Alur Cerita
Film dibuka dengan kutipan dari "War Is a Force That Gives Us Meaning", sebuah buku terlaris tahun 2002 karya seorang jurnalis perang bernama Chris Hedges: "The rush of battle is often a potent and lethal addiction, for war is a drug.".
Pada tahun 2004, beberapa tentara AS dari unit Penjinak Bom (EOD) yang dipimpin oleh Staf Sersan Matthew Thompson (Guy Pearce), sedang melakukan sebuah misi rotasi dari Bravo Company di Baghdad. Tim menggunakan sebuah robot militer yang dikendalikan dengan remote control untuk mencari Bom Pinggir Jalan (IED). Salah satu anggota tim, Sersan JT Sanborn (Anthony Mackie), kemudian menemukan IED yang telah disembunyikan di kantong sampah. Ketika Sanborn dan seorang Spesialist bernama Owen Eldridge (Brian Geraghty) mencoba untuk menjinakkan bom dengan menggunakan detonator, salah satu roda gerobak kecil yang digunakan untuk membawa alat pemicu ledakan tersebut lepas. Thompson pun memutuskan untuk menjinakkan bom tersebut sendirian. Setelah menempatkan detonator pada bom, dia mulai berjalan pergi, namun seorang pria yang tak di kenal telah meledakan bom dengan menggunakan sebuah ponsel, yang menewaskan Thompson sebelum dapat mencapai jarak yang aman.
Beberapa waktu kemudian, Sersan Kelas Pertama bernama William James (Jeremy Renner), seorang veteran perang yang telah teruji, tiba sebagai pimpinan baru unit EOD selama tahap awal pasca invasi Irak tahun 2004 untuk menggantikan Thompson. Namun cara yang tidak konvesional dari sikap kepemimpinan James dianggap Sanborn dan Eldridge terlalu sembrono, di mana dia tidak mau menggunakan robot militer sebelum menjinakkan bom, yang membuat ketegangan bagi tim. Seperti ketika mereka ditugaskan untuk menghancurkan beberapa bahan peledak di daerah gurun terpencil, James nekad kembali ke situs detonasi untuk mengambil sarung tangannya. Sanborn yang kesal, secara terbuka merenungkan untuk membunuhnya dengan sengaja memicu ledakan, namun ia tidak melakukan hal itu.
Mereka bertiga kemudian kembali ke marksasnya di Camp Victory yang berada di sekitar Baghdad International Airport (BIAP), di mana tim menemukan sebuah mobil mogok akibat ban bocor beserta lima orang bersenjata dengan memakai pakaian Arab. Setelah bertemu mereka dengan penuh ketegangan, kelima orang tersebut -- Chris (Barrie Rice), Jimmy (Sam Redford), Charlie (Sam Spruell), Feisal (Feisal Sadoun), beserta pemimpinnya (Ralph Fiennes) -- mengungkapkan bahwa diri mereka sebagai tentara bayaran dari Kontraktor Militer Swasta, di mana mereka telah menangkap dua orang tahanan yang diduga sebagai anggota dari 'kartu' permainan pemimpin Irak yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Departemen Pertahanan AS. Mereka semua tiba-tiba di kepung oleh kelompok dengan senjata api. Ketika para tahanan berusaha untuk kabur, pemimpin tentara bayaran tiba-tiba ingat hadiah untuk menangkap mereka "hidup atau mati", sehingga dia menembak mereka berdua. Namun para tentara bayaran kemudian terbunuh oleh penembak jitu musuh. Sanborn dan James kemudian meminjam Barrett untuk dikirim kepada tiga penyerang, sementara Eldridge membunuh penyerang keempat.
Selama serangan di gudang, James menemukan mayat seorang anak laki-laki yang telah di operasi dan ditanami dengan bom yang tidak meledak. Dia menduga anak tersebut bernama Beckham (Christopher Sayegh), seorang anak muda Irak penjual DVD palsu yang sebelumnya sempat berteman dengannya. Selama evakuasi, Letnan Kolonel John Cambridge (Christian Camargo), dari kamp psikiater dan juga teman Eldridge, tewas dalam ledakan. Eldridge menyalahkan dirinya atas kematian sang Kolonel. Ketika James meninggalkan kompleks militer untuk mencari orang yang bertanggung jawab atas kematian Beckham, dia menyusup ke rumah seorang profesor Irak bernama Navid (Nabil Koni), namun pencariannya tidak menemukan apa-apa dan akhirnya ia pergi ketika di usir oleh istri profesor (Nibras Qassem).
Dipanggil untuk menyelidiki sebuah ledakan tangki minyak yang telah memakan banyak korban, James memutuskan sendiri untuk mencari gerilyawan yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut, yang sebenarnya bukan tugas dari tim-nya. Dia menebak bahwa mereka masih berada di luar radius ledakan. Sanborn protes, namun ketika James memimpin keluar untuk melakukan menyergapan, ia dan Eldridge memutuskan untuk mengikuti, yang sebenarnya enggan untuk bergabung. Setelah mereka berpencar, Eldridge ditangkap oleh dua orang gerilya. James dan Sanborn dapat menyelamatkannya, namun juga tak sengaja menembak kaki Eldridge.
Tim James kembali dipanggil untuk misi lain di dua hari terakhir mereka bertugas, di mana seorang warga sipil Irak yang tidak bersalah telah memiliki rompi bom yang terikat di dadanya. James mencoba memotong gembok dengan alat pemotong besi untuk melepas rompi, namun gembok terlalu banyak, dan dia terpaksa meninggalkan pria tersebut terbunuh ketika bom meledak. Sanborn menjadi frustasi dan mengaku kepada James bahwa ia tidak bisa lagi meneruskan misi ini, dan ingin kembali ke rumah dan memiliki seorang putra.
Setelah rotasi Bravo Company berakhir, James kembali ke rumah untuk istrinya, Connie (Evangeline Lilly), beserta anak bayi mereka. Namun, kebosanan terhadap kehidupan sipil yang rutin dan monoton membuatnya menjadi depresi. Suatu malam, James mengaku di depan anaknya bahwa hanya ada satu hal istimewa yang dia sukai dalam hidupnya. Tak lama kemudian, dia mulai melakukan perjalanan tugasnya kembali untuk melayani unit EOD lain.
Saturday, June 16, 2012
Taken (2008)
Alur Cerita
Seorang agen CIA yang sangat terampil, Bryan Mills (Liam Neeson), memutuskan pensiun dari tugasnya demi untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan putri semata wayangnya, Kimmy (Maggie Grace). Dia sering tidak ada di rumah karena bepergian, yang membuatnya menjadi ayah yang jauh dan juga menyebabkan perceraiannya dengan Lenore (Famke Janssen), yang sekarang menjadi mantan istrinya. Mengetahui Kim ingin menjadi penyanyi, Bryan membelikannya sebuah alat karaoke yang mahal untuk ulang tahunnya yang ke-17, hanya untuk dikalahkan dengan hadiah seekor kuda yang diberikan oleh ayah tirinya yang kaya, Stuart (Xander Berkeley).
Mantan rekan Bryan, Sam (Leland Orser), kemudian mempekerjakannya untuk membantu menjaga keamanan konser dari diva pop favorit Kim bernama Sheerah (Holly Valance). Dan ketika di Backstage, Bryan menceritakan kepada Sheerah tentang ambisi putrinya, namun sang diva hanya menepisnya dengan mengatakan: "Bilang pada putrimu untuk memilih karier lain." Setelah konser selesai, segerombolan penggemar meledak melalui gerbang yang terbuka, Bryan menyelamatkan Sheerah dari salah seorang yang mencoba menyerangnya dengan pisau dan segera membawanya pergi ke rumahnya. Dia kemudian menawarkan untuk membantu Kim sebagai ucapan terima kasih kepada Bryan karena telah menyelamatkan hidupnya.
