Ketika Walt Disney merilis Tron untuk pertama kalinya pada tahun 1982, film tersebut mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para kritikus film dunia. Walau kebanyakan pendapat yang muncul turut menggarisbawahi kekurangan film ini dalam memberikan jalan cerita yang kuat, namun penggunaan teknologi yang jauh lebih maju dari masanya di dalam jalan cerita film ini mampu menjadikan film ini meraih banyak penggemar yang terus memujanya hingga saat ini. Wajar jika hampir 30 tahun kemudian, Walt Disney memutuskan untuk membangkitkan kembali memori banyak penggemar film dunia akan film ini dengan membuatkan film tersebut sebuah sekuel, Tron: Legacy, dengan tentu saja menggunakan teknologi perfilman yang telah amat jauh berkembang.
Sudah merupakan hal yang lumrah apabila dalam satu tahun para penikmat film mendapat suguhan film yang memiliki formula atau kesamaan karakteristik unik dengan film lainnya yang dirilis dalam jangka waktu berdekatan, yang pada akhirnya terutama oleh kalangan kritikus fenomena menarik dan mencolok ini dijadikan label untuk menandai fenomena menarik apa yang terjadi di masa perilisan film-film di tahun tersebut. Untuk tahun 2010 ini fenomena menarik yang ada adalah kehadiran film sekuel yang memiliki rentang lebih dari 20 tahun sejak kemunculan film pertamanya, salah satunya film ini, Tron: Legacy. Masih berkaitan langsung dengan film pertamanya, fokus cerita masih berputar sekitar polemik yang dialami keluarga Flynn, tokoh utama dalam film pertama.
Tak kurang waktu selama kurang lebih 10 tahun dibutuhkan untuk mematangkan proyek sekuel ini, pasalnya Disney tak ingin film terbaru Tron ini mencapai kegagalan. Publikasi awal film ini untuk pertama kalinya digelar di ajang Comic Con San Diego 2008 di mana trailer teaser film itu diputar di sana dan berhasil mengejutkan para pengunjung. Guna menjamin kesuksesannya, dua aktor dari film pertama Tron, Jeff Bridges dan Bruce Boxleitner, kembali di panggil untuk memerankan karakter Kevin Flynn dan Alan Bradley di sekuel ini untuk mendampingi karakter-karakter baru yang diperankan oleh Garrett Hedlund dan Olivia Wilde. Namun kali ini mereka tidak berada pada kursi pemeran utama. Tokoh utama pada Tron: Legacy kini berada pada karakter anak Kevin, Sam Flynn, yang diperankan oleh aktor Hedlund. Kisahnya sendiri bakal menyoroti perjuangan sang anak untuk mencari ayahnya yang hilang di dalam dunia computer, di mana dalam prosesnya ia bakal menjalani takdir yang dulu pernah dihadapi sang ayah, namun kali ini sang anak bakal menghadapi lawan yang jauh lebih kuat, kejam dan teknologi yang jauh lebih maju.
Daya tarik Tron: Legacy juga tidak berhenti sampai di situ. Layaknya stereotype yang selalu dialami film bertipe sekuel, film ini juga sudah barang tentu telah menarik perhatian berbagai kalangan, terutama yang dulu jatuh hati pada film instalmen pertamanya. Akan tetapi, bukan berarti tantangan yang diemban sutradara Kosinski akan sangat ringan, karena di samping ia harus bisa memuaskan para fans Tron yang sudah terlebih dahulu menyaksikan film pertamanya, ia juga harus mempertimbangkan golongan calon penonton lainnya, yang tertarik dengan materi promosi awal film ini namun belum berkesempatan atau bahkan mungkin sama sekali belum pernah mendengar perihal film pertamanya.
