat dibangkitkan dengan "ciuman cinta pertama". Ratu menyatakan hal itu tidak membahayakan rencananya, karena kurcaci tidak akan mampu untuk membangkitkannya, dan akan mengira ia sudah mati, sehingga dia akan "dikubur hidup- hidup". Ratu kemudian pergi ke pondok saat para kurcaci pergi, dan dia berhasil membujuk Putri Salju untuk menggigit apel beracun tersebut. Putri Salju akhirnya jatuh tertidur dan Ratu berseru "Sekarang saya adalah perempuan tercantik di negeri ini!". Para kurcaci yang diperingatkan oleh binatang hutan yang mengenalinya, mengejar Ratu diatas tebing. Dia mencoba untuk menjatuhkan batu besar dari tebing untuk menimpah mereka, namun sambaran petir ke tebing tempat Ratu berdiri menyebabkan runtuh. Dia pun jatuh pada kematiannya, dan tubuhnya hancur oleh batu.

Para kurcaci kembali ke pondok mereka dan menemukan Putri Salju yang tampaknya sudah meninggal. Begitu cantik meski dalam kematian, hingga para kurcaci tak tega menguburnya. Mereka membuat peti dari kaca dan emas serta tetap berjaga-jaga di sisinya. Beberapa waktu kemudian, seorang Pangeran (Harry Stockwell) yang sebelumnya pernah bertemu dan jatuh cinta dengan Putri Salju mendengar ada gadis yang tidur dalam peti kaca. Terpikat oleh kecantikannya, dia menciumnya, yang menghilangkan mantra dan membangkitkannya. Para kurcaci dan semua binatang bergembira hingga Pangeran membawa Putri Salju ke istananya yang bersinar. Dan mereka hidup berbahagia selamanya.

Wednesday, August 10, 2011

After.Life (2009)

Menyaksikan film ini, sebuah film yang menjadi debut penyutradaraan dari sutradara Agnieszka Wójtowicz- Vosloo, akan memberikan dua pemikiran yang berbeda bagi penontonnya. Beberapa orang akan memandang kagum atas kemampuannya dalam mengarahkan dua bintangnya, Liam Neeson dan Christina Ricci, untuk bermain sangat bagus dan menciptakan sebuah film horror yang memiliki atmosfer gelap dan cukup mencekam. Sementara itu, sebagian lagi akan meragukan kualitas film ini dan meletakkannya sebagai sebuah film yang terlalu absurd untuk diterima akal sehat.

Wojtowicz-Vosloo, yang menulis naskah film ini bersama Paul Vosloo dan Jakub Korolczuk, mencoba mempermainkan pemikiran para penonton untuk dapat mengira bahwa karakter Anna sebenarnya masih hidup dan dijebak oleh Paul lewat beberapa detil dan petunjuk yang diberikannya di dalam jalan cerita film ini. Namun di lain pihak, penonton tidak diberikan bukti yang cukup untuk membuktikan opini mereka tentang nasib Anna. Sayangnya, cerita yang awalnya terlihat cukup menarik ini kemudian lama-kelamaan semakin terlihat tidak mampu dikembangkan dengan cukup baik. Beberapa detil yang pada awalnya telah dipaparkan di awal film, seperti hubungan Anna dengan ibunya, latar belakang Eliot yang sebenarnya, hingga alasan Eliot untuk terus 'mempertahankan' Anna, justru menghilang di tengah-tengah penceritaan film dan tidak mendapatkan penjelasan yang cukup. Ini membuat jalan cerita After.Life menjadi seperti menggantung dan mengurangi intensitas cerita yang ingin ditampilkan.

Walau Justin Long sepertinya melakukan pengulangan peran yang pernah ia lakukan sebelumnya di film Drag Me To Hell (2009), namun Liam Neeson dan Christina Ricci benar-benar menjadi nyawa utama film ini. Neeson, walaupun tidak banyak melakukan dialog, mampu memberikan tingkat 'kengerian' sendiri dari karakternya sebagai seorang pengurus rumah duka. Dingin, kaku dan menyimpan misteri yang akan membuatnya menjadi salah satu karakter yang mungkin tidak ingin Anda temui di dunia nyata.

Sementara Ricci sepertinya semakin tenggelam dengan peran-peran yang memiliki karakter gelap, seperti yang juga pernah ia tunjukkan dari awal karirnya di film The Addams Family (1991) hingga film Black Snake Moan (2006). Bahkan, seperti halnya di film terakhir, Ricci semakin nyaman untuk tampil berkeliaran tanpa busana di sepanjang film. Bukan sekedar tampil tanpa busana, karena Ricci sendiri di film ini mampu tenggelam dengan karakter Anna yang tampil kebingungan untuk membedakan dunia nyata dan dunia arwah di sepanjang film.