Di hari berikutnya ketika makan malam, Lenore meyakinkan Bryan untuk mengijinkan Kim melakukan liburan ke Paris bersama temannya, Amanda (Katie Cassidy). Bryan enggan menyetujuinya, karena dia tahu bagaimana berbahayanya berada di negara asing ketika sendirian. Namun akhirnya Lenore dapat membujuknya, di mana Bryan memberikan persyaratan kepada putrinya untuk memberinya alamat dan telepon tempat tinggalnya di Paris. Di bandara, Bryan menemukan bahwa Kim tak hanya berniat pergi ke Paris, tapi juga untuk mengikuti tur U2 di Eropa. Lenore segera mengatakan kepada Bryan bahwa dia sudah mengetahui hal itu, dan dia harus membiarkan anaknya pergi.
Setelah tiba di Paris, Kim dan Amanda bertemu dengan seorang pria muda tampan bernama Peter (Nicolas Giraud), yang menawarkan untuk mengambil gambar mereka dan berbagi taksi dengannya. Peter kemudian berhasil membujuk mereka untuk mengajaknya pergi ke pesta dan belajar di mana mereka tinggal. Setelah itu, dia diam-diam menelepon beberapa orang dan memberitahu tentang keberadaan dua gadis tersebut.
Di malam hari ketika Bryan menelepon putrinya, Kim melihat beberapa pria memasuki apartemen yang ditempatinya dan telah menculik Amanda. Bryan segera merekam panggilan tersebut dan menyuruh putrinya untuk bersembunyi di bawah tempat tidur. Kim segera diraih oleh salah satu penculik, namun dia berhasil mengatakan kepada ayahnya tentang ciri-ciri penculik sebelum dia sendiri dibawa mereka pergi. Bryan segera mengirim rekaman kepada Sam untuk dianalisis, di mana Sam mengatakan bahwa Kim dan Amanda telah diculik oleh anggota Mafia Albania, yang mengkhususkan penculikan para remaja untuk diperdagangkan sebagai pelacur. Bryan dan Lenore juga diberitahu bahwa jika Kim tidak diselamatkan dalam waktu 96 jam, dia mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi.
Bryan segera terbang ke Paris dengan menggunakan koneksi dari Stuart, dan setelah sampai di sana, dia menerobos masuk ke dalam apartemen yang ditempati putrinya. Dia kemudian menemukan sebuah refleksi dari gambar Peter yang terekam di foto yang ada di kartu memori ponsel Kim, dan segera kembali ke bandara di mana di sana dia menemukan Peter yang sedang menarik korban lain. Brian pun menyerang dan memukulinya secara brutal hingga dia sendiri diserang oleh rekan Peter. Brian dapat mengalahkan orang tersebut, namun Peter berhasil lolos. Dia segera mengejarnya dan Peter melompat dari jembatan hanya untuk terbunuh oleh sebuah truk yang sedang lewat.
Bryan kemudian mencari bantuan dari teman lamanya, Jean-Claude (Olivier Rabourdin), seorang mantan agen lapangan yang sekarang menjadi Deputi Direktur Keamanan Internal di Perancis. Jean-Claude dapat memberitahu Bryan di mana dia harus memulai mencari putrinya, namun juga memperingatkannya untuk tidak membuat kekacauan. Bryan lalu bertemu seorang penerjemah bernama Gregor (Goran Kostic) dan berbicara dengan seorang wanita pelacur di jalanan, yang hanya untuk diintimidasi oleh bosnya bernama Anton (Radivoje Bukvic). Dengan bantuan Gregor, Bryan segera menuju sebuah rumah bordil yang ada di lokasi konstruksi, dan di sana dia menemukan jaket milik putrinya pada salah satu gadis yang menjadi korban praktik prostitusi. Bryan membawa gadis bersamanya setelah berhasil menewaskan beberapa penjaga di tempat tersebut termasuk Anton.
Gadis tersebut kemudian memberitahu Bryan alamat di mana ia bertemu dengan Kim. Di alamat itulah, Bryan beraksi dengan berpura-pura menjadi seorang polisi korup yang ingin mencari suap. Setelah transaksi singkat, Bryan dapat mengidentifikasi pria yang sebelumnya pernah berbicara dengannya di telepon adalah Marko (Arben Bajraktaraj). Di tempat Marko, Bryan menemukan beberapa gadis yang di tawan termasuk Amanda, yang telah meninggal karena overdosis. Marah dengan apa yang ia lihat, Bryan segera menyiksa Marko menggunakan kursi listrik di ruang bawah tanah. Meskipun awalnya meludahi wajah Bryan, Marko akhirnya mengatakan kepadanya bahwa Kim telah dijual kepada seorang pria bernama St-Clair (Gérard Watkins). Puas dengan informasi yang didapat, Bryan segera membunuhnya dan keluar meninggalkan tempat tersebut.
Bryan lalu tiba-tiba muncul untuk makan malam bersama Jean-Claude dan istrinya, Isabelle (Camille Japy), di mana ia menemukan bahwa Jean-Claude tahu hal-hal yang tidak dia katakan kepadanya. Jean-Claude mencoba untuk menembaknya, namun Bryan sebelumnya telah mengosongkan pistolnya. Bryan kemudian menembak Isabelle di bahunya, dan mengancam akan membunuhnya jika Jean-Claude tidak memberitahu keberadaan St-Clair. Setelah diberitahu, Bryan segera menuju tempat St-Clair dengan menggunakan kartu identitas Jean-Claude. Di sana dia melumpuhkan beberapa penjaga untuk menuju lantai bawah yang digunakan sebagai tempat pelelangan para gadis, dan Kim adalah gadis terakhir yang dijual. Bryan memaksa seorang penawar Arab dengan todongan senjata untuk membeli, namun dia segera tertangkap. Ketika St-Clair belajar siapa Bryan, dia segera memerintahkan anak buahnya untuk membunuhnya, namun Bryan dapat mengatasi semua itu dan berbalik menyiksa St-Clair.
Setelah dapat menyelamatkan putrinya, Bryan segera membawanya kembali di Los Angeles. Dia kemudian memberi kejutan kepada Kim, dengan membawanya mengunjungi Sheerah, untuk belajar menyanyi secara pribadi.
Seorang agen CIA yang sangat terampil, Bryan Mills (Liam Neeson), memutuskan pensiun dari tugasnya demi untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan putri semata wayangnya, Kimmy (Maggie Grace). Dia sering tidak ada di rumah karena bepergian, yang membuatnya menjadi ayah yang jauh dan juga menyebabkan perceraiannya dengan Lenore (Famke Janssen), yang sekarang menjadi mantan istrinya. Mengetahui Kim ingin menjadi penyanyi, Bryan membelikannya sebuah alat karaoke yang mahal untuk ulang tahunnya yang ke-17, hanya untuk dikalahkan dengan hadiah seekor kuda yang diberikan oleh ayah tirinya yang kaya, Stuart (Xander Berkeley).