Alur Cerita
Pada tahun 1989, Kevin Flynn (Jeff Bridges), seorang insinyur komputer yang inovatif dan juga direktur dari Perusahaan ENCOM International, menceritakan pada putranya Sam (Owen Best) yang berumur 7 tahun tentang dunia digital yang disebut The Grid, sebuah virtual domain yang ada di dalam sistem komputer. Kevin memberitahu Sam dua program yang membantunya yaitu TRON dan CLU. TRON, CLU dan Kevin kemudian bersama-sama membangun sistem dimana segala informasi gratis dan terbuka. Kevin memberitahu keajaiban yang terjadi kemudian. Kevin berjanji dia akan segera menunjukkan The Grid kepadanya, dan akan membawanya berpetualang dikemudian hari, lalu Kevin pergi setelah itu. Tapi Kevin tidak pulang malam itu, ia menghilang.
20 tahun kemudian Sam (Garrett Hedlund) yang sudah berumur 27 tahun, dihantui bayang-bayang sang ayahnya yang hilang secara misterius. Rasa penasaran akan dimana sebenarnya keberadaan sang ayah sendiri kini telah bercampur dengan sedikit kecurigaan bahwa sang ayah memang sengaja meninggalkan dirinya. Sam kemudian dikunjungi oleh teman ayahnya yang juga seorang eksekutif dari perusahaan ENCOM; Alan Bradley (Bruce Boxleitner), yang mendesak Sam untuk menyelidiki pesan misterius yang dikirim kepadanya, dan mungkin saja berasal dari ayahnya. Sedikit penasaran akan hal itu, Sam akhirnya mengunjungi tempat lokasi permainan milik ayahnya yang telah lama terabaikan. Sam kemudian menemukan kantor rahasia sang ayah, sebuah laboratorium komputer, yang tidak sengaja membawanya ke dunia lain, The Grid, sebuah dunia maya dalam komputer.
Sam ditangkap dan dibawa ke arena permainan dalam dunia komputer, di mana dia diberi Cakram Disc, sebuah cakram identitas yang harus dipakai saat berada di Grid, yang juga berfungsi sebagai tempat menyimpan memori/ segala pengetahuan dan kejadian yang dialaminya, selain itu juga berfungsi sebagai senjata. Sam kemudian diadu dengan Rinzler (Anis Cheurfa), juara dari permainan. Selama mereka berduel, Rinzler memberitahukan bahwa Sam bukanlah Program, melainkan 'user' (pengguna komputer). Rinzler menyerahkan Sam kepada CLU, program duplikasi digital dari Kevin, yang berkuasa atas The Grid. CLU hampir membunuh Sam dalam pertandingan mengendarai Light Cycle sebelum Quorra (Olivia Wilde) menyelamatkannya. Dibawa ke tempat persembunyian yang jauh diperbatasan The Grid, Sam kemudian bertemu dengan ayahnya.
Kevin menjelaskan bahwa ia dan Alan telah menciptakan program baru, CLU dan TRON. CLU adalah program ciptaannya, yaitu program yang dirancang untuk menciptakan dunia sempurna. Dan TRON diciptakan oleh Alan untuk sistem yang lama (salinan digital Alan Bradley dari film pertama). Setelah itu, Kevin menemukan seri baru dari program ciptaannya, ISO, sebuah program yang berkembang secara spontan dalam sistem, yang membawa potensi untuk membuka misteri dalam ilmu pengetahuan, agama, dan obat-obatan. CLU menganggap ISO sebagai suatu ketidaksempurnaan, sehingga CLU mengkhianati Kevin, sang penciptanya. TRON mengorbankan dirinya untuk memberikan Kevin kesempatan buat melarikan diri, dan CLU telah membersihkan ISO dalam genosida. Kevin juga mengungkapkan bahwa ketika ia bersembunyi dari CLU, portal kembali ke dunia nyata telah tertutup, dan membuatnya terperangkap oleh program ciptaannya sendiri, sampai Sam datang dengan membuka portal tersebut dari luar.