Cukup disayangkan memang ketika mengetahui cerita film yang dirilis pada tanggal 7 November 2009 ini yang terdengar cukup menjanjikan ternyata hanya mampu tereksekusi dengan benar hingga separuh dari durasi film. Sang sutradara kemudian terlihat kebingungan dalam memilih untuk mempertahankan alur cerita yang sedang atau meningkatkannya untuk menambah intensitas film. Wojtowicz-Vosloo kemudian memilih untuk meningkatkannya, yang dilakukan dengan banyak adegan yang justru merusak kerapian cerita yang telah terbentuk sejak awal. Walau begitu, sebagai sebuah karya pertama, After.Life cukup menjanjikan bagi seorang Wojtowicz-Vosloo, yang mampu mengarahkan dua bintang utamanya Neeson dan Ricci dengan sangat baik serta memberikan tampilan gelap yang cukup mencekam di sepanjang film.

Alur Cerita

Film dibuka saat Eliot Deacon (Liam Neeson), seorang pengurus dan pemilik rumah duka yang sedang mempersiapan proses pemakaman terhadap mayat seorang guru piano. Dia kemudian mengambil foto mayat tersebut dan layar pun memudar. Disisi lain, seorang guru sekolah menengah, Anna Taylor (Christina Ricci), yang hidupnya tidak bahagia karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya yang egois, Beatrice (Celia Weston), sedang melakukan hubungan intim dengan kekasihnya, Paul Coleman (Justin Long), dan Anna kelihatan tidak bernafsu dan juga terlihat dingin. Di sekolah tempat Anna mengajar, salah satu muridnya bernama Jack (Chandler Canterbury) memintanya ikut menghadiri acara pemakaman yang akan Anna hadiri. Jack mengatakan kalau ibunya yang telah mengabaikan untuk menjemputnya dari sekolah mungkin tidak akan keberatan jika dia ikut. Jack juga mengatakan kalau dia belum pernah berkunjung ke pemakaman, tapi Anna memberitahu kalau dia tidak bisa mengajaknya. Di tempat pemakaman, Anna kemudian bertemu dengan Eliot.

Di malam itu juga, Anna bertemu Paul untuk makan malam di sebuah restoran, dia tidak menyadari kalau Paul akan melamarnya dan memintanya untuk pindah ke Chicago dengannya untuk promosi jabatan. Namun sikap Paul membuat Anna mengasumsikan kalau dia ingin meninggalkannya. Sebelum Paul sempat menjelaskan, Anna panik karena berpikir Paul ingin memutuskan hubungan mereka. Setelah pertengkaran singkat, Anna segera meninggalkan restoran. Di dalam perjalanan Anna mengalami kecelakaan disaat dia mencoba untuk menggunakan ponsel.

Anna kemudian terbangun, dia bingung karena tidak bisa bergerak dan tidak dapat merasakan tubuhnya. Dia menemukan dirinya berada di rumah duka, dimana Eliot sedang membersihkan lukanya dan mengatakan kepadanya kalau dia telah meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan. Tentu saja Anna langsung menyangkal bahwa dirinya telah meninggal. Maksudnya, jika ia telah meninggal dunia, mengapa ia bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan Eliot. Dia pun bertambah bingung dan menjadi frustrasi, hingga Eliot menjelaskan kalau semua orang mati yang ditanganinya memang mengklaim mereka masih hidup, karena mereka merasa masih bisa "bernafas, buang air kecil, dan buang air besar." Eliot akhirnya mengatakan kepadanya bahwa bukan Anna yang masih memiliki kehidupan, namun dirinyalah yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan mereka yang sedang berada pada fase perpindahan menuju alam kematian, untuk membantu mereka menerima kematian mereka. Di rumah duka tersebut, terungkap kalau Eliot memiliki koleksi foto-foto jenazah yang ditanganinya. Eliot juga menyuntik Anna secara teratur dengan bahan kimia Eliot katakan untuk "meregangkan otot-ototnya dan menghentikan kekakuan yang terbentuk agar dia bisa menangani tubuhnya".