Mantan rekan Bryan, Sam (Leland Orser), kemudian mempekerjakannya untuk membantu menjaga keamanan konser dari diva pop favorit Kim bernama Sheerah (Holly Valance). Dan ketika di Backstage, Bryan menceritakan kepada Sheerah tentang ambisi putrinya, namun sang diva hanya menepisnya dengan mengatakan: "Bilang pada putrimu untuk memilih karier lain." Setelah konser selesai, segerombolan penggemar meledak melalui gerbang yang terbuka, Bryan menyelamatkan Sheerah dari salah seorang yang mencoba menyerangnya dengan pisau dan segera membawanya pergi ke rumahnya. Dia kemudian menawarkan untuk membantu Kim sebagai ucapan terima kasih kepada Bryan karena telah menyelamatkan hidupnya.
Di hari berikutnya ketika makan malam, Lenore meyakinkan Bryan untuk mengijinkan Kim melakukan liburan ke Paris bersama temannya, Amanda (Katie Cassidy). Bryan enggan menyetujuinya, karena dia tahu bagaimana berbahayanya berada di negara asing ketika sendirian. Namun akhirnya Lenore dapat membujuknya, di mana Bryan memberikan persyaratan kepada putrinya untuk memberinya alamat dan telepon tempat tinggalnya di Paris. Di bandara, Bryan menemukan bahwa Kim tak hanya berniat pergi ke Paris, tapi juga untuk mengikuti tur U2 di Eropa. Lenore segera mengatakan kepada Bryan bahwa dia sudah mengetahui hal itu, dan dia harus membiarkan anaknya pergi.
Setelah tiba di Paris, Kim dan Amanda bertemu dengan seorang pria muda tampan bernama Peter (Nicolas Giraud), yang menawarkan untuk mengambil gambar mereka dan berbagi taksi dengannya. Peter kemudian berhasil membujuk mereka untuk mengajaknya pergi ke pesta dan belajar di mana mereka tinggal. Setelah itu, dia diam-diam menelepon beberapa orang dan memberitahu tentang keberadaan dua gadis tersebut.
Di malam hari ketika Bryan menelepon putrinya, Kim melihat beberapa pria memasuki apartemen yang ditempatinya dan telah menculik Amanda. Bryan segera merekam panggilan tersebut dan menyuruh putrinya untuk bersembunyi di bawah tempat tidur. Kim segera diraih oleh salah satu penculik, namun dia berhasil mengatakan kepada ayahnya tentang ciri-ciri penculik sebelum dia sendiri dibawa mereka pergi. Bryan segera mengirim rekaman kepada Sam untuk dianalisis, di mana Sam mengatakan bahwa Kim dan Amanda telah diculik oleh anggota Mafia Albania, yang mengkhususkan penculikan para remaja untuk diperdagangkan sebagai pelacur. Bryan dan Lenore juga diberitahu bahwa jika Kim tidak diselamatkan dalam waktu 96 jam, dia mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi.
Bryan segera terbang ke Paris dengan menggunakan koneksi dari Stuart, dan setelah sampai di sana, dia menerobos masuk ke dalam apartemen yang ditempati putrinya. Dia kemudian menemukan sebuah refleksi dari gambar Peter yang terekam di foto yang ada di kartu memori ponsel Kim, dan segera kembali ke bandara di mana di sana dia menemukan Peter yang sedang menarik korban lain. Brian pun menyerang dan memukulinya secara brutal hingga dia sendiri diserang oleh rekan Peter. Brian dapat mengalahkan orang tersebut, namun Peter berhasil lolos. Dia segera mengejarnya dan Peter melompat dari jembatan hanya untuk terbunuh oleh sebuah truk yang sedang lewat.
Bryan kemudian mencari bantuan dari teman lamanya, Jean-Claude (Olivier Rabourdin), seorang mantan agen lapangan yang sekarang menjadi Deputi Direktur Keamanan Internal di Perancis. Jean-Claude dapat memberitahu Bryan di mana dia harus memulai mencari putrinya, namun juga memperingatkannya untuk tidak membuat kekacauan. Bryan lalu bertemu seorang penerjemah bernama Gregor (Goran Kostic) dan berbicara dengan seorang wanita pelacur di jalanan, yang hanya untuk diintimidasi oleh bosnya bernama Anton (Radivoje Bukvic). Dengan bantuan Gregor, Bryan segera menuju sebuah rumah bordil yang ada di lokasi konstruksi, dan di sana dia menemukan jaket milik putrinya pada salah satu gadis yang menjadi korban praktik prostitusi. Bryan membawa gadis bersamanya setelah berhasil menewaskan beberapa penjaga di tempat tersebut termasuk Anton.
Gadis tersebut kemudian memberitahu Bryan alamat di mana ia bertemu dengan Kim. Di alamat itulah, Bryan beraksi dengan berpura-pura menjadi seorang polisi korup yang ingin mencari suap. Setelah transaksi singkat, Bryan dapat mengidentifikasi pria yang sebelumnya pernah berbicara dengannya di telepon adalah Marko (Arben Bajraktaraj). Di tempat Marko, Bryan menemukan beberapa gadis yang di tawan termasuk Amanda, yang telah meninggal karena overdosis. Marah dengan apa yang ia lihat, Bryan segera menyiksa Marko menggunakan kursi listrik di ruang bawah tanah. Meskipun awalnya meludahi wajah Bryan, Marko akhirnya mengatakan kepadanya bahwa Kim telah dijual kepada seorang pria bernama St-Clair (Gérard Watkins). Puas dengan informasi yang didapat, Bryan segera membunuhnya dan keluar meninggalkan tempat tersebut.
Bryan lalu tiba-tiba muncul untuk makan malam bersama Jean-Claude dan istrinya, Isabelle (Camille Japy), di mana ia menemukan bahwa Jean-Claude tahu hal-hal yang tidak dia katakan kepadanya. Jean-Claude mencoba untuk menembaknya, namun Bryan sebelumnya telah mengosongkan pistolnya. Bryan kemudian menembak Isabelle di bahunya, dan mengancam akan membunuhnya jika Jean-Claude tidak memberitahu keberadaan St-Clair. Setelah diberitahu, Bryan segera menuju tempat St-Clair dengan menggunakan kartu identitas Jean-Claude. Di sana dia melumpuhkan beberapa penjaga untuk menuju lantai bawah yang digunakan sebagai tempat pelelangan para gadis, dan Kim adalah gadis terakhir yang dijual. Bryan memaksa seorang penawar Arab dengan todongan senjata untuk membeli, namun dia segera tertangkap. Ketika St-Clair belajar siapa Bryan, dia segera memerintahkan anak buahnya untuk membunuhnya, namun Bryan dapat mengatasi semua itu dan berbalik menyiksa St-Clair.
Setelah dapat menyelamatkan putrinya, Bryan segera membawanya kembali di Los Angeles. Dia kemudian memberi kejutan kepada Kim, dengan membawanya mengunjungi Sheerah, untuk belajar menyanyi secara pribadi.
Centurion (2010)
Pada tahun 117 M, kekaisaran Romawi berdiri dari padang pasir Afrika hingga lautan Kaspia, namun barisan depan yang terjauh dan belum di taklukan adalah Inggris Utara. Di tanah tanpa ampun inilah, pasukan Romawi alami perlawanan kuat dari orang-orang yang di kenal sebagai Picts, penduduk asli dari dataran tinggi Skotlandia. Suku Picts yang di bawah kepemimpinan raja mereka, Gorlacon (Ulrich Thomsen), menggunakan taktik Guerrilla dan telah menaklukkan pos-pos pasukan Romawi satu persatu. Prajurit Romawi bernama Quintus Dias (Michael Fassbender) adalah satu-satunya yang selamat dari serangan tersebut. Meski sempat ditawan oleh Vortix (Dave Legeno) dari suku Picts, namun Dias bisa melarikan diri. Sementara itu, Agricola (Paul Freeman), seorang gubernur yang terlibat dalam penaklukan Romawi di Britania tersebut, ingin memperoleh bantuan dengan pemerintah pusat dan berharap mencari jalan untuk kembali ke Romawi dengan aman. Dia pun mengirimkan pasukan dari Legiun Ke-9 ke garis depan di bawah komando seorang jendral bernama Titus Flavius Virilus (Dominic West), dengan perintah untuk membasmi ancaman para Pict. Dalam pasukan itu, terdapat seorang pencari jejak bernama Etain (Olga Kurylenko), yang akan membawa pasukan menuju lokasi persembunyian suku Picts.
