Tuesday, February 8, 2011

Sanctum (2011)

Jika Anda punya trauma dengan laut, atau pernah hampir tenggelam, atau punya problema dengan goa, atau menderita klaustrofobia (takut dengan tempat yang sempit), maka persiapkan mental saat menonton film ini. Sanctum adalah film yang disutradarai oleh Alister Grierson, sineas asal Australia yang pernah mengarahkan debutnya dalam Kokoda (2006). Film ini akan membawa penonton masuk ke dunia reka-percaya yang sebagian besar berada di dalam lorong-lorong gua di bawah laut.

Walaupun sang sutradara bersama sinematografer Jules O'Loughlin tak punya pengalaman dengan kamera 3D yang dikembangkan sejak Avatar (2009), namun mereka dapat menghasilkan karya yang bagus. Sayang sekali yang ditayangkan di Indonesia bukanlah versi 3D. Namun, selain aksi menegangkan serta sinematografi yang dibilang bagus, sepertinya hampir tidak ada lagi yang bisa dibanggakan dari film kedua sineas asal Australia ini.

Film drama petualangan yang naskahnya ditulis oleh John Garvin ini terinspirasi dari kisah nyata sang produser Andrew Wight yang memimpin ekspedisi menyelam ke dalam gua bawah air, kemudian harus mencari jalan keluar setelah badai jatuh pada pintu masuk gua. Pengambilan gambar filmnya pun dikerjakan di Gold Coast di Queensland, Australia, dengan menggunakan kamera khusus 3D yang dinamakan Fusion Camera System yang akan Linkmemberikan tontonan film aksi yang sama sekali berbeda, seperti halnya yang dilakukan oleh eksekutif produser James Cameron dalam film Avatar. Setelah itu, Universal Pictures dan Relativity Media mengeluarkan dana sebesar $12 juta untuk hak untuk mendistribusikan film di Amerika Serikat dan Kanada, dan di beberapa negara asing.

Untuk jajaran pemainnya, film yang menghabiskan biaya produksi sebesar $30 juta ini dibintangi oleh artis-artis yang mungkin sebagian besar berasal dari Australia. Diantaranya aktor yang pernah tampil sebagai The Duke dalam Moulin Rouge! (2001); Richard Roxburgh, aktor yang dikenal ketika memerankan karakter Thomas dalam The Black Balloon (2008); Rhys Wakefield, Aktor yang pertama kalinya tampil di film besar dalam Spotswoods (1992); Daniel Wyllie, serta aktor yang berperan sebagai Mister Fantastic dalam dua seri film Fantastic Four; Ioan Gruffudd. Dirilis pada tanggal 3 Februari 2011, film ini berhasil meraup pendapatan sebesar $108,609,310 dari peredarannya di seluruh dunia. --source: majalah cinemags--

Alur Cerita

Film dimulai ketika Josh McGuire (Rhys Wakefield) sedang memandu Carl Hurley (Ioan Gruffudd) dan kekasihnya, Victoria Elaine (Alice Parkinson) untuk membawa mereka ke lokasi ekspedisi di Goa Esa'Ala, sebuah gua bawah air yang ada di Papua Nugini. Ayah Josh, Frank McGuire (Richard Roxburgh), yang adalah seorang penyelam master, bersama dengan yang lainnya telah mendirikan sebuah BaseCamp jauh di dalam gua, di mana tim ini telah menjelajahi gua selama berminggu-minggu dan telah menyiapkan sebuah jaringan komunikasi yang sangat baik dengan orang-orang yang ada di kamp permukaan. Vic dan Josh kemudian rappelling ke BaseCamp sementara Carl yang suka bermain dengan caranya sendiri, turun ke dalam gua dengan menggunakan parasut.

Frank dan seorang penyelam lain bernama Judes (Allison Cratchley), menyelam ke dalam air di bagian bawah gua yang belum pernah terjelajahi, yang mereka sebut Pembatasan Setan. Mereka turun melalui lubang yang cukup sempit dan menemukan sebuah gua besar yang luas dengan langit-langit raksasa. Ketika mereka kembali ke BaseCamp, selang alat pernapasan Judes bocor. Karena mereka tidak memiliki tabung cadangan, mereka terpaksa berbagi udara saat mencoba untuk kembali. Setelah bergantian menggunakan masker beberapa kali, Judes panik dan menolak untuk kembali memberikan selang kepada Frank. Frank pun terpaksa merebut masker darinya dan mendorongnya ke bawah hingga meninggal tepat di depannya. Hal ini terungkap bahwa mereka telah menyelam tanpa tabung cadangan yang seharusnya Josh bawa turun.