Paul tidak bisa sepenuhnya menerima kematian Anna, dia pun menuju rumah pemakaman. Paul kemudian bertanya kepada Eliot apakah dia bisa melihat jenazah kekasihnya untuk yang terakhir kalinya, namun Eliot tidak mengijinkannya dengan alasan ia tidak dapat menunjukkan jenazah kepada siapa pun kecuali dengan pihak keluarga. Karena Paul ingin sekali melihat jenazah Anna, dia kemudian mencoba meminta bantuan temannya di kepolisian, Tom Peterson (Jody Ebert), namun Tom juga tidak bisa melakukannya. Pada upacara pemakaman Anna yang tidak diketahui, Jack datang dan akhirnya bertemu Eliot, hingga mereka sempat berbicara beberapa saat. Ketika masih bergulat dengan konsep kematiannya, Anna mencoba untuk melarikan diri beberapa kali namun tidak berhasil, Eliot mengatakan kepadanya kalau dia harus rela melepaskan hidupnya, karena dia sekarang sudah tidak benar-benar hidup. Anna kemudian berhasil mencuri kunci Eliot, lolos, dan menemukan ruangan telepon untuk memanggil Paul meminta bantuan. Namun Paul tidak dapat mendengarnya dengan baik dan menutup ponselnya berpikir itu adalah sebuah lelucon. Anna akhirnya dapat menerima kalau dia telah meninggal dunia ketika Eliot memungkinkan dia untuk melihat dirinya di cermin. Anna ngeri telah menemukan dirinya tampak seperti mayat. Dia meninggalkan kabut di cermin dari napasnya, yang segera Eliot bersihkan sebelum Anna dapat melihatnya. Saat berada di rumah duka sebelumnya, Jack sempat melihat Anna, dan dalam adegan di rumahnya, ibu Jack ternyata ditampilkan lalai yang hanya duduk dengan penampilan yang aneh menatap televisi. Di sekolah, Jack mengatakan kepada Paul kalau ia melihat Anna berdiri di jendela saat di rumah pemakaman, yang membuat Paul marah karena dia tahu kekasihnya telah meninggal, Paul pun memukul anak itu. Setelah bertemu Eliot lagi, Jack mengatakan kepadanya kalau ia memiliki karunia yang sama: kemampuan untuk berinteraksi dengan orang yang sedang berada pada fase perpindahan menuju alam kematian. Seiring waktu, Paul menjadi semakin paranoid, dalam hatinya bertanya-tanya apakah Anna benar-benar sudah meninggal, ia pun menjadi curiga terhadap Eliot.

Selama persiapan akhir untuk pemakaman, Anna mengatakan kepada Eliot kalau ia ingin melihat dirinya untuk terakhir kalinya di cermin. Eliot memegang sebuah cermin kecil, namun saat Anna menatap dirinya sendiri di cermin, dia mengambil napas dalam-dalam dan belajar bahwa dia bisa mengeluarkan kabut pada kaca. Tiba- tiba ia prihatin bahwa Eliot telah berbohong padanya, ia mulai percaya bahwa ia hidup selama ini. Marah, Eliot segera menyuntik Anna terakhir kali dengan bahan kimia untuk membuatnya mati rasa. Hal ini terlihat bahwa Eliot sebenarnya menyuntik Anna dengan Hydronium Bromide, bahan kimia fiktif yang sebelumnya telah disebutkan, yang mampu melumpuhkan tubuh secara total dalam beberapa saat untuk meniru kematian.

Saat menggali kuburan untuk mengubur Anna, Jack datang dan Eliot menjelaskan bahwa para mayat berkeliaran tanpa tujuan dan hanya mereka berdua dapat melihatnya, dan itu adalah tanggung jawab mereka berdua untuk membantu para mayat tersebut ke dalam kubur. Hal ini tidak pernah sepenuhnya terungkap apakah ini adalah 'metafora' atau 'harfiah', namun Jack setidaknya muncul untuk mengambil itu sebagai 'harfiah'. Sebagai pedoman Jack adalah eekor ayam sakit-sakitan yang telah dirawatnya sebagai tugas sekolah, akhirnya dimasukkan ke dalam peti kotak kertas darurat dan dikubur hidup-hidup karena ayam tersebut ternyata 'tidak benar-benar hidup'.

Anna ditampilkan bangkit ketika sedang dikuburkan, dia mencoba berteriak dan membuka peti matinya untuk berjuang melawan kematian. Dengan perlahan ia pun meninggal dalam peti matinya itu. Setelah pemakaman, Paul minum hingga mabuk berat, dan mengatakan kepada Eliot kalau ia tahu Anna belum mati. Eliot kemudian menawarkan Paul untuk pergi ke kuburan dan mencari tahu sendiri apakah Anna sebenarnya sudah meninggal atau masih hidup. Paul bergegas ke kuburan dengan mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Adegan kemudian terpotong sekilas dengan layar putih sebelum Paul ditampilkan menggali kuburan Anna dan menemukannya hidup kembali. Mereka kemudian saling merangkul dan Anna memberitahu Paul kalau "dia selalu mencintainya." Ketika berpelukan, Paul mendengar suara Anna yang menjelaskan bahwa Eliot telah mempersiapkan sarung tangan dan gunting untuk mengurus tubuhnya. Paul kemudian melihat Anna menghilang dari pelukannya, dan kemudian melihat kilatan cahaya lampu di rumah duka. Ia bangun di kamar duka dimana Eliot telah mempersiapkan mengurus tubuhnya. Paul bilang dia telah melihat Anna, dan Eliot mengatakan kepadanya bahwa ia tidak pernah sampai ke pemakaman karena dia telah mengalami kecelakaan mobil yang membuatnya meninggal dunia.