Saat pasukan tiba di Utara, mereka menemukan Dias yang dikejar oleh tiga orang anak buah Gorlacon. Setelah membunuh ketiga orang tersebut dan menyelamatkan Dias, Virilus belajar bahwa ayah Dias adalah seorang gladiator yang terkenal, yang memenangkan pertarungan agar dapat memperoleh kebebasannya. Dias segera bertemu dan berteman dengan dua perwira Romawi di Legiun Ke-9; seorang veteran bernama Bothos (David Morrissey) dan seorang prajurit muda bernama Thax (JJ Feild).
Namun pasukan tidak tahu bahwa mereka sebenarnya dijebak oleh Etain, yang tak lain adalah anggota suku Picts. Etain ternyata sangat membenci kekaisaran Romawi, karena mereka yang telah menjadikannya tidak dapat bicara, juga yang telah memusnahkan desanya dan membunuh kedua orangtuanya. Dalam penyergapan tersebut, suku Picts akhirnya dapat menghabisi Legiun Ke-9 dan telah menangkap Virilus. Belajar bahwa jendralnya telah ditawan, Dias, Bothos dan Thax, beserta empat korban lainnya -- seorang veteran bernama Brick (Liam Cunningham), dua prajurit Yunani-Romawi bernama Macros (Noel Clarke) dan Leonidas (Dimitri Leonidas), serta seorang juru masak dari pegunungan Hindu Kush bernama Tarak (Riz Ahmed) -- segera berangkat untuk membebaskannya. Setelah melakukan perjalanan beberapa hari, mereka akhirnya dapat menemukan pemukiman suku Picts namun gagal untuk membebaskan Virilus, di mana sang jendral menyuruh mereka untuk meninggalkannya dan segera kembali ke Romawi. Keesokan paginya, Virilus akhirnya terbunuh setelah dia dipaksa untuk bertarung dengan Etain.
Mereka semua pun berupaya kembali ke Romawi. Sementara Etain, Vortix, beserta delapan orang dari suku Picts dikirim untuk membunuh mereka. Tarak kemudian terbunuh sebelum ia bisa melompat ke sungai dari atas tebing, sedangkan Macros, bersama dengan Thax terpisah dari yang lainnya hingga dia sendiri tewas ketika berusaha lari dari kejaran seekor serigala yang menyerangnya. Ketika Dias dan kelompoknya mendirikan sebuah kamp untuk bermalam, hanya untuk menyadari bahwa kelompok Etain juga telah mendirikan kamp di dekatnya. Dias dan Brick pun memutuskan untuk menyerang mereka dan berhasil membunuh tiga orang dari suku Picts. Ketika keduanya kembali, mereka menemukan bahwa Etain telah membunuh Leonidas dan melukai Bothos.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dan menemukan sebuah gubuk yang ditinggali oleh Arianne (Imogen Poots), seorang wanita dari suku Picts yang telah di usir karena dituduh sebagai dukun, yang kemudian berteman dengannya. Ketika Etain tiba di hari berikutnya, Arianne menghadapinya sementara ketiga prajurit Romawi bersembunyi di bawah papan lantai. Keesokan paginya, mereka bertiga meninggalkan Arianne, yang sebelumnya telah mengembangkan sebuah hubungan dengan Dias, memberikan mereka makanan tambahan untuk melakukan perjalanan menuju pos pasukan Romawi lainnya yang ada di dekatnya.
Setibanya di sana, mereka merasa ditinggalkan oleh pasukan, dan belajar bahwa pasukan Romawi telah mundur untuk membentuk garis pertahanan baru di Selatan atas perintah dari Kaisar Hadrian. Ketika mereka melihat Etain dan kelompoknya juga tiba di sana, mereka segera mendirikan posisi defensif di dalam pos. Setelah berjuang sekuat tenaga, ketiga prajurit Romawi ini akhirnya berhasil memusnahkan mereka semua, namun Brick terbunuh dengan tombak yang sebelumnya dilemparkan oleh Etain sebelum mati.
Ketika mereka mendirikan kamp untuk bermalam, Dias dan Bothos akhirnya bertemu kembali dengan Thax, dan ketiganya segera meneruskan perjalanan. Setelah mencapai garis pertahanan baru yang dibuat oleh pasukan Romawi, Thax mengancam Dias, yang mengatakan bahwa dia akan melaporkan kejahatannya. Keduanya pun bertarung dan Dias berhasil mengalahkannya. Sementara Bothos yang mencoba untuk memasuki gerbang, dia terbunuh oleh prajurit Romawi yang keliru menganggapnya sebagai orang dari suku Picts. Di sana Dias kemudian melaporkan pemusnahan dari Legiun Ke-9 kepada gubernur. Tak ingin kembali ke Romawi dengan membawa berita kegagalan pasukannya, Agricola bersama dengan tiga jenderal dari Romawi -- Antoninus (Michael Carter), Tesio (Tom Mannion) dan Cassius (Peter Guinness) -- akhirnya memutuskan untuk merahasiakan tentang nasib dari Legiun Ke-9 tersebut untuk umum, dan berencana untuk membunuh Dias.
Putri gubernur bernama Druzilla (Rachael Stirling), kemudian dipercaya untuk membunuh Dias, namun Dias mengetahui hal itu dan dia berhasil menggagalkannya. Dias menghadapkan Druzilla dan segera belajar bahwa mereka ingin mengubur kebenaran tentang kematian Jenderal Virilus dan nasib dari Legiun Ke-9 bersama dengan dirinya. Mengetahui hal itu, Dias segera melarikan diri menuju gubuk Arianne di hutan.
Ironclad (2011)
Alur Cerita
Di Inggris pada tahun 1215, selama 16 tahun dalam pemerintahan Raja Yohanes (Paul Giamatti), seorang raja yang telah memungut pajak yang tinggi dan juga telah meniduri istri para Baron (Bangsawan). Para Baron akhirnya memberontak dan raja pun terjebak dalam perang sipil berdarah yang berlangsung lebih dari tiga tahun, hingga kedua pasukan pun berjatuhan. Saat itulah, Ksatria Templar dilibatkan dan dengan bantuan mereka sang raja beserta pasukannya akhirnya dapat dikalahkan. Namun raja Inggris ini masih dapat berkuasa dengan satu syarat, ia harus menandatangani Magna Carta, sebuah piagam di mana hak asasi rakyat dikembalikan sehingga dapat membatasi kekuatan kerajaan.
Tak lama kemudian, Raja Yohanes telah mengingkari janjinya dan mulai mengeksekusi siapapun yang telah mendukung Magna Carta, termasuk akan membalas dendam terhadap para baron yang mempermalukan dirinya. Dia kemudian merekrut pasukan tentara bayaran dari Denmark dengan berjanji kepada pimpinan mereka, Tiberius (Vladimir Kulich), bahwa Paus akan menetapkan para misionaris keluar dari Denmark.