Ketika Frank kembali, Josh menyalahkan ayahnya atas kematian Judes, namun Frank berbalik menyalahkan putranya tersebut karena tidak bisa membawa tabung cadangan yang seharusnya dia bawa ke BaseCamp. Dia juga mengatakan bahwa sebelumnya Judes sudah paham akan risikonya sebelum melakukan penyelaman. Sementara itu, badai besar sedang mengamuk di permukaan dan orang-orang di pangkalan atas tidak dapat memberi peringatan yang ada di dalam gua karena jalur komunikasi terputus. Josh yang tidak mengetahui hal itu, dia bersama penyelam lainnya; Luko (Cramer Cain), Liz (Nicole Downs), dan J.D. (Christopher Baker) berusaha untuk kembali ke permukaan ketika air telah mengaliri lorong-lorong gua. Sementara Liz dan J.D. kemungkinan dapat mencapai pangkalan atas, Josh dan Luko memutuskan untuk kembali dan air segera membanjiri BaseCamp mereka di bawah. Keduanya akhirnya berkumpul kembali dengan kelompok Frank di suatu tempat yang jauh di dalam gua-gua bawah yang relatif aman, namun mereka tetap tidak dapat menemukan cara untuk keluar.

Satu demi satu anggota tim mati. Luko terluka parah dan setelah banyak diskusi, Frank memutuskan untuk membunuhnya untuk membuatnya keluar dari penderitaannya. Sementara teman terbaik Frank, George (Dan Wyllie), yang memiliki penyakit dekompresi mengalami kesulitan untuk melanjutkan, dan dia sendiri meninggal setelah memutuskan untuk tinggal di belakang agar tidak memperlambat yang lainnya. Sedangkan Vic yang sebelumnya tidak memperdulikan saran Frank, terjebak dengan peralatan sendiri dan akhirnya juga menyebabkan kematiannya. Kelompok yang tersisa kini hanya Frank, Josh dan Carl, yang hanya memiliki satu alat pernapasan dan mereka memutuskan untuk istirahat sebentar. Frank mengatakan bahwa ia akan menggunakan alat pernapasan terakhir tersebut untuk menyelam dan mencoba menyelusuri lorong dalam air untuk menemukan cara untuk kembali.

Marah karena telah kehilangan kekasihnya, Carl mengambil alat pernapasan terakhir dan mencoba menyelam untuk mencari jalan keluar sendiri. Frank pun mengejarnya, namun dia kehilangan jejaknya ketika berada dalam labirin gua. Josh kemudian menemukan beberapa kotoran kelelawar dan menyimpulkan bahwa kemungkinan ada jalan keluar terdekat. Mereka pun membuat jalan melalui lorong-lorong dan menemukan lubang kecil yang mengarah ke permukaan. Mereka tidak menunggu untuk diselamatkan karena mungkin mereka bisa mati kelaparan dan dehidrasi sebelum itu terjadi, sehingga mereka memutuskan untuk mencari jalan lain melalui gua. Di sepanjang jalan, mereka menemukan Carl yang masih hidup namun menjadi paranoid, dan karena panik, Carl menyerang dan melukai Frank sampai mati. Putus asa, Carl menyelam kembali ke dalam air tanpa tabung pernapasan untuk mencari jalan keluar.

Josh sekarang memiliki satu-satunya tabung pernapasan terakhir yang ditinggalkan Carl dan memutuskan untuk kembali ke dalam air untuk mencari jalan keluar. Ketika lampu senternya mati, dia menyelam dengan hanya menggunakan sedikit cahaya yang berasal dari taring babi, sebuah hadiah ulang tahun pemberian ayahnya yang didapat ketika Frank melakukan ekspedisinya ke Kalimantan.

Tabung pernapasan Josh akhirnya kehabisan udara, yang membuatnya panik bahwa ia akan mati. Dia pun menenangkan diri ke bawah dan mengingat sesuatu yang pernah di ajarkan ayahnya, di mana dia menggunakan gelembung udara kecil yang terperangkap di langit-langit gua. Dia melakukan ini sebentar-sebentar ketika ia mencoba untuk berenang ke arah permukaan. Kelelahan dan hampir putus asa, Josh melihat sinar kecil yang kemungkinan berasal dari sinar matahari di depan dan dia terus menuju ke arah tersebut. Dia akhirnya dapat menembus permukaan yang ternyata adalah sebuah laut dan dia berhasil berenang menuju daratan.