Menyelesaikan untuk kembali ke dunia nyata di mana ia akan dapat menghapus CLU, Sam membuat jalan kembali ke Grid untuk menemukan program bernama Zuse, yang ia percaya dapat memberitahu perjalanan yang aman menuju portal. Pemilik Klub End of Line, Castor (Michael Sheen), menyatakan dirinya adalah Zuse, dan bukannya membantu Sam, dia malah mengkhianatinya dengan memanggil CLU. Meskipun Kevin dan Quorra tiba tepat pada waktunya untuk membantu Sam melarikan diri, Quorra terluka parah dan Zuse beruntung mendapatkan Cakram Disk milik Kevin. Mengetahui disc tersebut bekerja sebagai kunci utama untuk segala dan semua teka-teki The Grid, Zuse mencoba untuk menggunakannya untuk tawar- menawar dengan CLU, tetapi CLU hanya mengambil dan menghancurkan klub-nya. Kevin dan Sam menemukan Quorra terluka dan menyelundup pergi naik pesawat barang menuju portal. Sementara Kevin menyembuhkan Quorra, ia mengungkapkan dia adalah program ISO terakhir yang masih hidup.
Ketiga tiba di sebuah stasiun pesawat tempur besar dan bertemu dengan Rinzler, Quorra mencoba untuk mengalihkan perhatiannya, dan ditempat tersebut Kevin baru mengetahui Rinzler adalah program TRON yang telah diubah CLU menjadi pasukannya. Di pesawat lain, CLU berpidato terhadap pasukannya, dia mengungkapkan keinginannya untuk memasuki portal menuju dunia nyata yang lebih sempurna. Saat itu juga Sam menyelamatkan Quorra dari Rinzler dan mengambil kembali Cakram Disc milik Kevin. Ketiganya kemudian menyita Pesawat sinar 5 dan melarikan diri, tetapi CLU, Rinzler dan beberapa penjaga mengejar mereka dengan menggunakan Jets Light. Sementara Quorra mengemudi pesawat, Sam berjaga menara belakang, ketiganya berhasil menembak jatuh para pasukan CLU. Rinzler kemudian bergerak untuk menghancurkan pesawat yang ditumpangi mereka bertiga, ia membuat kontak mata dengan Kevin dan identitas asli sebagai TRON tiba-tiba muncul kembali, dan menyatakan, "Aku berjuang untuk Pengguna," TRON sengaja menabrakkan dirinya dengan Jet Light yang dikendarai CLU, yang mengakibatkan kedua kendaraan tersebut hancur. Saat keduanya jatuh, CLU berhasil mengambil tongkat TRON yang jatuh, dan menciptakan Jet Light lain, dan menuju portal. TRON kemudian jatuh, dimana senjatanya kembali ke warnah aslinya, biru.
Sam, Kevin dan Quorra akhirnya mencapai portal, dan menemukan CLU yang telah menghalangi jalan menuju portal. Setelah mencoba menyadarkan dan berdebat dengan CLU, Kevin mengorbankan dirinya untuk mengakhiri dengan menarik CLU ke arahnya yang menyebabkan keduanya hancur, serta pasukan CLU dan pesawat tempurnya. Sementara Sam dan Quorra menggunakan Cakram Disc milik Kevin untuk melakukan perjalanan melalui portal kembali ke dunia nyata.
Kembali di tempat Arena Permainan Kevin, Sam memindahkan sistem ke flashdrive-nya, dan memegang data The Grid pada sebuah chip di lehernya. Dia kemudian bertemu Alan dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan mulai bekerja di Encom sebagai pemegang saham utama, dan ia akan menjadikan Alan ketua dewan. Quorra dan Sam bertemu di luar, dan keduanya mengendarai sepeda motor untuk berkeliling. Film berakhir saat Sam menunjukkan matahari terbit kepada Quorra yang ingin ia lihat.
Pembuatan Karakter Clu
Dengan teknologi komputer yang berkembang pesat tentunya membuat film ini bukan kesulitan lagi. Ada 25 disainer yang tersebar dalam berbagai departemen seni yang membuat konsep visual film ini. Lalu dibangun 60 sampai 70 seting dengan 15 set adalah set penuh. Khusus untuk karakter Clu yang menggunakan wajah Jeff Bridges ketika muda, ada efek khusus. Bridges harus rela wajahnya dihiasi 52 titik facial marker dan memakai helm khusus yakni Helmet Mounted Camera (HMC) yang dipasangi kamera di depannya, mirip dengan motion capture wajah yang dipakai ketika syuting film Avatar (2009). Dari 52 titik facial marker itu bisa dilacak gerak otot wajah Bridges untuk kemudian para ahli grafis membuat wajah Bridges muda (berusia 30 tahunan) untuk ditempel di tubuh aktor yang memerankan Clu. Hasilnya adalah wajah Clu yang mulus serta mirip dengan wajah Bridges ketika berusia 30-an dan sulit dibedakan dengan wajah manusia asli. Digital Domain sendiri meneliti lusinan foto aktor Jeff Bridges ketika berusia 30-an agar tampilan digitalnya nanti terlihat asli dan mendekati rupa sang aktor ketika muda.