Seorang kepala biara bernama Markus (Marcus Hoyland), membawa tiga prajurit Templar yang telah mengambil sumpah diam untuk mencari tempat berlindung dari badai di kastil milik Baron Darnay (David Melville) pada perjalanan menuju gereja Canterbury. Markus kemudian berbicara dengan Thomas Marshall (James Purefoy), salah satu Ksatria Templar dan berjanji akan membebaskan Marshall dari Dewan Templar setelah mereka tiba di Canterbury. Keesokan paginya, Raja Yohanes tiba dengan para prajurit Denmark dan menyerbu Kastil Darnay, di mana dia telah memerintah orang Denmark untuk menggantung Darnay, dan juga memotong lidah Markus ketika ia mencoba untuk campur tangan. Marshall dan dua ksatria lainnya akhirnya melawan para tentara Denmark, di mana Marshall berhasil melarikan diri dari kastil dengan membawa Markus, sementara dua ksatria lainnya gugur. Setelah itu, si kepala biara meninggal karena luka-lukanya dan Marshall pun melanggar sumpahnya untuk berdiam diri sambil berjanji bahwa pengorbanannya tidak akan sia-sia.
Ketika tiba di gereja Canterbury, Marshall bertemu dengan Uskup Agung Stephen Langton (Charles Dance) dan seorang mantan prajurit yang sekarang sudah menjadi pedagang katun, Baron William de Albany (Brian Cox). Langton kemudian mengungkapkan bahwa Paus telah memihak kepada Raja Yohanes dan bahwa ia sendiri dikucilkan karena telah menulis Magna Carta. Ketiganya pun setuju untuk menghentikan raja, dan untuk melakukannya adalah dengan mengambil alih Kastil Rochester, tempat strategis yang mendominasi rute selatan Inggris.
Albany kemudian membujuk empat mantan anak buahnya -- Marks (Mackenzie Crook), Wulfstan (Rhys Parry Jones), Becket (Jason Flemyng) dan Coteral (Jamie Foreman) -- untuk bergabung dengannya, termasuk seorang pengawal muda bernama Guy (Aneurin Barnard). Ketujuh orang ini akhirnya berangkat ke Kastil Rochester di mana mereka menemukan enam tentara dari pasukan Denmark sudah berada di sana. Kubu Albany pun bertempur dan membunuh para pengintai Denmark, dan kemudian mengambil alih kastil dari Baron Cornhill (Derek Jacobi) atas nama pemberontak. Ketika pasukan Raja Yohanes tiba untuk mengepung kastil, para pemberontak berhasil memukul mundur serangan mereka.
Dalam serangan selanjutnya, kubu Denmark telah membangun sebuah menara penyerangan, namun para pemberontak dapat menghancurkannya hingga Becket tewas dalam penyerangan tersebut. Setelah kejadian itu, Raja tidak muncul kembali hingga musim telah berganti, di mana penghuni kastil telah dilanda kelaparan. Marshall kemudian meninggalkan kastil di malam hari dan mencuri makanan dari kamp Raja, yang membuatnya dikejar oleh para tentara Denmark dan akhirnya berhasil kembali ke kastil. Setelah beberapa bulan berada disana, Marshall akhirnya melanggar sumpahnya sebagai Ksatria Templar akibat kedekatannya dengan istri Cornhill, Putri Isabel (Kate Mara).
Tiberius yang mendapatkan tekanan dari Raja Yohanes untuk menaklukkan benteng Rochester, dia dan pasukannya kembali membuat penyerangan dan sebagian dari mereka berhasil menyelinap masuk sebelum fajar untuk membuka gerbang benteng dari dalam. Mereka pun menyebabkan kekacauan di dasar benteng sementara yang lainnya melakukan pembantaian terhadap garnisun. Selama penyerangan inilah, Albany terluka dan Marshall yang kembali mengenakan perlengkapan perangnya melawan para tentara Denmark, menghemat waktu bagi para korban untuk kembali ke benteng.
Albany diseret sebelum Raja memaksanya untuk menyaksikan tangan dua orang tahanan dipotong, dan setelah menentangnya untuk menyerah, ia mengalami nasib yang sama dan kemudian dibunuh. Belajar dari kejadian itu, Cornhill mencoba untuk menyerah namun setelah dihentikan oleh Guy, dia menuju lantai kamar tidurnya untuk melakukan bunuh diri sebagai gantinya. Serangan terakhir pun kembali dilakukan, di mana Raja menyuruh para prajurit Denmark untuk menggali tambang bawah kastil dengan menggunakan beberapa ekor babi yang dibakar untuk memberikan panas.
Dalam serangan terakhir tersebut, para pemberontak terbunuh kecuali Guy, Isabel, dan Marshall yang pingsan oleh puing-puing reruntuhan. Guy keluar untuk bertempur di mana dia bertemu Tiberius dan hampir tewas sebelum Marshall yang telah sadar turut campur. Marshall menantang Tiberius untuk berduel, dan dia akhirnya dapat membunuh kapten pasukan Denmark tersebut setelah pertarungan yang melelahkan. Suara terompet tanduk kemudian terdengar dari kejauhan saat para tentara Perancis tiba untuk bergabung dengan para pemberontak, di mana Yohanes dan para pasukan Denmark yang tersisa melarikan diri dengan panik. Marshall akhirnya bertemu dengan Pangeran Louis dan Uskup Agung Langton di pintu gerbang istana, yang mengatakan bahwa ia sekarang bebas dari Dewan Templar. Mengakui Pangeran Louis sebagai raja baru Inggris, Marshall pergi mengendarai kuda dengan Isabel.
Film berakhir saat epilog yang menjelaskan bahwa dalam pelariannya, Raja Yohanes meninggal karena disentri. Dan seiring waktu berlalu, benteng Rochester masih berdiri sampai sekarang, begitu juga mimpi mulia Magna Carta.
Di Inggris pada tahun 1215, selama 16 tahun dalam pemerintahan Raja Yohanes (Paul Giamatti), seorang raja yang telah memungut pajak yang tinggi dan juga telah meniduri istri para Baron (Bangsawan). Para Baron akhirnya memberontak dan raja pun terjebak dalam perang sipil berdarah yang berlangsung lebih dari tiga tahun, hingga kedua pasukan pun berjatuhan. Saat itulah, Ksatria Templar dilibatkan dan dengan bantuan mereka sang raja beserta pasukannya akhirnya dapat dikalahkan. Namun raja Inggris ini masih dapat berkuasa dengan satu syarat, ia harus menandatangani Magna Carta, sebuah piagam di mana hak asasi rakyat dikembalikan sehingga dapat membatasi kekuatan kerajaan.
Tak lama kemudian, Raja Yohanes telah mengingkari janjinya dan mulai mengeksekusi siapapun yang telah mendukung Magna Carta, termasuk akan membalas dendam terhadap para baron yang mempermalukan dirinya. Dia kemudian merekrut pasukan tentara bayaran dari Denmark dengan berjanji kepada pimpinan mereka, Tiberius (Vladimir Kulich), bahwa Paus akan menetapkan para misionaris keluar dari Denmark.
Seorang kepala biara bernama Markus (Marcus Hoyland), membawa tiga prajurit Templar yang telah mengambil sumpah diam untuk mencari tempat berlindung dari badai di kastil milik Baron Darnay (David Melville) pada perjalanan menuju gereja Canterbury. Markus kemudian berbicara dengan Thomas Marshall (James Purefoy), salah satu Ksatria Templar dan berjanji akan membebaskan Marshall dari Dewan Templar setelah mereka tiba di Canterbury. Keesokan paginya, Raja Yohanes tiba dengan para prajurit Denmark dan menyerbu Kastil Darnay, di mana dia telah memerintah orang Denmark untuk menggantung Darnay, dan juga memotong lidah Markus ketika ia mencoba untuk campur tangan. Marshall dan dua ksatria lainnya akhirnya melawan para tentara Denmark, di mana Marshall berhasil melarikan diri dari kastil dengan membawa Markus, sementara dua ksatria lainnya gugur. Setelah itu, si kepala biara meninggal karena luka-lukanya dan Marshall pun melanggar sumpahnya untuk berdiam diri sambil berjanji bahwa pengorbanannya tidak akan sia-sia.
Ketika tiba di gereja Canterbury, Marshall bertemu dengan Uskup Agung Stephen Langton (Charles Dance) dan seorang mantan prajurit yang sekarang sudah menjadi pedagang katun, Baron William de Albany (Brian Cox). Langton kemudian mengungkapkan bahwa Paus telah memihak kepada Raja Yohanes dan bahwa ia sendiri dikucilkan karena telah menulis Magna Carta. Ketiganya pun setuju untuk menghentikan raja, dan untuk melakukannya adalah dengan mengambil alih Kastil Rochester, tempat strategis yang mendominasi rute selatan Inggris.
Albany kemudian membujuk empat mantan anak buahnya -- Marks (Mackenzie Crook), Wulfstan (Rhys Parry Jones), Becket (Jason Flemyng) dan Coteral (Jamie Foreman) -- untuk bergabung dengannya, termasuk seorang pengawal muda bernama Guy (Aneurin Barnard). Ketujuh orang ini akhirnya berangkat ke Kastil Rochester di mana mereka menemukan enam tentara dari pasukan Denmark sudah berada di sana. Kubu Albany pun bertempur dan membunuh para pengintai Denmark, dan kemudian mengambil alih kastil dari Baron Cornhill (Derek Jacobi) atas nama pemberontak. Ketika pasukan Raja Yohanes tiba untuk mengepung kastil, para pemberontak berhasil memukul mundur serangan mereka.
Dalam serangan selanjutnya, kubu Denmark telah membangun sebuah menara penyerangan, namun para pemberontak dapat menghancurkannya hingga Becket tewas dalam penyerangan tersebut. Setelah kejadian itu, Raja tidak muncul kembali hingga musim telah berganti, di mana penghuni kastil telah dilanda kelaparan. Marshall kemudian meninggalkan kastil di malam hari dan mencuri makanan dari kamp Raja, yang membuatnya dikejar oleh para tentara Denmark dan akhirnya berhasil kembali ke kastil. Setelah beberapa bulan berada disana, Marshall akhirnya melanggar sumpahnya sebagai Ksatria Templar akibat kedekatannya dengan istri Cornhill, Putri Isabel (Kate Mara).
Tiberius yang mendapatkan tekanan dari Raja Yohanes untuk menaklukkan benteng Rochester, dia dan pasukannya kembali membuat penyerangan dan sebagian dari mereka berhasil menyelinap masuk sebelum fajar untuk membuka gerbang benteng dari dalam. Mereka pun menyebabkan kekacauan di dasar benteng sementara yang lainnya melakukan pembantaian terhadap garnisun. Selama penyerangan inilah, Albany terluka dan Marshall yang kembali mengenakan perlengkapan perangnya melawan para tentara Denmark, menghemat waktu bagi para korban untuk kembali ke benteng.
Albany diseret sebelum Raja memaksanya untuk menyaksikan tangan dua orang tahanan dipotong, dan setelah menentangnya untuk menyerah, ia mengalami nasib yang sama dan kemudian dibunuh. Belajar dari kejadian itu, Cornhill mencoba untuk menyerah namun setelah dihentikan oleh Guy, dia menuju lantai kamar tidurnya untuk melakukan bunuh diri sebagai gantinya. Serangan terakhir pun kembali dilakukan, di mana Raja menyuruh para prajurit Denmark untuk menggali tambang bawah kastil dengan menggunakan beberapa ekor babi yang dibakar untuk memberikan panas.
Dalam serangan terakhir tersebut, para pemberontak terbunuh kecuali Guy, Isabel, dan Marshall yang pingsan oleh puing-puing reruntuhan. Guy keluar untuk bertempur di mana dia bertemu Tiberius dan hampir tewas sebelum Marshall yang telah sadar turut campur. Marshall menantang Tiberius untuk berduel, dan dia akhirnya dapat membunuh kapten pasukan Denmark tersebut setelah pertarungan yang melelahkan. Suara terompet tanduk kemudian terdengar dari kejauhan saat para tentara Perancis tiba untuk bergabung dengan para pemberontak, di mana Yohanes dan para pasukan Denmark yang tersisa melarikan diri dengan panik. Marshall akhirnya bertemu dengan Pangeran Louis dan Uskup Agung Langton di pintu gerbang istana, yang mengatakan bahwa ia sekarang bebas dari Dewan Templar. Mengakui Pangeran Louis sebagai raja baru Inggris, Marshall pergi mengendarai kuda dengan Isabel.
Film berakhir saat epilog yang menjelaskan bahwa dalam pelariannya, Raja Yohanes meninggal karena disentri. Dan seiring waktu berlalu, benteng Rochester masih berdiri sampai sekarang, begitu juga mimpi mulia Magna Carta.
Monday, June 4, 2012
The Thing (2011)
Kelihatannya tren film lawas dibuat kisah baru setelah rentang waktu yang sangat lama masih berlanjut pada 2011. Apabila sebelumnya kisah-kisah yang ada merupakan sekuel dari kisah sebelumnya, dalam The Thing, kisah yang ada merupakan prekuel dari film berjudul sama yang rilis 29 tahun sebelumnya. Berhubung rentang waktu yang sangat lama dan bersetingkan sebelum kejadian versi tahun 1982, tidak ada satupun pemain film pertamanya yang dipanggil kembali untuk memerankan salah satu karakter penting, termasuk aktor utamanya, Kurt Russell.
Film arahan sutradara asal Belanda Matthijs van Heijningen Jr. ini sendiri bukanlah film daur ulang pertama yang mengangkat kisah tentang alien yang diadaptasi dari novel fiksi ilmiah yang diterbitkan pada 1938 berjudul Who Goes There? buah pena John W. Campbell, Jr. ini. The Thing versi 1982 yang merupakan arahan sutradara John Carpenter merupakan daur ulang dari film berjudul The Thing from Another World (1951) arahan sutradara Christian Nyby. Dalam film versi tahun 2011 yang naskahnya dikerjakan oleh Eric Heisserer ini menjadi debut layar lebar bagi van Heijningen Jr., di mana sebelumnya sineas yang akrab disapa De Zoon Van ini baru menggawangi sebuah film pendek dan sebuah film direct to video.
Film yang diperkirakan menghabiskan dana sebesar $38 juta untuk biaya produksinya ini melakukan sebagian besar proses pengambilan gambar di Pinewood Toronto Studios, Kanada pada 22 Maret 2010 hingga 28 Juni 2010. Film ini memang tetap mengusung nuansa yang sama dengan versi tahun 1982. Alur kisah yang ditawarkan sebenarnya sangat sederhana dan lebih bertumpu pada ketakutan dan ketidakpastian di antara para karakter yang dimainkan oleh Mary Elizabeth Winstead, Joel Edgerton, Ulrich Thomsen, Adewale Akinnuoye-Agbaje, serta Eric Christian Olsen ini.