Untuk keseluruhan filmnya sendiri, agar terasa suasana asli, syuting juga dilaksanakan di luar studio, yakni di kota Vancouver, untuk memberikan rasa dunia asli bagi penonton dan juga bagi pemain yang bisa jadi sudah penat terus-menerus syuting di dalam studio.
Kostum Light Suit
Mungkin, secara pendapatan film ini tidak terlalu luar biasa, apalagi melihat fakta bahwa film ini mengusung format 3D yang notabene memiliki harga tiket yang lebih mahal daripada film 2D biasa. Tapi, dibalik unsur cerita yang banyak mendapat kritikan, film yang dipastikan akan dibuat sekuelnya ini berhasil memanjakan mata para penontonnya dengan visualisasi megah akan dunia Grid, serta warna-warni cahaya yang sangat kontras dengan suasana gelap yang ada di sekitar.
Dari beragam visualisasi unik nan indah yang ada, kostum yang dikenakan para karakter menjadi salah satu elemen penting cerita sekaligus penyejuk mata bagi penonton. Dan ternyata, kostum-kostum tersebut tidak sesederhana saat aktor Garrett Hedlund mengenakannya untuk pertama kali. Apabila Anda berpikir bahwa kostum yang ada adalah hasil rekayasa grafis komputer, maka jawabannya adalah salah.
Memang, beberapa kostum sesuai kebutuhan adegan, merupakan efek grafis, namun dalam banyak adegan, kostum yang digunakan adalah kostum yang diproduksi secara khusus. Christine Clark, salah satu pendisain Light Suit, menyatakan bahwa saat proses produksi kostum dimulai, ia sama sekali tidak tahu harus menggunakan teknologi apa untuk memenuhi tuntutan dari sang sutradara akan sebuah kostum yang mengeluarkan cahaya dan dapat meregang, tapi disatu sisi, tidak akan pecah. Meletakkan sebuah cahaya pada sebuah benda mati perkara mudah, namun sebaliknya apabila harus meletakkannya ditubuh yang bergerak dan memiliki sumber tenaga sendiri agar dapat terus bercahaya. Pilihan untuk menambahkan cahaya pada saat pasca produksi pun tidak dapat diambil karena proses 3D yang lebih rumit.
Setelah mencoba berbagai material dan selalu gagal, akhirnya Clark dan Michael Wilkinson menemukan bahan yang tepat. Material tersebut adalah Polylight, sebuah polymer flexible light yang sudah sering digunakan di Asia. Dibutuhkan waktu 2.5 bulan untuk mengembangkan Light Suit dari awal hingga memasuki tahap produksi untuk digunakan di film.
Tahap produksi Light Suit tidak kalah rumitnya. Seluruh aktor harus melalui proses full body scan terlebih dahulu, termasuk kepala untuk helm. Ya, masing-masing aktor memiliki kostum yang diproduksi secara khusus untuk mereka, sehingga tidak dapat dikenakan oleh aktor lain. Setidaknya, 300 kostum dibuat untuk seluruh jajaran pemain yang terlibat, dan seluruh kostum yang ada memiliki disain lampu yang berbeda.
Untuk menghasilkan cahaya, kostum tersebut dipasang sebuah sumber energi dari tujuh baterai lithium-ion berukuran kecil yang terpasang di bagian belakang di bawah kepingan disk identitas. Berhubung baterai yang ada hanya mampu menyalahkan lampu-lampu tersebut selama 12 menit, dibutuhkan sistem pengendali jarak jauh untuk menyalakan dan mematikannya selama proses syuting.