Tak ada yang istimewa dari sisi akting mereka, begitu juga dengan naskah yang mendasarinya. Yang cukup menarik mungkin adalah keputusan untuk mempertahankan nuansa versi John Carpenter. Agar visualisasi alien yang ada pada film yang diproduseri oleh Marc Abraham bersama Eric Newman ini tidak terlalu berbeda dengan versi orisinalnya, penerapan teknologi tradisional untuk menciptakan spesial efek makhluk yang diinginkan digunakan dalam semua adegan yang memungkinkan. Dirilis pada tanggal 12 Oktober 2011, film yang didistribusikan oleh Universal Pictures ini 'hanya' berhasil meraup pendapatan sebesar $27,428,670 dari peredarannya di seluruh dunia.
Alur Cerita
Pada tahun 1982, sebuah pesawat luar angkasa ditemukan di bawah es Antartika oleh sekelompok ilmuwan asal Norwegia: Edvard Wolner (Trond Espen Seim), Jonas (Kristofer Hivju), Olav (Jan Gunnar Røise), Karl (Carsten Bjørnlund), Juliette (Kim Bubbs), Lars (Jørgen Langhelle), Henrik (Jo Adrian Haavind), Colin (Jonathan Lloyd Walker) dan Peder (Stig Henrik Hoff). Setelah itu, seorang pakar paleontologi bernama Kate Lloyd (Mary Elizabeth Winstead) kemudian direkrut oleh Dr. Sander Halvorson (Ulrich Thomsen) untuk menyelidiki penemuan tersebut. Bersama asistennya; Adam Finch (Eric Christian Olsen), Sander kemudian membawa Kate dalam perjalanan ke pangkalan dengan menggunakan helikopter yang diawaki oleh tiga veteran dari Perang Vietnam; Carter (Joel Edgerton), Derek (Adewale Akinnuoye-Agbaje) dan Griggs (Paul Braunstein). Selain pesawat ruang angkasa, tim juga telah menemukan alien yang sepertinya terkubur hidup-hidup dalam es.
Sebuah eksperimen yang mereka lakukan ternyata malah membangkitkan makhluk dari luar angkasa tersebut, yang telah keluar dari es dan kabur dari kamp mereka. Tim kemudian disiagakan untuk mencarinya dan menemukan bahwa alien telah membunuh anjing milik Lars. Olav dan Henrik pun dapat menemukan makhluk tersebut yang kemudian menyerang dan membunuh Henrik. Sisa dari kelompok pun datang dan membakar makhluk yang sama sekali tak bersahabat itu hingga mereka belajar bahwa jaringan sel-selnya masih hidup dan dapat meniru jaringan sel-sel Henrik ketika di otopsi.
Derek, Carter, Griggs dan Olav bersiap meninggalkan kamp dengan helikopter untuk mencari bantuan, sementara Kate menemukan logam berdarah, yang adalah gigi tambalan dekat kamar mandi yang berlumuran darah. Dia pun segera berjalan keluar untuk menurunkan bendera helikopter agar membatalkan kepergiannya. Ketika helikopter mencoba untuk mendarat, Griggs berubah menjadi makhluk menyeramkan dan segera menyerang Olav, hingga menyebabkan helikopter jatuh di pegunungan, dan nampaknya membunuh mereka semua. Ketika Kate kembali ke kamar mandi, dia menemukan darah telah dibersihkan. Tim kemudian setuju untuk pergi ke pangkalan dasar mencoba untuk menemukan bantuan, namun Kate menghadapi mereka dengan teorinya bahwa makhluk tersebut dapat meniru mereka, dan kemungkinan besar sudah melakukannya, namun tim tak mempercayainya. Beberapa saat kemudian, Juliette mengatakan kepada Kate kalau dia baru saja melihat Colin datang dari kamar mandi, keduanya pun segera mengamankan kunci kendaraan untuk mencegah yang lainnya meninggalkan kamp. Sementara Kate mencari kunci, Juliette berubah wujud menjadi alien dan segera menyerangnya. Namun Kate dapat melarikan diri, di mana dia melewati Karl, pada siapa makhluk tersebut memangsa sebagai gantinya. Lars tiba dengan membawa penyembur api dan segera membakar alien tersebut.
Carter dan Derek kembali ke kamp, namun tim tak percaya bahwa mereka bisa selamat dalam kecelakaan. Kate kemudian memiliki ide untuk mengisolasi mereka berdua sampai uji sampel dapat disiapkan untuk memeriksa mereka apakah masih sebagai manusia. Adam dan Sander pun mengerjakan pengujian, namun laboratorium menjadi hancur oleh sabotase ketika keduanya pergi keluar. Kate mengusulkan pengujian lain; percaya bahwa alien tidak bisa meniru material anorganik, dia memeriksa tim dan single keluar bagi mereka yang tidak memiliki gigi tambalan dari logam: Sander, Edvard, Adam, dan Colin. Lars dan Jonas pergi keluar untuk membawa Carter dan Derek untuk diperiksa, namun mereka menemukan keduanya telah lolos. Saat Lars bersandar di dalam gedung untuk mencarinya, ia diraih dan tertarik ke dalam gedung. Kelompok kemudian mendengar Carter dan Derek membobol gedung dan bergegas untuk mencegat mereka. Edvard menekankan Peder untuk membakar keduanya, namun Derek yang sekarang telah memiliki pistol, menembaknya beberapa kali dan menewaskan Peder serta memecahkan tangki gas penyembur api yang dibawanya. Bahan bakar tersebut akhirnya menyebabkan ledakan yang membuat Edvard tak sadarkan diri. Sementara sedang diobati, Edvard berubah menjadi alien, menginfeksi Jonas dan membunuh Derek sebelum mengasimilasi Adam. Kate membakar Jonas dan Derek yang sudah terinfeksi sebelum dia sendiri bersama Carter mengejar alien. Selama pencarian mereka, Sander ditemukan dan telah terinfeksi. Setelah mereka berpisah, makhluk luar angkasa tersebut dapat menyudutkan Carter di dapur, namun Kate segera tiba dan membakarnya sebelum dapat menyerangnya. Dia dan Carter melihat Sander berupaya pergi dari kamp dan mereka mengejarnya dengan menggunakan sisa kendaraan snowcat mereka, dengan tujuan agar dia tidak menularkan terhadap orang lain.
Mereka tiba di pesawat ruang angkasa yang sekarang menjadi aktif. Kate jatuh ke pesawat dan terpisah dari Carter. Dihadapkan dengan alien, Kate menghancurkan dengan sebuah granat, yang ledakannya dapat menonaktifkan pesawat. Saat Kate dan Carter kembali ke kendaraan mereka, Kate menyadari bahwa Carter adalah si makhluk luar angkasa saat ia tak lagi mengenakan anting-antingnya yang sebelumnya ia pakai, Kate pun segera membakarnya dan pergi meninggalkan tempat itu.
Apakah semua yang telah terinfeksi sudah musnah?
Film arahan sutradara asal Belanda Matthijs van Heijningen Jr. ini sendiri bukanlah film daur ulang pertama yang mengangkat kisah tentang alien yang diadaptasi dari novel fiksi ilmiah yang diterbitkan pada 1938 berjudul Who Goes There? buah pena John W. Campbell, Jr. ini. The Thing versi 1982 yang merupakan arahan sutradara John Carpenter merupakan daur ulang dari film berjudul The Thing from Another World (1951) arahan sutradara Christian Nyby. Dalam film versi tahun 2011 yang naskahnya dikerjakan oleh Eric Heisserer ini menjadi debut layar lebar bagi van Heijningen Jr., di mana sebelumnya sineas yang akrab disapa De Zoon Van ini baru menggawangi sebuah film pendek dan sebuah film direct to video.
Film yang diperkirakan menghabiskan dana sebesar $38 juta untuk biaya produksinya ini melakukan sebagian besar proses pengambilan gambar di Pinewood Toronto Studios, Kanada pada 22 Maret 2010 hingga 28 Juni 2010. Film ini memang tetap mengusung nuansa yang sama dengan versi tahun 1982. Alur kisah yang ditawarkan sebenarnya sangat sederhana dan lebih bertumpu pada ketakutan dan ketidakpastian di antara para karakter yang dimainkan oleh Mary Elizabeth Winstead, Joel Edgerton, Ulrich Thomsen, Adewale Akinnuoye-Agbaje, serta Eric Christian Olsen ini.
Tak ada yang istimewa dari sisi akting mereka, begitu juga dengan naskah yang mendasarinya. Yang cukup menarik mungkin adalah keputusan untuk mempertahankan nuansa versi John Carpenter. Agar visualisasi alien yang ada pada film yang diproduseri oleh Marc Abraham bersama Eric Newman ini tidak terlalu berbeda dengan versi orisinalnya, penerapan teknologi tradisional untuk menciptakan spesial efek makhluk yang diinginkan digunakan dalam semua adegan yang memungkinkan. Dirilis pada tanggal 12 Oktober 2011, film yang didistribusikan oleh Universal Pictures ini 'hanya' berhasil meraup pendapatan sebesar $27,428,670 dari peredarannya di seluruh dunia.
Alur Cerita
Pada tahun 1982, sebuah pesawat luar angkasa ditemukan di bawah es Antartika oleh sekelompok ilmuwan asal Norwegia: Edvard Wolner (Trond Espen Seim), Jonas (Kristofer Hivju), Olav (Jan Gunnar Røise), Karl (Carsten Bjørnlund), Juliette (Kim Bubbs), Lars (Jørgen Langhelle), Henrik (Jo Adrian Haavind), Colin (Jonathan Lloyd Walker) dan Peder (Stig Henrik Hoff). Setelah itu, seorang pakar paleontologi bernama Kate Lloyd (Mary Elizabeth Winstead) kemudian direkrut oleh Dr. Sander Halvorson (Ulrich Thomsen) untuk menyelidiki penemuan tersebut. Bersama asistennya; Adam Finch (Eric Christian Olsen), Sander kemudian membawa Kate dalam perjalanan ke pangkalan dengan menggunakan helikopter yang diawaki oleh tiga veteran dari Perang Vietnam; Carter (Joel Edgerton), Derek (Adewale Akinnuoye-Agbaje) dan Griggs (Paul Braunstein). Selain pesawat ruang angkasa, tim juga telah menemukan alien yang sepertinya terkubur hidup-hidup dalam es.
Sebuah eksperimen yang mereka lakukan ternyata malah membangkitkan makhluk dari luar angkasa tersebut, yang telah keluar dari es dan kabur dari kamp mereka. Tim kemudian disiagakan untuk mencarinya dan menemukan bahwa alien telah membunuh anjing milik Lars. Olav dan Henrik pun dapat menemukan makhluk tersebut yang kemudian menyerang dan membunuh Henrik. Sisa dari kelompok pun datang dan membakar makhluk yang sama sekali tak bersahabat itu hingga mereka belajar bahwa jaringan sel-selnya masih hidup dan dapat meniru jaringan sel-sel Henrik ketika di otopsi.
Derek, Carter, Griggs dan Olav bersiap meninggalkan kamp dengan helikopter untuk mencari bantuan, sementara Kate menemukan logam berdarah, yang adalah gigi tambalan dekat kamar mandi yang berlumuran darah. Dia pun segera berjalan keluar untuk menurunkan bendera helikopter agar membatalkan kepergiannya. Ketika helikopter mencoba untuk mendarat, Griggs berubah menjadi makhluk menyeramkan dan segera menyerang Olav, hingga menyebabkan helikopter jatuh di pegunungan, dan nampaknya membunuh mereka semua. Ketika Kate kembali ke kamar mandi, dia menemukan darah telah dibersihkan. Tim kemudian setuju untuk pergi ke pangkalan dasar mencoba untuk menemukan bantuan, namun Kate menghadapi mereka dengan teorinya bahwa makhluk tersebut dapat meniru mereka, dan kemungkinan besar sudah melakukannya, namun tim tak mempercayainya. Beberapa saat kemudian, Juliette mengatakan kepada Kate kalau dia baru saja melihat Colin datang dari kamar mandi, keduanya pun segera mengamankan kunci kendaraan untuk mencegah yang lainnya meninggalkan kamp. Sementara Kate mencari kunci, Juliette berubah wujud menjadi alien dan segera menyerangnya. Namun Kate dapat melarikan diri, di mana dia melewati Karl, pada siapa makhluk tersebut memangsa sebagai gantinya. Lars tiba dengan membawa penyembur api dan segera membakar alien tersebut.
Carter dan Derek kembali ke kamp, namun tim tak percaya bahwa mereka bisa selamat dalam kecelakaan. Kate kemudian memiliki ide untuk mengisolasi mereka berdua sampai uji sampel dapat disiapkan untuk memeriksa mereka apakah masih sebagai manusia. Adam dan Sander pun mengerjakan pengujian, namun laboratorium menjadi hancur oleh sabotase ketika keduanya pergi keluar. Kate mengusulkan pengujian lain; percaya bahwa alien tidak bisa meniru material anorganik, dia memeriksa tim dan single keluar bagi mereka yang tidak memiliki gigi tambalan dari logam: Sander, Edvard, Adam, dan Colin. Lars dan Jonas pergi keluar untuk membawa Carter dan Derek untuk diperiksa, namun mereka menemukan keduanya telah lolos. Saat Lars bersandar di dalam gedung untuk mencarinya, ia diraih dan tertarik ke dalam gedung. Kelompok kemudian mendengar Carter dan Derek membobol gedung dan bergegas untuk mencegat mereka. Edvard menekankan Peder untuk membakar keduanya, namun Derek yang sekarang telah memiliki pistol, menembaknya beberapa kali dan menewaskan Peder serta memecahkan tangki gas penyembur api yang dibawanya. Bahan bakar tersebut akhirnya menyebabkan ledakan yang membuat Edvard tak sadarkan diri. Sementara sedang diobati, Edvard berubah menjadi alien, menginfeksi Jonas dan membunuh Derek sebelum mengasimilasi Adam. Kate membakar Jonas dan Derek yang sudah terinfeksi sebelum dia sendiri bersama Carter mengejar alien. Selama pencarian mereka, Sander ditemukan dan telah terinfeksi. Setelah mereka berpisah, makhluk luar angkasa tersebut dapat menyudutkan Carter di dapur, namun Kate segera tiba dan membakarnya sebelum dapat menyerangnya. Dia dan Carter melihat Sander berupaya pergi dari kamp dan mereka mengejarnya dengan menggunakan sisa kendaraan snowcat mereka, dengan tujuan agar dia tidak menularkan terhadap orang lain.
Mereka tiba di pesawat ruang angkasa yang sekarang menjadi aktif. Kate jatuh ke pesawat dan terpisah dari Carter. Dihadapkan dengan alien, Kate menghancurkan dengan sebuah granat, yang ledakannya dapat menonaktifkan pesawat. Saat Kate dan Carter kembali ke kendaraan mereka, Kate menyadari bahwa Carter adalah si makhluk luar angkasa saat ia tak lagi mengenakan anting-antingnya yang sebelumnya ia pakai, Kate pun segera membakarnya dan pergi meninggalkan tempat itu.
Apakah semua yang telah terinfeksi sudah musnah?
Subscribe to:
Posts (Atom)